Menapaki Jejak Keganasan Erupsi Merapi 1994 di Turgo Sleman

Menapaki Jejak Keganasan Erupsi Merapi 1994 di Turgo Sleman

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Sabtu, 19 Agu 2023 12:50 WIB
Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman.
Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng.
Sleman -

Pagi yang harusnya menjadi hari bahagia mendadak berubah duka bagi warga Turgo. Pesta hajatan pernikahan yang penuh tawa seketika berubah bencana kala awan panas Merapi menyapu wilayah itu. Puluhan orang dinyatakan meninggal, dan ribuan orang mengungsi kala itu.

Selasa pagi tanggal 22 November 1994 tenda resepsi pernikahan sudah terpasang di salah satu rumah warga di RT 006 Padukuhan Turgo, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Sleman. Jarak lokasi hajatan sekitar 5 kilometer dari puncak Merapi.

Saat itu, Trisno Sunardi yang akrab disapa Mbah Raji masih sibuk menyiapkan minuman untuk para tamu. Mbah Raji yang saat itu masih berusia sekitar 40-an tahun merupakan satu dari sekian orang yang masih hidup setelah kejadian bencana itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia masih ingat betul tak ada tanda-tanda Merapi akan meletus. Maklum, saat itu belum ada alat komunikasi yang canggih dan warga masih mengandalkan ilmu titen. Warga juga masih beraktivitas seperti biasa, seakan tak akan terjadi apa-apa. Di timur kampung itu pekerjaan pembangunan jembatan juga masih berjalan.

"Saya lagi di tempat hajatan, di situ saya sedang merebus air untuk membuat minuman yang disajikan ke para tamu. Itu juga ada teman di Sungai Boyong, itu dulu dibangun jembatan," kata Mbah Raji saat berbincang dengan detikJogja, di kediamannya daerah Turgo, Jumat (18/8/2023).

ADVERTISEMENT

Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman.Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng

Mbah Raji yang kini berusia sekitar 70-an itu masih ingat betul kejadian yang dia alami. Bagaimana dia berlari menghindari ajal. Sebelum berlari, pekerja jembatan datang memberitahu dirinya bahwa ada yang tidak beres dengan kondisi Merapi.

"Yang bangun jembatan itu memanggil 'Pakde pakde itu gunungnya nganu'," ucapnya menirukan perkataan pekerja jembatan kala itu.

"Ya tidak apa-apa kalian cepat pulang saja," jawab Mbah Raji.

Pukul 10 pagi lewat sedikit langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Mbah Raji meninggalkan pekerjaannya merebus air dan kemudian keluar dari lokasi hajatan dan melihat ke utara atau ke arah Merapi.
Dia melihat asap hitam sudah mengepul hampir melewati Bukit Turgo dan meluncur cepat ke arahnya. Asap hitam itu merupakan luncuran awan panas yang keluar dari Merapi.

"Saya lalu keluar dari rumah yang punya hajat itu, saya keluar ke timur rumah kok gunungnya sudah-sudah mengepul (asapnya) seperti kembang kubis," ucapnya.

Melihat kepulan asap itu, intuisinya memberitahu untuk segera lari menghindari bahaya. Mbah Raji teringat dengan warga yang masih di lokasi hajatan dan berniat untuk mengajak yang lain lari menyelamatkan diri.

Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman.Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng

Tak sedikit warga yang mengabaikan peringatan dari Mbah Raji. Bahkan ada warga yang justru mendekat ke bibir Kali Boyong untuk menyaksikan lebih jelas luncuran awan panas.

"Warga juga banyak di situ, yang di tempat hajatan itu. Besannya juga rewang di situ. Ada lagi yang mau saya ajak lari dari situ, tapi dia malah ke Kali Boyong, melihat kondisi ke sana. 'Rapopo pokok e aku meh ndelok' itu ya dia kena musibah itu," kenangnya.

Mbah Raji yang sadar dengan bahaya itu kemudian lari menjauh dari bibir sungai melewati jalan setapak. Di belakangnya awan panas meluncur meratakan tanaman dan bangunan yang dilewati. Ini merupakan momen hidup mati baginya. Namun, ajal belum menjemputnya dan dia bisa selamat tanpa luka berarti.

"Saya itu lari saya lihat kayu sudah tertiup angin dan ada apinya, kayunya kebakar. Saya ngajak tetangga yang di situ untuk lari. Tapi yang lain nggak mau lari ya sudah. Itu kejadian sekitar jam 10 lebih dikit, saya lari tidak lewat jalan raya, hanya lewat jalan setapak lari turun," ucapnya.

