4 Tahun Kasus Pasar Malang Berlalu, Mutilasi Kembali Gemparkan Jatim

4 Tahun Kasus Pasar Malang Berlalu, Mutilasi Kembali Gemparkan Jatim

Denza Perdana - detikJatim
Selasa, 13 Jun 2023 21:12 WIB
Warga setempat dihebohkan dengan penemuan mayat termutilasi di Sidoarjo. Polisi mengungkapkan ciri-ciri mayat itu, sedangkan identitas korban masih diselidiki.
Evakuasi mayat termutilasi yang ditemukan di Sidoarjo. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Kasus pembunuhan disertai mutilasi kembali terjadi di Jawa Timur setelah 4 tahun kasus di Pasar Besar Malang. Temuan mayat mutilasi di Sidoarjo dan Surabaya hingga kini masih diselidiki.

Tim Forensik di RS Bhayangkara Pusdik Shabara Porong menyelidiki 2 potongan tubuh baik di Trosobo, Sidoarjo maupun Kenpark, Surabaya yang diduga kuat identik.

Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Shabara Porong AKBP dr Eko Yunianto mengatakan, ada kemiripan antara mayat termutilasi di Sidoarjo dan Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sementara itu ada penemuan dua potongan kaki di Surabaya ada kemiripan dengan mayat termutilasi di Sidoarjo," kata Eko melalui telepon selulernya, Selasa (13/6/2023).

Potongan kedua tubuh itu seolah tersambung. Mayat di Sidoarjo terpotong setengah badan hingga bagian bawah perut. Sedangkan di Surabaya bagian pinggang ke bawah hingga kaki, minus telapak kaki.

ADVERTISEMENT

"Yang ditemukan di Kenjeran Surabaya itu dari pinggang ke bawah. Antara kaki kanan dan kiri tetap utuh. Sementara itu kedua telapak kaki terpotong," tandas Eko.

Eko mengatakan untuk membuktikan bahwa kedua potongan mayat itu 1 bagian tubuh orang yang sama, harus dilakukan tes DNA. Tes itu butuh waktu antara 1 hingga 2 minggu.

Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Perwakilan Jawa Timur Riza Wahyuni mengakui bahwa kasus mutilasi di Sidoarjo dan Porong itu memang menjadi sorotan.

"Sebenarnya kasus ini cukup menarik juga. Dengan dibuang di tempat yang berbeda. Tapi kita belum bisa berandai-andai," ujarnya kepada detikJatim.

Dia juga mengakui bahwa kasus mutilasi seperti ini muncul lagi setelah terakhirnya kali terjadi di Pasar Besar, Malang pada 2019. Saat itu Riza mengaku turut menangani.

"Mutilasi terakhir 2019 yang di malang, di Pasar Besar. Faktor yang mendorong pelaku melakukan itu karena kemarahan. Itu pelaku kenal dengan korban," katanya.

Mutilasi di Malang dan hipotesis awal mutilasi di Sidoarjo-Surabaya. Baca di halaman selanjutnya.

Saat itu, mayat perempuan yang tidak diketahui identitasnya ditemukan tewas termutilasi di kawasan Pasar Besar, Malang pada Selasa 14 Mei 2019. Potongan tubuhnya ditemukan di tempat terpisah-pisah.

Ada selembar kertas bertuliskan 'Innalillahi' yang ditemukan di lokasi. Selain itu ada tato tulisan di masing-masing telapak kaki wanita itu. Satu menyebut nama Sugeng, satu lagi tulisan agak panjang.

Akhirnya diketahui bahwa pelaku mutilasi itu memang bernama Sugeng. Dia mengaku baru 9 hari mengenal wanita tersebut dan sempat melakukan hubungan intim.

Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Perwakilan Jawa Timur Riza Wahyuni yang mengaku turut melakukan pemeriksaan dalam kasus itu menyatakan bahwa pelaku membunuh dan memutilasi wanita tersebut atas dasar kemarahan.

"Pelaku dikuasai kemarahan karena keinginan seksualnya tidak terpenuhi, karena si korban kondisi sakit. Kebetulan saya yang melakukan pemeriksaan, jadi saya tahu," ujarnya.

Untuk kasus mutilasi di Sidoarjo dan Surabaya, Riza mengaku belum bisa menyampaikan apapun karena dia memang belum mendapatkan data-datanya dan enggan berandai-andai.

"Untuk kasus yang ini kita belum bisa berandai-andai. Saya juga kenal dengan teman-teman Reskrim yang menangani, kita biarkan dulu mereka bekerja. Karena ini cukup berat, mereka harus menemukan potongan tubuh yang lain," ujarnya.

Meski demikian, berdasarkan dari sejumlah fakta yang telah diungkapkan oleh polisi tentang mayat termutilasi itu, Riza menyampaikan hipotesis awal.

"Kalau dilihat potongan tubuh yang di Sidoarjo tanpa tangan dan kaki, berarti dia (pelaku) menghilangkan sidik jari. Saya kira ini penghilangan jejak. Penghilangan identitas. Karena kalau ada sidik jari kan bisa teridentifikasi cepat," ujarnya.

Demikian halnya mayat mutilasi yang ditemukan di Surabaya. Di mana kondisi potongan 2 kaki itu ditemuinya tanpa telapak kaki. Menurutnya bisa jadi di telapak kaki korban memiliki kekhasan yang mudah dikenali.

"Saya kira ini Insyaallah, (pelaku) tidak jauh hubungannya dengan korban. Ya, kenal. Pelaku sama korban saling kenal, atau dekat dengan korban," katanya.

(dpe/dte)


Hide Ads