Produk Berbahan Kaktus Bawa Siswa Ponorogo Moncer di Malaysia

Produk Berbahan Kaktus Bawa Siswa Ponorogo Moncer di Malaysia

Charolin Pebrianti - detikJatim
Sabtu, 11 Jun 2022 13:11 WIB
Dua Siswa SMA Negeri 3 Ponorogo yang meraih medali silver di WYIE Malaysia dan produk berbahan dasar kaktus
Dua siswa SMA Negeri di Ponorogo yang meraih penghargaan di Malaysia. (Foto: Istimewa)
Ponorogo -

Dua siswa SMAN 3 Ponorogo Dhea Nanda Puspita (17) dan Mauli Dwi Ananda (17) berhasil membuat produk bermanfaat berbahan dasar kaktus. Produk itu meraih prestasi di Malaysia.

Produk berbahan kaktus hasil penelitian mereka itu adalah Tiracure yakni salep untuk pengobatan luka dan Tiradis yakni gula cair rendah kalori untuk pasien diabetes.

Produk mereka pun berhasil meraih juara dua atau silver medal dalam ajang lomba World Young Inventors Exhibition (WYIE) 2022 di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami membuat dua produk berbahan dasar kaktus centong, pertama Tiracure salep mengobati luka bakar dan Tiradis gula cair yang rendah kalori baik dikonsumsi untuk penderita diabetes," tutur Dhea kepada wartawan, Sabtu (11/6/2022).

Dhea menambahkan proses pembuatannya, pertama menyiapkan kaktus centong. Untuk Tiracure dibuat dengan cara mencairkan vaselin lalu menambahkan ekstrak dari kaktus serta menambahkan cera alba.

ADVERTISEMENT

Sedangkan untuk Tiradis dibuat dengan memanaskan ekstrak dari kaktus lalu ditambahkan enzim berupa enzim glukoamilase dan alfa-amilase.

"Dipilih kaktus centong karena mudah tumbuh di Indonesia bahkan di lingkungan SMAN 3 Ponorogo juga banyak terdapat kaktus centong," terang Dhea.

Selain itu, lanjut Dhea, manfaat kaktus centong memiliki kandungan senyawa aktif, mineral, vitamin, sukrosa, dan karbohidrat. Kandungan-kandungan itu bisa mempercepat penyembuhan luka bakar.

"Kecelakaan industri sering dijumpai di kehidupan sehari-hari, seperti korsleting listrik, ledakan gas kimia. Kecelakaan domestik seperti kebakaran di dapur. Penanganannya saat ini masih konvensional dan hasilnya kurang memuaskan," imbuh Dhea.

Tak hanya itu kandungan sukrosa pada kaktus centong bisa dimanfaatkan menjadi gula rendah kalori yang cocok untuk penderita diabetes.

Selama penelitian Dhea bersama rekannya juga tak luput dari kesulitan. Mereka sempat beberapa kali melakukan percobaan untuk menemukan bahan dan komposisi yang tepat.

"Dalam membuat komposisi itu perlu dilakukan percobaan berulang-ulang agar menghasilkan salep luka bakar yang bagus. Begitu pula untuk produk gula rendah kalori atau Tiradis," papar Dhea.

Untuk sekali produksi salep luka bakar atau Tiracure menghabiskan biaya Rp 160 ribu dengan hasil 20 pot salep. Satu pot salep di jual dengan harga Rp 20 ribu.

"Ke depan kami berharap bisa terus mengembangkan produk kami dengan jangkauan lebih luas, mendapat legalitas dan dikembangkan menjadi berbagai produk lain seperti plester, suplemen, keripik, dan masker wajah," tandas Dhea.

Sementara, Guru Pembimbing mereka Siti Nurwaqidah menambahkan ide dan segala proses pembuatan produk dari anak didiknya.

"Ide biasanya dari anak-anak, saya tinggal mengarahkan dan mendampingi. Alhamdulillah dapat juara 2 tingkat internasional," pungkas Ida.




(dpe/sun)


Hide Ads