"Kalau saya tidak lari mungkin saya sekarang sudah tidak ada," sambungnya.

Mengutip data United Nation Department of Humanitarian Affairs, tanggal 22 November 1994 pukul 10.15 waktu setempat, awan panas Merapi meluncur sejauh 6 kilometer menyusuri aliran Kali Boyong di Padukuhan Turgo, Pakem, Sleman.

Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman.Kondisi bangunan yang terdampak erupsi Merapi tahun 1994 di Turgo, Pakem, Sleman. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng

Dalam laporan awal 24 orang meninggal dan 95 orang luka-luka. Lalu ada 15 pekerja jembatan ditemukan meninggal. Sementara 6 ribuan orang dari desa sekitar Turgo mengungsi.

Data terakhir tanggal 7 Desember 1994 dilaporkan 58 orang meninggal dunia dalam bencana ini, 22 orang mengalami luka serius akibat awan panas. Dampak lain dari awan panas juga membuat sumber pipa air yang dimanfaatkan warga Kaliurang terputus.

Jejak Erupsi Merapi 1994

Warga Turgo kini sudah punya pengalaman dengan bencana. Kini mereka memanfaatkan alat komunikasi seperti ponsel, HT, dan media sosial. Mereka telah belajar dari bencana besar tahun 1994.
Jejak erupsi yang meluluhlantakkan acara hajatan pernikahan pun masih ada hingga sekarang. Satu unit rumah bekas erupsi Merapi masih berdiri walau hanya tembok saja. Rumah itu kini ditumbuhi ilalang.

"Itu rumah paling utara di Turgo, tapi bukan rumah yang hajatan. Yang lokasi hajatan di bawah rumah rusak itu," kata Mbah Raji.

Mbah Raji bilang, selain rumah itu ada satu rumah lagi bekas erupsi yang masih berdiri. Lokasinya berada sekitar 50 meter dari lokasi rumah pertama. Namun, kondisinya masih dibilang bagus karena sempat dibuat untuk syuting film.

"Di bawahnya itu ada satu rumah lagi di timur jalan. Sekarang sudah ada gentingnya, dulu buat syuting film," bebernya.

Kawasan Turgo pun kini masih ditinggali. Meski menurut Mbah Raji ada warga yang setelah erupsi direlokasi ke wilayah lain. "Tapi ada yang masih bertahan," ucapnya.

Selengkapnya baca di halaman berikutnya....

Langkah Mitigasi Bencana

Trisno Sunardi yang akrab disapa Mbah RajiTrisno Sunardi yang akrab disapa Mbah Raji Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJateng

Kejadian erupsi Merapi 1994 menjadi pembelajaran berharga bagi warga Turgo dan lereng Merapi secara umum. Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro mengatakan Pemkab Sleman telah menyiapkan rencana mitigasi bencana. Hal itu untuk mengantisipasi ancaman bencana erupsi Merapi.

Warga Turgo, lanjut Bambang, juga telah dibekali pelatihan untuk menghadapi bencana. Relawan pun disiagakan di sana.

"Kita selalu berikan pelatihan-pelatihan, gladi bencana. Lalu langkah mitigasinya, evakuasi si A naik mobil siapa kemudian lari ke mana, barak pengungsian juga sudah kami siapkan," kata Bambang saat dihubungi detikJogja.

Sejauh ini, pemerintah telah memperbaiki jalur evakuasi di sekitar Turgo. Pun dengan sirine peringatan dini juga terus dicek.

"Kita punya rekonti dan renops. Jalur evakuasi juga sudah kami perbaiki termasuk pengecekan kondisi CCTV pemantauan dan EWS. Warga juga kami berikan informasi secara berkala terkait kondisi Merapi," jelasnya.

Saat ini, luncuran awan panas Merapi dominan ke arah barat-barat daya. Meski demikian, ada beberapa kali kejadian awan panas mengarah ke Kali Boyong. Bambang pun mengimbau masyarakat agar terus waspada dengan potensi erupsi Merapi.

"Himbauan tetap waspada karena posisi seperti ini karena arahnya barat daya dan selatan, tetap waspada. Teman relawan kita minta perkembangan apapun ke Merapi disampaikan ke warga. Semua harus waspada. Kalau alamnya nggak bersahabat ya harus menghindar," pungkasnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Pendaki Nekat Naik Puncak Merapi, Berujung Disanksi Bersih-bersih"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)

Hide Ads