Sebanyak 132 nyawa melayang jadi korban Tragedi Kanjuruhan. Tragedi ini pecah usai laga Arema FC versus Persebaya pada pekan kesebelas lanjutan BRI Liga 1 2022.
Tragedi ini lantas menjadi perhatian nasional dan dunia internasional. Presiden Jokowi bahkan langsung memerintahkan untuk mengusut tuntas dengan membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
Polisi juga langsung melakukan penyelidikan dan menetapkan 6 tersangka. Tak ketinggalan, PSSI juga melakukan investigasi langsung ke lapangan dan menjatuhkan sanksi kepada Ketua Panpel Arema FC dan Security Officer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah temuan selama penyidikan dan penyelidikan kemudian dibeberkan. Namun temuan-temuan itu kemudian terungkap ternyata hanya sebuah kebohongan belaka.
Berikut sederet kebohongan di Tragedi Kanjuruhan yang dirangkum detikJatim:
1. Penemuan puluhan botol miras di Stadion Kanjuruhan
Ketua Komite Disiplin (Komdis) PSSI Erwin Tobing mengeklaim telah menemukan 42 botol minuman keras (miras) bersegel di Stadion Kanjuruhan seusai tragedi yang menewaskan 131 orang akhir pekan lalu.
Penemuan 42 botol miras itu terungkap dalam investigasi PSSI setelah bertemu dengan perwakilan manajemen Arema FC, Ketua Pelaksana Pertandingan Arema FC Abdul Haris, dan security officer Arema FC Suko Sutrisno.
"Jadi ditemukan ada banyak minuman keras, botol badek atau cunrik, yang istilahnya padat dan dalam botol plastik. Itu sampai ada 42 botol belum sempat diminum di dalam stadion," kata Erwin di Malang, Selasa (4/10).
Temuan ini, kata Erwin, menjadi salah satu catatan. Menurutnya, hal-hal terlarang seperti ini tidak sepantasnya bisa lolos masuk ke dalam stadion. Mengenai keterkaitan kericuhan di Stadion Kanjuruhan dengan minuman keras itu, Erwin tak mau berandai-andai.
Erwin membantah pihaknya yang menemukan botol-botol miras itu. Ia menuding botol-botol itu ditemukan oleh polisi. Hal ini disampikan saat ia diperiksa menjadi saksi di Mapolda Jatim.
Ada kebohongan apa lagi di balik Tragedi Kanjuruhan yang sudah terkuak? Baca halaman selanjutnya.
Belakangan, klaim temuan botol miras temuan polisi dan diumumkan Komdis PSSI ternyata hanya bohong semata. Ini karena Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Malang menyebutkan bahwa 46 botol itu bukan berisi miras, melainkan berisi ramuan obat untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
"Itu racikan yang dibuat oleh salah satu pemuda pelopor Kasembon, untuk obat penyakit mulut dan kuku yang waktu itu banyak menyerang ternak sapi," kata Nazarudin saat dikonfirmasi detikJatim melalui sambungan telpon, Rabu (12/10/2022).
Nazarudin kemudian menceritakan bagaimana asal muasal puluhan botol yang disita oleh polisi tersebut.
Pertengahan Agustus 2022 lalu, kata Nazarudin, pihaknya menggelar lomba pemuda pelopor se-Kabupaten Malang. Pada lomba di bidang pangan, seorang peserta mempromosikan hasil temuannya yakni racikan yang diklaim mampu menyembuhkan PMK pada ternak sapi.
2. Suara penjual dawet yang ternyata kader PSI
Pasca-Tragedi Kanjuruhan, sebuah rekaman suara perempuan mengaku penjual dawet di dekat pintu 3 tribun Stadion Kanjuruhan viral di berbagai grup WhatsApp. Rekaman suara itu menceritakan kesaksian tentang kerusuhan di stadion itu.
Suara perempuan itu mengeklaim saat tragedi Kanjuruhan pecah, banyak suporter Arema yang sebelumnya sudah mabuk. Tidak hanya alkohol, kata suara itu, tapi juga obat-obatan terlarang.
Perempuan itu menyebut para Aremania yang dalam keadaan mabuk itu mengejar, menghajar, bahkan sempat memburu seorang polisi yang berupaya menyelamatkan seorang anak kecil perempuan yang terjepit di pintu 3. Perempuan ini yang mengaku menyelamatkan polisi itu.
detikJatim sempat melakukan penelusuran di pintu 3 stadion. Namun sejumlah pedagang di sana mengaku tak ada penjual dawet. Suara itu juga turut diselidiki Komnas HAM dan polisi. Hasilnya juga nihil.
Belakangan, seorang ibu-ibu kemudian mengaku bahwa rekaman itu adalah suaranya. Ia mengaku dan meminta maaf kepada salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
Video permintaan maaf sambil menangis dan bersimpuh itu terekam dan beredar viral di media sosial. Ibu itu kemudian diketahui bernama Suprapti Fauzie, seorang kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Selanjutnya soal kebohongan PT LIB
Kebohongan soal rekomendasi jadwal pertandingan
Kebohongan lainnya yang terungkap adalah PT Liga Indonesia Baru (LIB) soal penolakan rekomendasi Polres Malang agar jadwal maju sore hari. LIB mengaku menolak rekomendasi itu karena permintaan pihak Indosiar sebagai stasiun TV yang menyiarkan pertandingan.
Hal ini diungkapkan oleh Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Rhenald Kasali. Ia mengatakan PT LIB mengaku harus memenuhi permintaan tersebut.
"PT LIB mengatakan broadcaster mintanya begitu, harus dipenuhi. Menurut PT LIB," kata Rhenald kepada wartawan, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2022).
Namun hal itu dibantah oleh Direktur Programing Indosiar Harsiwi Achmad. Ia menjelaskan, penyusunan jadwal pertandingan Liga 1 sudah disusun oleh PT LIB.
Dia mengatakan. jadwal juga telah dikoordinasikan dengan Indosiar selaku stasiun TV, termasuk jadwal siaran laga Arema FC versus Persebaya berujung Tragedi Kanjuruhan.
"Tapi sekali lagi, tadi kami menjelaskan bahwa jadwal tayang itu sudah disusun dari awal oleh PT LIB dikoordinasikan dengan Indosiar," kata Harsiwi setelah memberikan keterangan kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Entah mana yang benar dan yang bohong. Tapi aksi saling cuci tangan ini kemudian ditanggapi Menko Polhukam Mahfud Md bahwa Liga sepakbola di negeri ini memang kacau.
"Rekomendasi TGIPF belum dikeluarkan, masih akan didiskusikan hari ini. Tapi bahwa terjadi saling menghindar dari tanggung jawab operasional lapangan seperti antara LIB, PSSI, Panpel, bahkan Indosiar menjadi bukti bahwa penyelenggaraan Liga agak kacau. Membahayakan bagi dunia persepakbolaan kita," kata Mahfud Md, Rabu (12/10/2022).