Jalan Panjang Komunitas Debu Langit Mencari 'Bekal untuk Pulang'

Kabar Komunitas

Jalan Panjang Komunitas Debu Langit Mencari 'Bekal untuk Pulang'

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 18 Okt 2023 20:33 WIB
Komunitas Debu Langit.
Salah satu kegiatan sosial yang dilakukan Komunitas Debu Langit. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Sekumpulan orang yang tergabung dalam Komunitas bernama Debu Langit ini mendedikasikan diri mencari 'bekal untuk pulang'. Mereka melakukan beragam bakti sosial dan kemanusiaan.

Pendiri Komunitas Debu Langit Erwien Kusumawan menjelaskan komunitas yang dia dirikan itu mengawali kegiatannya sejak 2017 dengan kegiatan bersih-bersih musala.

Saat itu Erwien bersama teman-teman SMA-nya di Sidoarjo melakukan aksi bersih-bersih musala. Meski belum ada donasi dia relakan uang pribadinya untuk operasional Debu Langit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Belum ada pendanaan apapun, dari kegiatan itu saya share dan banyak yang ikut kontribusi. Karena semakin banyak kami terus lakukan kegiatan bedah musala," ujarnya kepada detikJatim, Rabu (18/10/2023).

Selama program Islam Gembira, akronim dari 'Istiqomah dalam Gerakan Musala Bersih dan Rapi' berjalan 2 tahun, sudah ada 66 musala yang dibedah mulai dari membuat toilet, teras, hingga tempat wudu.

ADVERTISEMENT

Di tahun yang sama, Debu Langit juga membesut program sedekah kurban. Itu adalah program donasi kambing ke peternak, tidak ada bagi hasil, tetapi pada tahun ke-2 donatur berhak mendapatkan seekor kambing untuk kurban.

"Jadi, berapapun anak dari kambing ini hak peternak dan 1 kambing hak bagi donatur untuk kurban. Itu berlangsung sejak 2018 sampai sebelum Pandemi COVID-19. Alhamdulillah, sekarang kambingnya sudah banyak, ada 26 kambing di Probolinggo," ujarnya.

Program ini memang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak yang perekonomiannya memang benar-benar kurang dan butuh bantuan, bukan peternak besar.

Setahun setelah Debu Langit memulai sejumlah program, Gempa Bumi di Lombok, NTB terjadi. Debu Langit terjun ke Lombok lalu menggalang donasi hingga terkumpul Rp 200 juta.

"Jumlah uang itu di luar barang-barang ya (baju, terpal, obat). Itu gempa pertama yang kita support, lalu kami juga melakukan penggalangan dana untuk Gempa Palu," ujarnya.

Sejumlah program terus dilakukan. Hingga tiba masa pagebluk. Erwien dan kawan-kawannya tidak tinggal diam. Mereka kembali menggelar program sosial dan kemanusiaan.

Komunitas Debu Langit.Program sedekah kambing Komunitas Debu Langit. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)

Saat itu mereka menginisiasi program COD atau Charity Outlet Debu Langit. Itu adalah outlet baju bekas dengan kondisi 80% layaknya toko trifting tetapi diberikan cuma-cuma bagi yang butuh.

"Selama pandemi itu ada sekitar 23 ribu pakaian yang sudah kami distribusikan ke dhuafa secara gratis. Donaturnya dari Malang, Bandung, sampai Jakarta. Tidak hanya baju bekas tapi juga mukenah dan semuanya masih keren, layak, dan bagus," katanya.

Kegiatan COD itu yang menurutnya paling berkesan karena ada satu momen ketika mereka kedatangan pasangan yang hendak menikah tetapi tidak memiliki biaya untuk membeli pakaian pengantin.

Pasangan yang datang ke lokasi COD Debu Langit itu menemukan sebuah kebaya dan jas yang sangat cocok dan pas bagi mereka untuk menjalankan hari pernikahan.

"Mereka datang dan maturnuwun sampai menangis. Selain dapat baju, setiap yang datang kami beri paket sembako. Selalu ada saja donatur yang memberikan sumbangan secara terus menerus," ujarnya.

Dengan berat hati Erwien menutup dan menghentikan program itu. Karena semakin lama yang datang bukan orang yang memang membutuhkan, tetapi orang yang sama yang ingin meraup keuntungan.

"Karena pada kenyataannya banyak orang-orang yang sebenarnya tidak masuk dalam kategori dapat baju itu tapi memaksakan agar bisa dapat baju itu," katanya.

