Tak ada bumi kedua yang layak dihuni manusia. Karena itu sudah selayaknya manusia menjaga satu-satunya bumi yang mereka pijak. Hal ini yang terus digaungkan oleh Komunitas Tunas Hijau Indonesia.
Mereka yang tergabung dalam komunitas ini berkomitmen mengajak masyarakat melakukan aksi perbaikan lingkungan secara berkelanjutan dengan berbagai bentuk kegiatan dan program.
Komunitas ini berdiri sejak 5 Juni 1999. Selama kurang lebih 24 tahun mereka terus melakukan berbagai aksi, mulai dari pangeran putri lingkungan hidup, gerakan sadar iklim dan tanggap bencana, hingga Surabaya eco school.
Ketua komunitas Tunas Hijau Indonesia Mochamad Zamroni menceritakan awal kegiatan yang diinisiasi komunitas itu adalah Bersih-Bersih Kenjeran sebagai bagian Clean Up the World, tepatnya pada 23 September 1999.
"Bersih-bersih Pantai Kenjeran saat itu diikuti oleh 6.830 orang dan menjadi bagian dari aktivitas yang sama yang digelar serentak di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur," ujar Zamroni kepada detikJatim, Selasa (25/10/2023).
Tak hanya itu, di awal berdirinya komunitas itu Tunas Hijau juga melakukan gerakan seperti 'Pramuka 0 Rupiah' dengan aksi pengurangan plastik sekali pakai, serta kampanye buang sampah pada tempatnya.
Aksi peduli lingkungan yang dilakukan Tunas Hijau menyasar sekolah, anak-anak dan remaja, hingga di lingkup keluarga. Karena menurut Zamroni, Tunas Hijau percaya keluarga adalah wadah pembelajaran dan membiasakan aktivitas menjaga lingkungan.
"Pelibatan keluarga ini sudah sejak tahun 2017 melalui beberapa program," ujar Zamroni.
Hingga saat ini, Komunitas Tunas Hijau melalui program Pangeran Putri Lingkungan Hidup serta Gerakan Sadar Iklim Dan Tanggap Bencana telah berkegiatan bersama kurang lebih 2.200 keluarga di 24 provinsi di Indonesia.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dan dikampanyekan di antaranya memilah sampah berdasarkan jenisnya, pengelolaan sampah organik dalam bentuk kompos, serta pemilahan khusus untuk minyak jelantah.
Tidak hanya itu Tunas Hijau juga mengajak keluarga menanam tumbuhan di sekitar tempat tinggal, upaya penghematan air, serta gerakan belanja dengan tas yang bisa dipakai berulang-ulang.
Dalam hal pendidikan lingkungan, Tunas Hijau juga telah mengembangkan sejumlah media permainan yang sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia menjadi media pendidikan lingkungan hidup.
Di antara media permainan itu adalah kartu kwartet, monopoli, kartu remi dan ular tangga. Khusus ular tangga, Tunas Hijau telah menerbitkan beberapa tema ular tangga, yaitu lapisan ozon, hutan, papua, sampah, pemanasan global, air dan lingkungan hidup.
Tidak hanya itu, Tunas Hijau juga menerbitkan sejumlah buku komik bertema lingkungan hidup dalam rentang 2005 hingga 2008. Sejumlah judul komik itu adalah Monster Sampah Plastik, Duta Ozon, hingga Kota Berselimut Asap.
Dipicu kondisi Pandemi COVID-19, Tunas Hijau juga rutin mengadakan kegiatan webinar berbagai tema terkait sadar iklim dan tanggap bencana bekerja sama dengan para ahli. Saat ini sudah terselenggara 158 webinar dan masih terus berjalan setiap akhir pekan.
"Webinar ini sejak tahun 2020, mulanya karena pandemi. Tapi sampai sekarang masih konsisten hingga total sudah ada 158 webinar. Antusiasme masyarakat juga tinggi. Kami juga bekerja sama dengan para ahli, ada dari BNPB, ITB, Ikatan Ahli Bencana, dan lainnya," ungkap Zamroni.
Lewati berbagai tantangan. Baca di halaman selanjutnya.
(dpe/iwd)