Mayat termutilasi ditemukan di 2 tempat berbeda dengan selisih waktu 2 hari. Psikolog Forensik menyebutkan tentang dugaan bahwa pelaku ini merupakan orang dekat korban.
Jasad pertama yang ditemukan di Sidoarjo pada Sabtu (10/6) adalah bagian tubuh di atas pusar hingga kepala tapi tanpa kedua tangan dan kaki. Kemudian pada Senin (12/6), Kenpark Surabaya digegerkan temuan potongan kaki yang terbungkus koper. Kedua potongan tubuh itu diduga identik.
"Sementara itu ada penemuan dua potongan kaki di Surabaya ada kemiripan dengan mayat termutilasi di Sidoarjo," kata Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Shabara Porong AKBP dr Eko Yunianto, Selasa (13/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Potongan kedua tubuh itu seolah tersambung. Mayat yang ditemukan di Sidoarjo terpotong setengah badan hingga bagian bawah perut. Sedangkan mayat di Surabaya bagian pinggang ke bawah hingga kaki, minus telapak kaki.
"Yang ditemukan di Kenjeran Surabaya itu dari pinggang ke bawah. Antara kaki kanan dan kiri tetap utuh. Sementara itu kedua telapak kaki terpotong, hingga saat ini di lokasi penemuan tidak ditemukan," tandas Eko.
Untuk membuktikan dugaan bahwa kedua potongan mayat itu merupakan 1 bagian tubuh orang yang sama harus dilakukan tes DNA. Sementara itu tes DNA masih membutuhkan waktu antara 1 hingga 2 minggu.
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Perwakilan Jawa Timur Riza Wahyuni menyoroti tentang 2 potongan tubuh tanpa lengan dan tanpa telapak kaki tersebut. Dia menduga itu adalah upaya penghilangan sidik jari oleh pelaku pembunuhan.
"Kalau dilihat potongan tubuh yang di Sidoarjo tanpa tangan dan kaki, berarti dia (pelaku) menghilangkan sidik jari. Saya kira ini penghilangan jejak. Penghilangan identitas. Karena kalau ada sidik jari kan bisa teridentifikasi cepat," ujar Riza kepada detikJatim, Selasa (13/6/2023).
Memang untuk telapak kaki, tidak ada sidik jari yang diambil. Tapi dia memungkinkan bahwa pelaku sengaja menghilangkan telapak kaki itu karena pada bagian itu korban memiliki ciri khas yang bisa dikenali.
"Kemudian yang di Surabaya tanpa telapak kaki. Mungkin saja si korban punya ciri khas. Misalnya jempol kakinya gimana gitu, kan kita nggak tahu," katanya.
Dari upaya penghilangan jejak atau penghilangan identitas tersebut Riza semakin yakin bahwa pelaku pembunuhan dengan cara mutilasi, baik potongan tubuh yang ditemukan di Sidoarjo maupun di Surabaya, merupakan orang dekat korban.
"Saya kira ini Insyaallah, (pelaku) tidak jauh hubungannya dengan korban. Ya, pelaku kenal dengan korban. Pelaku sama korban saling kenal, atau dekat dengan korban," ujarnya.
(dpe/dte)