Kabar duka kembali menyelimuti dunia sepakbola Indonesia. Pasalnya, ada tambahan seorang korban meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan. Seorang korban yang sempat dirawat di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang mengembuskan napas terakhir.
Sebelumnya, Tragedi Kanjuruhan yang pecah pada Sabtu (1/10/2022) memakan 131 korban jiwa hingga ratusan suporter lainnya luka. Tercatat, hingga kini korban meninggal Tragedi Kanjuruhan menjadi 132 orang. Berikut 7 fakta duka soal kejadian ini:
1. Korban Telah Dirawat 10 Hari
Korban meninggal ini bernama Helen Pricela (20) warga Dusun Banjar, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Korban sudah dirawat selama 10 hari. Ia meninggal pada Selasa (11/10) pukul 14.25 WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Korban sendiri telah mendapat perawatan selama 10 hari terakhir. Dinyatakan meninggal 14.25 WIB," kata salah satu tim dokter penanganan korban Tragedi Kanjuruhan, dr Arie Zainul Fatoni SpAnc, Selasa (11/10/2022).
2. Kondisi Korban Kritis Sejak Awal Dirawat
Saat dirawat, korban sudah dalam keadaan kritis. Lalu kondisi korban pun terus memburuk.
"Sudah dalam keadaan agak kritis. cuma dalam perjalanannya semakin memburuk. Karena masuk (RSSA) sudah dengan multi trauma," jelas dr Zainul.
3. Penyebab Meninggalnya Helen
Selain itu, dr Zainul menyebut, korban meninggal karena aliran oksigen ke paru-parunya semakin memburuk. Hal ini membuat korban mengalami gagal napas.
"Karena memang oksigen ke paru-paru sangat jelek sekali, sehingga mengalami gagal napas akut," jelasnya.
Penjelasan dokter soal multiple trauma yang dialami Helen. Baca di halaman selanjutnya!
4. Korban Alami Multiple Trauma
Pasien dinyatakan meninggal karena mengalami multiple trauma. Salah satunya karena aliran oksigen ke paru-paru semakin memburuk. Ini membuat korban mengalami gagal napas. Kondisi ini membuat pasien tidak mampu bertahan.
"Itu disebabkan karena adanya multitrauma, sehingga mengakibatkan komplikasi injury," imbuhnya.
5. Kondisi Terakhir Korban Sebelum Meninggal
Tak hanya itu, dr Zainul juga menceritakan kondisi terakhir korban. Ia mengalami gagal napas akut. Hal ini berawal dari cidera di paru-parunya.
"Karena oksigenasi ke paru-paru sangat jelek sekali karena hipoksia, gagal napas akut atau kalau dalam kedokteran namanya Acute Respiratory Distress Sydrome (ARDS) berat atau dalam bahas awam yakni gagal nafas akut," jelasnya.
"Gagal nafas akut itu disebabkan karena injury di luar paru-paru, biasanya karena multitrauma pada Mbak Helen, sehingga mengakibatkan komplikasi berupa injury atau cidera di paru-paru," tambahnya.
6. Kondisi Helen Tak Stabil
Dalam kesempatan berbeda, Plt Direktur Utama Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang Dr Kohar Hari Santoso membenarkan korban meninggal tragedi Kanjuruhan bertambah. Menurutnya, korban tambahan yang meninggal kondisinya memang tidak stabil.
"Iya (meninggal tambahan satu). Jadi memang kondisinya tidak stabil," kata Kohar di Grahadi Surabaya.
Menurut dr Kohar, ada dua pasien yang kondisinya kritis saat dirinya mengecek RSSA Selasa pagi. Satu di antaranya, yakni Helen yang akhirnya meninggal.
7. RSSA Rawat 6 Pasien Kritis Tragedi Kanjuruhan
Lebih lanjut, Kohar menyampaikan hingga saat ini masih ada 6 pasien yang masih dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU).
"Jadi kami masih merawat pasien di ICU 6, di ruang biasa tinggal 4. Di ICU kondisinya belum stabil. Kami beri perhatian khusus dan kami beri penanganan terbaik," ujarnya.
Ia juga sempat menyebutkan penyebab sejumlah pasien yang kritis. Di antaranya karena benturan, pendarahan, dan juga syok. "Ada yang karena benturan, pendarahan, ada juga yang syok," ujarnya.
Sebelumnya, Tragedi Kanjuruhan pecah usai laga Arema FC vs Persebaya pada 1 Oktober 2022. Saat itu banyak suporter Arema FC berdesakan keluar stadion hingga jatuh terinjak karena berebut pintu keluar. Mereka berebut keluar karena aparat keamanan menembakkan gas air mata.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyatakan korban meninggal tragedi tersebut mencapai 131 jiwa. Hari ini, dengan kematian Helen, korban meninggal tragedi kemanusiaan itu bertambah menjadi 132 orang.