Kegiatan Debu Langit yang masih bertahan hingga kini adalah Kamisan Berkah. Setiap Kamis di Jalan Yos Sudarso, Sidoarjo, Erwien bersama keluarga dan pengurus Debu Langit membagikan sarapan gratis.

Sasarannya adalah ratusan kaum duafa, driver ojol, hingga warga setempat yang memang kurang mampu. Mereka sediakan 150 hingga 200 porsi makanan secara gratis.

"Ini sudah berjalan dan semoga berlangsung sampai Ramadan, sampai saat ini hanya kegiatan itu yang berjalan. Kami menunggu momen untuk kegiatan selanjutnya," ungkap dia.

Bekal untuk pulang. Baca di halaman selanjutnya.

Erwien mengungkap bahwa Debu Langit yang menjadi nama komunitasnya sebenarnya merupakan singkatan 'Dari Bumi Untuk Langit'. Dia jelaskan mengapa memilih nama itu.

"Bumi itu kan identik fana, rusak, dosa, dan sesuatu yang jelek. Sedangkan langit identik dengan suci, hari akhir, hari pembalasan, bersih, neraka, dan surga," kata Erwien.

Erwien menjelaskan pendirian komunitas dan pemilihan nama Debu Langit itu sebenarnya berawal dari kegalauan. Salah satunya adalah kegalauannya akan kematian.

"Sebenarnya dari kegalauan, semakin tua ujung-ujungnya akan mati. Nah kalau sangu (bekal) untuk ke langit tidak ada bagaimana? Sedangkan kita makhluk bumi pasti akan kembali ke langit," lanjutnya.

Pria yang saat ini menjabat Manager Corporate Communications Telkomsel Jatimbalinusra itu ingin memanfaatkan sisa umurnya dan sisa hidupnya untuk beramal dengan membantu sesama.

"Nah, kita makhluk yang ada di bumi ini ingin mempersembahkan sesuatu untuk langit untuk sangu pulang kelak walau hanya sebesar debu," jelasnya.

Sejak awal dibentuk, Erwien mempersilakan siapa pun bergabung dan melakukan aksi bersama. Termasuk relawan di setiap daerah, tak hanya di Jawa Timur, tapi di seluruh Indonesia.

"Siapapun bisa beraksi, eksekusi, dan donasi. Jadi, teman-teman yang melakukan aksi itu tadi adalah relawan dari Debu Langit di setiap daerah, mereka yang jadi kepanjangan tangan debu langit di Surabaya dan Sidoarjo," katanya.

Komunitas Debu Langit.Kamisan berkah berupa sarapan bareng Komunitas Debu Langit untuk kaum duafa, driver ojol, dan juga masyarakat kurang mampu. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)

Hingga saat ini, kata dia, ada 3 orang yang menjadi pengurus inti dari Debu Langit. Mereka memiliki peran masing-masing yakni di bagian keuangan, eksekutor lapangan, dan inisiator.

"Jadi, ketika kita mencari dana, kita laporkan ke keuangan, lalu eksekutor ini survey dan cek posisi, kemudian mendistribusikan kebutuhan untuk program itu," bebernya.

Respons dari teman-teman dan keluarganya sangat positif ketika pertama kali dia mendirikan komunitas itu. Begitu juga masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

"Alhamdulillah ya, saat itu respon masyarakat dan keluarga kalau kata anak-anak sekarang 'Tak habis Fikri, di luar Nurul', yang respon positif sangat banyak," pungkasnya.

Kini Erwien ingin merealisasikan tujuan besar Debu Langit dalam mencari 'bekal untuk pulang'. Dia tidak lagi memikirkan program melainkan ingin membangun sesuatu yang terus memberikan manfaat untuk orang lain bahkan setelah dirinya tiada.

Dia dan para pengurus ingin membangun Masjid. Tak hanya sekedar bangunan masjid, tetapi berbagai kegiatan masjid yang melihat banyak jemaah terutama ibadah salat 5 waktu.

"Kemudian selesai buat saya. Kami sempat mencari lahan di Jatim, Jateng, dan lain sebagainya, nanti kami namakan Masjid Debu Langit. Tapi saat mau membangun, kami pikir sudah sangat banyak masjid. Takutnya sia-sia sedekahnya karena hanya sedikit jemaahnya. Nah, itu masih menjadi kendala kami," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.



Hide Ads