Dua mayat termutilasi ditemukan dalam waktu yang berdekatan di dua lokasi berbeda. Satu di Sidoarjo, satu lainnya di Surabaya. Lokasi pembuangan dua mayat itu berada di tempat yang ramai, bahkan ada yang dekat dengan pos polisi.
Di Sidoarjo, mayat termutilasi dalam kresek hijau ditemukan di selokan belakang pos polisi Flyover Trosobo pada Sabtu (10/6). Sedangkan di Surabaya, potongan kaki juga terbungkus kresek hijau ditemukan di Kenjeran Park (Kenpark), Senin (12/6).
Kedua lokasi itu berada di area yang cukup ramai. Mayat yang termutilasi di Sidoarjo, tanpa 2 tangan dan kaki atau hanya menyisakan tubuh di atas perut, ditemukan dekat warung kopi dan pos polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bau busuk mayat itu dengan mudah tercium warga hingga radius 40 meter di sekitar. Sehingga penjaga warkop penasaran mencarinya hingga terkejut saat menemukan potongan tubuh manusia.
Sementara potongan kaki, yang tidak hanya terbungkus kresek hijau tapi juga dimasukkan dalam koper di Kenjeran Park Surabaya, juga berada di area banyak pedagang berjualan.
Orang yang pertama kali menemukan potongan kaki itu adalah pencari barang rongsokan bernama Sukahar. Dia juga sempat mencium aroma busuk dari dalam koper krem itu.
"Saya kaget, sudah bau aromanya, saya kira batang (bangkai) anjing. Saya kira ada kuping dan hidungnya, ternyata bukan. Saya azani dan tak komati (ikamah). Itu jam 11.30 WIB, pas mau salat (zuhur) tadi," kata pencari rongsokan Sukahar, Senin (12/6).
Ada dugaan bahwa mayat termutilasi di Surabaya dan Sidoarjo itu adalah korban yang sama. Tim Sat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak dan Polresta Sidoarjo saling berkoordinasi melakukan penyelidikan.
![]() |
"Kemungkinan (begitu). Kita cek lebih dalam. Kami sudah kontak dan koordinasi dengan Sat Reskrim Polresta Sidoarjo, belum bisa dipastikan. Kami dalami lagi, kami akan lakukan penyelidikan lebih lanjut lagi," kata Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya AKP Arief Ryzki Wicaksana.
Pelaku pembunuhan dan mutilasi jenazah, baik di Sidoarjo maupun di Surabaya itu seperti sengaja membuang mayat di tempat ramai yang mudah ditemukan. Sangat berbeda dengan pembunuhan berencana pada umumnya di mana pelakunya berusaha meninggalkan jejak jauh dari lokasi eksekusi. Misalnya kasus pembunuhan mahasiswi Universitas Surabaya (Ubaya) yang jasadnya dibuang ke sebuah jurang di Pacet, sekitar 45 km dari Surabaya.
Apakah ini berarti terduga pelaku pembunuhan sekaligus pemutilasi jenazah ini memang sengaja membuang mayat di tempat terbuka agar mudah ditemukan polisi? Apakah itu juga berarti sang pembunuh sedang mengejek sekaligus memberikan tantangan kepada polisi?
Apalagi, baru-baru ini hasil autopsi terhadap jenazah mayat termutilasi di Sidoarjo menyebutkan bahwa pelaku mutilasi ini diduga merupakan orang yang ahli atau profesional. Hal itu disimpulkan dari potongan tubuh yang rapi dan tepat pada persendian.
Kepala Rumah Sakit Pusdik Sabhara Porong AKBP Eko Junianto yang menyampaikan itu. Dia menduga mutilasi mayat itu diduga dilakukan dengan senjata tajam kecil. "Diduga dilakukan oleh orang yang profesional, karena pemotongan tubuh tepat di persendian," ujar Eko, Senin (12/6/2023).
![]() |
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Perwakilan Jawa Timur Riza Wahyuni mengatakan bahwa dirinya belum bisa berandai-andai apakah pelaku mutilasi itu memang ingin mayat itu ditemukan orang lain, termasuk polisi, dengan tujuan menantang atau mengejek.
"Kita belum bisa menjawab itu, karena ini kan masih dicari lagi potongan tubuh yang lain. Untuk kita bisa menjawab itu nggak bisa setengah-setengah. Bisa jadi ini dua kasus berbeda. Misalnya gini, korban yang berbeda pelaku yang sama. Siapa tahu misalnya pelaku pembunuhan berantai juga kita nggak pernah tahu, kan?" ujarnya ketika dihubungi detikJatim, Selasa (13/6/2023).
Riza menyatakan masih banyak kemungkinan dari 2 kasus temuan mayat termutilasi baik di Trosobo, Sidoarjo maupun yang ditemukan di Kenpark Surabaya. Dia pun meminta publik menunggu hasil penyelidikan yang sedang dilakukan oleh pihak kepolisian.
"Jadi kemungkinan hipotesanya adalah bisa saja korban yang berbeda pelaku yang sama, atau hipotesis yang lain memang kejadian yang berbeda-beda, kebetulan ditemukan di waktu yang sama. Makanya kita tunggu hasil penemuan yang dilakukan teman-teman di kepolisian, sampai benar-benar ada hasil yang utuh. Saya yakin, kok, bagian tubuh yang lain pasti akan ditemukan segera," ujarnya.
(dpe/dte)