Polemik asuransi tiket laga Arema FC vs Persebaya Surabaya berujung Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 disuarakan oleh keluarga korban. Polres Malang akan memfasilitasi dengan menggelar forum resmi menyelesaikan persoalan tersebut.
Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana mengungkap adanya hal baru yang diterima pihaknya selama berinteraksi dengan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Yakni terkait kejelasan polemik asuransi tiket saat pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya 1 Oktober 2022 lalu.
"Suara-suara harapan yang disampaikan keluarga korban, yang terbaru dari beberapa hasil interaksi kami dimana keluarga korban ingin meminta kejelasan tentang polemik asuransi (tiket) pada saat pertandingan 1 Oktober 2022," ujar Kholis usai doa bersama di Satpas Prototype, Tegaron, Kepanjen, Kabupaten Malang, Selasa (1/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Kholis, asuransi tiket tersebut merupakan salah satu temuan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan. Namun, ada keluarga korban yang belum mendapatkan informasi secara jelas terkait asuransi tersebut.
"Ini merupakan salah satu temuan TGIPF (soal asuransi). Namun keluarga korban belum mendapatkan informasi secara jelas," ujar Kholis.
Kholis mengaku, pihaknya telah mengambil langkah untuk mendalami bagaimana soal polemik asuransi tersebut. Harapannya nanti, pihaknya juga dapat memberikan informasi secara detil kepada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
"Sehingga kami lakukan pendalaman kembali harapannya adalah kami bisa menyampaikan informasi lebih detil bagaimana soal polemik asuransi tersebut," katanya.
Kholis mengungkapkan, bahwa penjelasan terkait polemik asuransi akan dibawa dalam forum resmi, yang melibatkan banyak pihak. Sehingga ke depan keluarga korban akan bisa mendapatkan keterangan atau informasi secara jelas menyangkut pertanyaan asuransi pada tiket yang telah dibeli.
"Nanti akan kami sampaikan di forum yang lebih teknis, bersama keluarga korban baik itu paguyuban, yayasan, perhimpunan maupun komunitas yang mewadahi agar tidak ada pertanyaan lagi," terangnya.
"Kami memahami polemik ini belum dipahami seutuhnya oleh keluarga korban. Sehingga kami sudah merangkum menyusun soal kejelasan asuransi ini," sambungnya.
Yudi Prengil (44), orang tua dari Gabrielle Fenindra Yudha Putra (16) salah satu korban Tragedi Kanjuruhan membenarkan terkait asuransi tiket tersebut.
"Namanya asuransi jelas harus keluar, tiket anak saya beli sudah jauh-jauh hari dapat. Belum tersentuh, katanya dari panitia tidak diasuransikan dari penonton semua, itu suara-suara sumbang gitu," katanya ditemui usai doa bersama.
Yudi menambahkan asuransi yang seharusnya diperoleh dari pembelian tiket telah diatur oleh perundangan-undangan. Dengan begitu seharusnya, hak asuransi bagi pembeli tiket harus diberikan.
"Harus ada, sesuai perundang-undangan jelas mengumpulkan orang bertiket dengan resiko kecelakaan pasti ada diasuransikan seharusnya dan harus," ujar warga Wonosari, Kabupaten Malang, ini.
"Kita sudah taat beli tiket sewajajarnya dengan harga Rp 80 ribu usia anak katakanlah. Tapi faktanya dari pihak manajemen belum ada respon hampir 2 tahun ini," sambungnya.
Ia lantas berharap pihak terkait segera memberikan jawaban atas kejelasan dari asuransi pada tiket itu. Karena itu menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan.
"Mudah-mudahan dari pihak berwenang atau yang bersangkutan seyogyanya, melaksanakan tugas dan kewajiban yang semestinya diberikan kepada keluarga korban. Gak tutup mata, tutup telinga pura- pura tidak tahu bukan manusiawi lepas dari tanggung jawab," harapnya.
Bukan hanya persoalan asuransi tiket yang belum jelas. Yudi juga menegaskan pihaknya belum menerima kehadiran PSSI pasca-tragedi.
Padahal, putranya adalah salah satu pemain pada klub sepakbola yang berlaga di Liga 3 dan menjadi binaan PSSI.
"PSSI juga gak ada tanggapan sama sekali. Anak saya bermain di Liga 3, ada dua korban anak saya dan temannya Revano belum tersentuh," pungkasnya.
(abq/iwd)