Seorang anak yakni NAA (10), warga Kalurahan Jerukwudel, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, meninggal dunia diduga karena keracunan makanan. Orang tua NAA menyebut anaknya diduga dokter mengalami pecah usus buntu.
Ayah NAA yakni Beni Al Englan menceritakan anaknya mengeluh sakit perut pada hari Rabu (20/9/2023) pukul 01.00 WIB. Selanjutnya, NAA meminta sang ibu untuk mengolesi minyak herbal pada bagian perut.
"Kalau untuk kronologinya itu memang awalnya sakit perut, Rabu (20/8) pukul 01.00 WIB. Selanjutnya minta diolesin minyak herbal sama ibunya dan sudah mendingan, sampai pukul 03.00 WIB itu sudah bisa tidur pulas," kata Beni saat ditemui di Jerukwudel, Girisubo, Gunungkidul, Jumat (22/9).
Beni yang merupakan salah satu tenaga harian lepas (THL) di Kalurahan Jerukwudel ini melanjutkan, hari Rabu pukul 07.00 WIB istrinya sempat menanyakan kondisi anaknya. Saat itu NAA menjawab jika kondisinya sudah membaik.
"Sempat ditanya sama ibunya, 'Gimana sudah sembuh belum perutnya?' dan dijawab 'Sudah sembuh'. Setelah itu dia minta izin mau tidur lagi karena kurang tidur," ujarnya.
Selanjutnya, memasuki pukul 09.00-10.00 NAA terbangun dan mencari gawainya. Merespons hal tersebut, sang ibu memberikan gawai kepada NAA.
"Ibunya berpikir kalau sudah minta HP berarti kondisinya membaik. Setelah mainan HP dia muntah sebanyak tiga kali," ujarnya.
Dia menerangkan orang tuanya kemudian meminta cucunya agar memeriksakan NAA ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Sebelum berangkat, NAA minta agar menggunakan popok supaya saat perjalanan tidak merepotkan jika buang air kecil maupun besar.
"Saat dipegang perutnya sama ibunya kok keras, padahal malamnya masih lembek biasa gitu. Habis muntah itu langsung keras perutnya," ucapnya.
"Lalu kami membawanya ke Puskesmas Girisubo, dan sampai Puskesmas dirujuk ke rumah sakit terdekat di Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah," lanjut Beni.
Menurut Beni, selama perjalanan dia sempat mengobrol dengan anaknya. Namun, di tengah perjalanan anaknya sudah tidak merespons obrolannya.
"Di perjalanan masih mengobrol biasa, dan di pertengahan jalan antara Puskesmas ke rumah sakit diajak ngobrol sudah tidak ada respons. Di situ kita pesimistis karena sepertinya kondisinya sudah down," katanya.
Dari situ istrinya sudah memiliki firasat yang tidak enak. Namun, untuk memastikannya Beni tetap ingin membawa anaknya ke rumah sakit tersebut.
"Jadi dari situ ibunya sudah tahu ada tanda-tanda, kemungkinan di separuh perjalanan sudah tidak ada tapi saya masih melanjutkan perjalanan sampai rumah sakit biar kita lebih jelas," katanya.
"Sampai rumah sakit kita masuk IGD, anak saya diperiksa dokter dan kata dokternya adiknya sudah tidak ada. Tahu itu kita sedih dan saya sempat pingsan," imbuh Beni.
Dalam posisi itu, sang istri menanyakan penyebab anaknya meninggal dunia. Mengingat sehari sebelumnya NAA tidak mengeluh apa-apa.
"Lalu istri saya tanya penyebabnya kepada dokter, karena sehari sebelumnya tidak apa-apa. Terus kata dokternya gini, kemungkinan ya, ini cuma prediksi kami kemungkinan adiknya ini usus buntunya pecah," ucapnya.
Selengkapnya di halaman berikut.
(ams/aku)