Lubang Misterius Kalibawang Rentan Picu Longsor, Ini Rekomendasi Pakar UGM

Lubang Misterius Kalibawang Rentan Picu Longsor, Ini Rekomendasi Pakar UGM

Jalu Rahman Dewantara - detikJogja
Kamis, 24 Agu 2023 17:45 WIB
Ahli geologi UGM meneliti lubang misterius di Kalibawang Kulon Progo, Sabtu (5/8/2023)
Ahli geologi UGM meneliti lubang misterius di Kalibawang Kulon Progo, Sabtu (5/8/2023) (Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJogja)
Kulon Progo -

Keberadaan lubang amblas atau sinkhole di Dusun Popohan, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo berpotensi memicu longsor. Tim peneliti Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan sejumlah rekomendasi, salah satunya agar pemerintah segera menutup lubang tersebut.

"Kalau amblesan itu kan memang idealnya harus ditutup segera dengan material kedap sehingga air tidak bisa masuk ke situ. Kalau sampai air tidak masuk ke situ berarti proses pelapukan atau proses erosi di bawah permukaan tidak berlanjut," ujar ketua tim peneliti sekaligus pakar geologi UGM, Wahyu Wilopo saat ditemui usai pemaparan hasil analisa sinkhole di Kantor BPBD Kulon Progo, Kamis (24/8/2023).

Wahyu juga menyarankan agar beban yang berada di atas permukaan tanah di sekitar sinkhole dikurangi untuk mencegah amblasnya rongga bawah tanah. Dalam hal ini, perlu adanya relokasi terhadap warga yang berada paling dekat dengan sinkhole.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya sebenarnya kalau relokasi yang jelas di atas tadi yaitu rumah dekat amblesan karena itu sangat berbahaya. Seandainya mau tetap di situ ya kita harus menggeser sedikit jauh dari lubangnya," ujarnya.

Wahyu mengatakan langkah relokasi ini penting untuk menghindari jatuhnya korban jiwa jika sampai tanah longsor terjadi. Namun demikian, pelaksanaan relokasi tidak boleh gegabah.

ADVERTISEMENT

"Relokasi bukan hal yang simpel, tidak sekadar aman dan tidak aman, tapi memperhatikan banyak aspek, supaya tidak menimbulkan masalah baru. Jangan sampai aman, tapi nanti enggak ada pekerjaan (di lokasi baru) atau bentrok dengan lingkungan sosial. Jangan sampai. Jadi harus punya komitmen bersama dengan meningkatkan kewaspadaan, kesiapan masyarakat dan juga kesadaran masyarakat bahwa dia tinggal di wilayah rawan longsor," ucapnya.

Wahyu mengatakan rekomendasi berikutnya yaitu memastikan tidak ada pembangunan di sekitar lokasi rawan bencana.

"Kemudian juga usahakan tidak ada lagi orang membangun di daerah yang rentan itu. Jangan di situ. Istilahnya kalau saya menyebutnya zero growth atau tidak ada pertumbuhan," ujarnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, tim peneliti dari Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM merilis hasil analisa sementara terkait lubang amblas atau sinkhole yang muncul di Dusun Popohan, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo. Keberadaan sinkhole dibarengi dengan kemunculan rongga horizontal yang berpotensi memicu longsor.

"Jadi sebenarnya yang amblas itu dia (sinkhole) menunjukkan pola uang memanjang ke arah horizontal, jadi bukan hanya turun, tapi juga horizontal ke arah timur yang memanjang di bawah rumah. Ada kemungkinan ini bisa amblas, tapi kita tidak tahu kapan, apakah tahun ini atau 100 tahun mendatang," ucap Pakar Geologi UGM, Wahyu Wilopo usai pemaparan hasil analisa sinkhole di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Kamis (24/8).

Rongga horizontal ini berada tepat di bawah rumah milik Karyo Dimejo (70) selaku pemilik lahan tempat di mana sinkhole ditemukan. Terkait ukuran rongga, tim peneliti belum bisa menerangkan karena alat georadar yang digunakan selama penelitian hanya mampu mendeteksi keberadaan zona lemah tanah di bawah permukaan.

Adapun perkiraan kedalaman sinkhole berdasarkan hasil deteksi georadar berkisar 15-20 meter.

Wahyu mengatakan keberadaan sinkhole serta rongga horizontal ini berpotensi memicu longsor. Hal ini juga didasarkan oleh kondisi tanah sekitar yang labil serta ditemukan banyak rekahan.

"Iya betul (potensi longsor). Kalau tadi sudah ditunjukkan yang garis merah itu sudah ada tanda retaknya, artinya terjadi adanya deformasi. Retak itu ada dua kemungkinan, retak karena deformasi sampai ke dalam atau karena dia di atasnya lapuk karena ada tanah lempung atau swelling, di mana kalau musim kemarau tanahnya pecah-pecah, kalau musim penghujan dia akan kembali normal," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(aku/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads