Siswi SMAN 5 Surabaya, Nathania berhasil meraih juara 1 kategori Medicine Science pada Kompetisi Sains Bidang Kesehatan tingkat Internasional di Taiwan. Nathania menjadi satu-satunya pelajar Indonesia yang sukses mendobrak keketatan kompetisi itu sejak enam tahun silam.
Pada Kompetisi Sains Taiwan International Science Fair (TIF), penelitian yang diusung Nathania berjudul Silver Moringa Cloth. Ia membuat baju antibakteri untuk melawan bakteri MRSA dari basis ekstrak kelor yang disintesis dengan nanopartikel perak. Penelitiannya pun sukses mengalahkan 21 negara di dunia pada kompetisi sains tersebut.
Sebelum mengikuti TIF, Nathania mengikuti lomba IRIS, membuat ekstrak kelor yang disintesis dengan nanopartikel perak untuk melawan bakteri salmonella. Di kompetisi IRIS itu ia mendapat juara 1 dan juara favorit. Kemudian, dengan karya yang sudah ada, ia kembangkan lagi untuk bakteri lain dan mengikuti lomba NASFIA 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di situ saya membuat antibakteri dari basis ekstrak kelor dan juga disintesis dengan nanopartikel perak untuk melawan bakteri MRSA. Syukurlah saya dapat medali silver dan diberi kesempatan menjadi tim nasional Indonesia dan kebetulan dipilih untuk mewakilkan ke Taiwan," kata siswi kelas 12 ini saat ditemui detikJatim di SMAN 5 Surabaya, Kamis (16/2/2023).
"Jadi sebenarnya agak ragu karena berat sekali dan belum pernah ada Indonesia yang menang dan bidang medicine and health pasti jauh lebih berat. Untuk international participant tahun ini yang juara cuman saya dan syukur lah juara 1," tambah gadis berusia 18 tahun ini.
Nathania mengaku butuh waktu 3 bulan untuk mempersiapkan kompetisi itu. Siswi yang tinggal di Surabaya Barat ini memerlukan tes uji antibakteri dan banyak pengulangan hingga detail, sebab bakteri juga makhluk hidup.
Ada pun yang memberatkan, seperti microscope electron dan adanya hanya di Universitas Negeri Malang (UM), sehingga mengharuskannya bolak-balik Surabaya-Malang. Bahkan, Nathania sempat meminta tolong ke UM untuk mempercepat pengujian penelitiannya hingga last minute. Beruntungnya, pada 1 Februari sudah jadi dan langsung dimasukkan ke poster.
"Sampai sana (Taiwan) saya juga senang, karena posternya bagus dan seluruh dunia berkumpul, pasti banyak yang memiliki kualitas penelitian yang baik, karena mereka sudah juara di negara masing-masing. Saya senang karena poster masih terlihat bagus, isinya semua, kredibilitasnya menurut saya ada, karena penelitian itu yang penting bukti data dan collecting data," ujarnya.
Gadis berambut panjang ini menjelaskan alasannya tertarik di bidang kesehatan, karena sedari kecil di suka melihat hospital scene. Natahnia memang punya mimpi jadi dokter.
"Kalau bisa menyembuhkan seseorang, misal dari karya ekstrak saya sekarang dari tanaman kita memanfaatkan bahan alami yang ada. Daun kelor bisa digunakan sebagai antibakteri yang sangat berguna untuk bakteri mematikan. Tujuan penelitian untuk memecahkan suatu masalah yang ada dan kenapa saya tertarik itu karena menarik. Mereka itu berkembang terus menerus penelitian itu," jelas perempuan kelahiran Surabaya, 10 November 2004 ini.
SMAN 5 Surabaya men-support penuh Nathania. Baca halaman selanjutnya.
Nathania juga mendapat support dari sekolah. SMAN 5 Surabaya mendukungnya menuntaskan penelitian meski beberapa kali dia tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Guru-gurunya juga mendoakan.
"Saya sering menanyakan pendapat ke guru biologi biasanya, kira-kira sudah bagus atau belum. Lalau pendampingan tanya ke papa, karena papa dokter juga," pungkasnya.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 5 Surabaya, Sukirin Wikanto mengatakan, sekolah punya inovasi "One Student One Talent" atau satu siswa satu talenta. Agar anak-anak yang low dari zonasi tidak terbebani, baik akademik maupun nonakademik yang bisa dipilih oleh siswa sesuai bidang yang dikuasai.
"Kami membuat regulasi mendata mapel yang di kementerian ada 9, kemudian ditambahkan ada debat Bahasa Indonesia, debat Bahasa Inggris, olimpiade Bahasa Jerman dan penelitian seperti Nathania. Sehingga 13 atensi. Kami apresiasi dan mendukung penuh, termasuk Nathania di tingkat nasional juara, lalu menyiapkan ke internasional. Kalau mau ke lab sekolah sebagai administrasi, misalkan ke lab UNM kita yang merekom surat-surat dan sebelum berangkat diberi penguatan mental," kata Sukirin.
Ia berharap semua siswanya bisa eksplor kemampuan di bidangnya masing-masing. Baik akademik maupun nonakademik. Pihak sekolah akan men-support dan mengembangkan bakat dan prestasi siswa.
"Mana yang dikembangkan, akademik maupun nonakademik. Kalau mengembangkan akan kami up seperti Nathania, tapi kalau meneliti sederhana kami upayakan explore, paling tidak ada nilai tambah di mapel," harapnya.
Wali kelas Nathania, Bambang Eko mengatakan bahwa Natahania merupakan siswi berprestasi. Nathania tercatat sebagai ranking 1 di kelasnya.
"Kelas 11 dulu dia terpilih pelajar berprestasi di Jawa Timur, itu terbukti dia punya talenta yang baik. Kesehariannya sama dengan temannya, supel, walaupun punya prestasi ndak sombong. Aktif mencari tahu anaknya, di kelas sering bertanya," ucap guru Bahasa Indonesia tersebut.
Simak Video "Video Menyoal Sound Horeg: Budaya Lokal atau Masalah Sosial?"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)