Koper dan Jejak 2 Pembunuhan di Surabaya hingga Analisis Psikolog Forensik

Koper dan Jejak 2 Pembunuhan di Surabaya hingga Analisis Psikolog Forensik

Denza Perdana - detikJatim
Selasa, 13 Jun 2023 18:17 WIB
Mayat dalam koper Mojokerto
Evakuasi jenazah mahasiswi Ubaya yang dibunuh lalu jasadnya dimasukkan dalam koper dan dibuang ke jurang di Pacet. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Surabaya -

Ada 2 kasus pembunuhan di Surabaya yang korbannya dimasukkan dalam koper dan dibuang. Ternyata, perlakuan membuang jenazah yang dibunuh dengan memasukkannya di dalam koper bisa mengidentifikasi satu hal tentang pelaku pembunuhan itu.

Mahasiswi Ubaya Angeline Nathania dibunuh guru musiknya saat SMA, Rochmad Bagus Apryatna alias Roy. Gadis itu diikat di dalam mobil, dibekap, lalu dicekik dan dijerat dengan tali kolor celana pelaku hingga tewas pada 4 Mei 2023.

Roy kenal dan dekat dengan korban sejak masih menjadi guru musik SMA pada 2017. Meski banyak yang menduga di antara pelaku dan korban ada hubungan asmara, tapi Roy menyebut mereka hanya berteman dan keluarga membantah soal hubungan asmara itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah membunuh mantan muridnya tersebut Roy berupaya menghilangkan jejak. Dia ambil koper dari rumah mertuanya di Rungkut lalu memasukkan jasad Angeline ke dalamnya. Selanjutnya, dia bawa koper itu naik mobil Xpander milik korban dan membuangnya di sebuah jurang di Pacet.

Mayat dalam koper lainnya ditemukan di kawasan Kenjeran Park (Kenpark) Surabaya pada Senin (12/6). Kaki manusia yang diduga korban mutilasi itu ditemukan terbungkus kresek warna hijau yang dibungkus dengan koper warna krem. Jasad itu ditemukan oleh seorang pencari rongsokan.

ADVERTISEMENT

Hingga saat ini Sat Reskrim Polres Tanjung Perak Surabaya masih melakukan penyelidikan. Ada dugaan keterkaitan antara potongan kaki yang ditemukan di Kenpark Surabaya dengan potongan tubuh tanpa kaki dan lengan yang ditemukan di Trosobo, Sidoarjo.

Baik pembunuhan mahasisi Ubaya dengan temuan jasad kaki diduga korban mutilasi sama-sama menggunakan koper untuk membuang jenazah. Dalam psikologi forensik, ada indikasi khusus yang bisa dibaca dari dua kasus mayat dalam koper tersebut.

Pembunuhan mahasiswi UbayaKoper yang dipakai pembunuh untuk memasukkan jasad mahasiswi Ubaya lalu membuangnya di Pacet, Mojokerto. (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)

"Kalau saya lihat untuk 2 kasus dalam koper ini motifnya berbeda. Meskipun sama-sama dimasukkan ke dalam koper," ujar Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Perwakilan Jawa Timur Riza Wahyuni saat dihubungi detikJatim, Selasa (13/6/2023).

Dia memastikan bahwa motif pembunuhan mahasisiwi Ubaya sudah jelas, yakni motif ekonomi. Pelaku dengan korban saling kenal dan dekat meski tidak berpacaran, kemudian pelaku ingin menguasai barang berharga milik korban hingga akhirnya membunuh korban.

Sementara untuk potongan kaki yang ditemukan di Kenpark Surabaya, hingga saat ini polisi masih melakukan penyelidikan dan belum terungkap siapa korban, apalagi siapa pelakunya. Menurutnya, motif pembunuhan dengan cara mutilasi itu tidak sama dengan kasus mahasiswi Ubaya.

"Saya melihat itu motifnya berbeda. Kalau untuk yang dibuang di Pacet itu murni ekonomi, kalau yang dibuang di Kenjeran itu saya kira bukan. Kita belum bisa tahu itu apa, tapi bisa dipastikan bahwa pelaku mutilasi ini pasti mengenal korban," ujarnya.

Tidak secara spesifik pada koper yang dipakai untuk membuang jenazah korban pembunuhan, Riza mengatakan bahwa upaya membuang jenazah korban yang telah dibunuh itu menunjukkan bahwa pelaku sebenarnya mengenal korban.

potongan kaki korban mutilasi di sidoarjo ditemukan di atlantic kenpark kenjeran surabayaKoper krem yang dipakai untuk membungkus potongan kaki korban mutilasi yang ditemukan di Kenpark, Surabaya (Foto: Istimewa)

"Jadi kalau sampai dibuang itu menunjukkan antara pelaku dengan korban saling mengenal. Koper itu hanya untuk menyembunyikan saja, yang jelas tujuannya untuk menghilangkan jejak. Artinya, si pelaku tahu kesalahannya dan dia mau menghilangkan tanggung jawab," ujarnya.

Menurut Riza, sudah hampir bisa dipastikan jika pembunuhan disertai dengan tindakan membuang korbannya apakah itu dengan koper, tas, dimutilasi dan lain sebagainya, bisa disimpulkan bahwa pelaku mengenal korbannya.

"Intinya kenal. Kalau tidak kenal akan acak modelnya. Logikanya, kalau tidak saling kenal, pelaku nggak perlu menghilangkan jejak. Kalau mau membunuh ya bunuh saja, tidak perlu dibuang, karena memang merasa tidak ada tanggung jawab di sana, tidak ada yang perlu dihilangkan," katanya.




(dpe/dte)


Hide Ads