Sekumpulan orang yang tergabung dalam Komunitas bernama Debu Langit ini mendedikasikan diri mencari 'bekal untuk pulang'. Mereka melakukan beragam bakti sosial dan kemanusiaan.
Pendiri Komunitas Debu Langit Erwien Kusumawan menjelaskan komunitas yang dia dirikan itu mengawali kegiatannya sejak 2017 dengan kegiatan bersih-bersih musala.
Saat itu Erwien bersama teman-teman SMA-nya di Sidoarjo melakukan aksi bersih-bersih musala. Meski belum ada donasi dia relakan uang pribadinya untuk operasional Debu Langit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum ada pendanaan apapun, dari kegiatan itu saya share dan banyak yang ikut kontribusi. Karena semakin banyak kami terus lakukan kegiatan bedah musala," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (18/10/2023).
Selama program Islam Gembira, akronim dari 'Istiqomah dalam Gerakan Musala Bersih dan Rapi' berjalan 2 tahun, sudah ada 66 musala yang dibedah mulai dari membuat toilet, teras, hingga tempat wudu.
Di tahun yang sama, Debu Langit juga membesut program sedekah kurban. Itu adalah program donasi kambing ke peternak, tidak ada bagi hasil, tetapi pada tahun ke-2 donatur berhak mendapatkan seekor kambing untuk kurban.
"Jadi, berapapun anak dari kambing ini hak peternak dan 1 kambing hak bagi donatur untuk kurban. Itu berlangsung sejak 2018 sampai sebelum Pandemi COVID-19. Alhamdulillah, sekarang kambingnya sudah banyak, ada 26 kambing di Probolinggo," ujarnya.
Program ini memang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak yang perekonomiannya memang benar-benar kurang dan butuh bantuan, bukan peternak besar.
Setahun setelah Debu Langit memulai sejumlah program, Gempa Bumi di Lombok, NTB terjadi. Debu Langit terjun ke Lombok lalu menggalang donasi hingga terkumpul Rp 200 juta.
"Jumlah uang itu di luar barang-barang ya (baju, terpal, obat). Itu gempa pertama yang kita support, lalu kami juga melakukan penggalangan dana untuk Gempa Palu," ujarnya.
Sejumlah program terus dilakukan. Hingga tiba masa pagebluk. Erwien dan kawan-kawannya tidak tinggal diam. Mereka kembali menggelar program sosial dan kemanusiaan.
![]() |
Saat itu mereka menginisiasi program COD atau Charity Outlet Debu Langit. Itu adalah outlet baju bekas dengan kondisi 80% layaknya toko trifting tetapi diberikan cuma-cuma bagi yang butuh.
"Selama pandemi itu ada sekitar 23 ribu pakaian yang sudah kami distribusikan ke dhuafa secara gratis. Donaturnya dari Malang, Bandung, sampai Jakarta. Tidak hanya baju bekas tapi juga mukenah dan semuanya masih keren, layak, dan bagus," katanya.
Kegiatan COD itu yang menurutnya paling berkesan karena ada satu momen ketika mereka kedatangan pasangan yang hendak menikah tetapi tidak memiliki biaya untuk membeli pakaian pengantin.
Pasangan yang datang ke lokasi COD Debu Langit itu menemukan sebuah kebaya dan jas yang sangat cocok dan pas bagi mereka untuk menjalankan hari pernikahan.
"Mereka datang dan maturnuwun sampai menangis. Selain dapat baju, setiap yang datang kami beri paket sembako. Selalu ada saja donatur yang memberikan sumbangan secara terus menerus," ujarnya.
Dengan berat hati Erwien menutup dan menghentikan program itu. Karena semakin lama yang datang bukan orang yang memang membutuhkan, tetapi orang yang sama yang ingin meraup keuntungan.
"Karena pada kenyataannya banyak orang-orang yang sebenarnya tidak masuk dalam kategori dapat baju itu tapi memaksakan agar bisa dapat baju itu," katanya.
Kegiatan Debu Langit yang masih bertahan hingga kini adalah Kamisan Berkah. Setiap Kamis di Jalan Yos Sudarso, Sidoarjo, Erwien bersama keluarga dan pengurus Debu Langit membagikan sarapan gratis.
Sasarannya adalah ratusan kaum duafa, driver ojol, hingga warga setempat yang memang kurang mampu. Mereka sediakan 150 hingga 200 porsi makanan secara gratis.
"Ini sudah berjalan dan semoga berlangsung sampai Ramadan, sampai saat ini hanya kegiatan itu yang berjalan. Kami menunggu momen untuk kegiatan selanjutnya," ungkap dia.
Bekal untuk pulang. Baca di halaman selanjutnya.