Seni Bantengan di Malang memang identik dengan pencak silat. Namun, sejatinya, kesenian yang diwarnai kondisi trans alias kesurupan sejumlah pemainnya itu memiliki nilai gotong royong dan kebersamaan.
Sudah jelas apa yang memicu perkelahian yang berujung pengeroyokan di Pujon, Malang, hingga berujung tewasnya remaja bernama Danar Anendra Putra (17) sama sekali tidak berkaitan Bantengan.
Apa yang terjadi Sabtu malam itu seharusnya bisa dicegah bila kedua pihak, baik korban maupun para pelaku, tidak mengedepankan sifat yang mirip petasan bersumbu pendek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sabtu (6/1) malam itu, Danar bersama kawannya Galih Wisnu (18) sedang perjalanan pulang ke Dusun Dadapan Kulon, Desa Bendosari, Pujon, Malang selepas nonton Bantengan.
Mereka berdua melaju berboncengan naik motor menempuh jalan pulang melewati Dusun Tretes, Desa Bendosari, Pujon, Kabupaten Malang. Di lokasi inilah peristiwa mencekam itu terjadi.
![]() |
Danar melihat tiga remaja sedang berkumpul di sebuah Gazebo di tepi jalan. Satu dari 3 remaja yang ternyata sedang dalam pengaruh miras itu menegurnya dengan nada menantang.
"Opo lirik-lirik (Ngapain melirik-lirik)?" Ujar salah satu remaja itu kepada Danar. Seketika Danar menghentikan laju sepeda motornya lalu mendatangi ketiga remaja itu.
Tak satu pun kata yang keluar dari mulut Danar kecuali bahasa kekerasan yang mendadak muncul berwujud pukulan terhadap remaja yang menegurnya. Ujung tindakan itu adalah baku hantam.
"Jadi ketika korban melintas, tiga remaja ini merasa tersinggung dan menegur korban dengan berkata 'opo lirik-lirik' gitu. Kemudian korban berhenti dan tiba-tiba memukul salah satu remaja di Gazebo itu," ujar Kapolres Batu AKBP Oskar Syamsuddin saat menggelar konferensi pers, Jumat (12/1).
Galih, teman Danar, yang menyadari mereka kalah jumlah segera kabur setelah dirinya sempat menjadi korban penganiayaan. Para pelaku yakni AS (18), EKS (14), dan ARZ (17) ramai-ramai menghajar Danar hingga tak berdaya.
Ketiga remaja yang sedang dalam pengaruh miras itu bertindak lebih jauh di luar kontrol, bahkan lebih brutal dari pemain Bantengan yang sedang kesurupan. Terbersit niat mereka untuk menghabisi nyawa Danar.
Meminjam pisau untuk menghabisi Danar. Baca di halaman selanjutnya.