6 Tradisi Jawa Timur Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda

6 Tradisi Jawa Timur Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda

Sri Rahayu - detikJatim
Minggu, 24 Nov 2024 13:40 WIB
Gelar Agung Jaranan Malang Raya digelar. Beragam tarian tradisional tersaji di sekitar Alun-alun Tugu Kota Malang.
Ilustrasi Kesenian Jawa Timur Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim
Surabaya -

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) warisan budaya tak benda merujuk pada praktik budaya. Yang melibatkan, ekspresi, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan, serta instrumen, artefak, objek serta ruang-ruang budaya yang terkait dengan kelompok masyarakat maupun perorangan.

Warisan budaya takbenda merupakan faktor penting dalam menjaga keberagaman budaya dalam menghadapi globalisasi yang terus berkembang. Pemahaman tentang warisan budaya takbenda dari berbagai komunitas membantu dialog antarbudaya, dan mendorong rasa saling menghormati cara hidup yang lain.

Jawa Timur yang dikenal sebagai daerah yang menyimpan banyak warisan budaya, baik berupa beragam benda yang bahkan masih digunakan hingga saat ini, maupun tak benda yang menjadi ciri khas masyarakat. Kearifan lokal ini telah diwariskan secara turun-temurun sebagai upaya pelestarian dan perlindungan terhadap warisan baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Instagram jatimpemprov, Jawa Timur memiliki 6 tradisi dan ekspresi lisan yang telah ditetapkan sebagai Warisan budaya Takbenda Indonesia (WBTbI). Warisan budaya tak benda merupakan bagian penting dari identitas suatu bangsa. Tradisi ini menjadi warisan budaya yang terus dijaga dan menjadi identitas kebanggaan Jawa Timur.

Berikut adalah enam tradisi dan ekspresi lisan yang patut detikers ketahui:

ADVERTISEMENT

1. Syiir Madura (2014)

Syiir Madura adalah bentuk puisi lisan yang khas dari pulau Madura, mengandung nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat. Syiir ini sering dinyanyikan dalam berbagai acara adat dan perayaan, menciptakan suasana yang penuh makna dan keindahan. Lirik-liriknya biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari mencakup pesan keagaaman Islam, seperti nasihat tentang kematian, pedalaman akidah, anjuran menuntut ilmu, perjuangan, dan kebijaksanaan, sehingga mampu menyentuh hati pendengarnya.

Tradisi Syiir Madura tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral dan sosial. Dengan mempertahankan tradisi ini, masyarakat Madura berusaha menjaga warisan budaya mereka agar tetap hidup dan relevan di tengah perkembangan zaman. Kegiatan ini juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk belajar tentang sejarah dan nilai-nilai luhur budaya mereka.

2. Mamaca Situbondo, Kab. Situbondo, (2019)

Mamaca Situbondo adalah tradisi membaca puisi atau syair yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Situbondo dengan melibatkan pembacaan teks puisi atau cerita dengan cara dilagukan dalam bentuk tembang setelahnya dijelaskan dengan bahasa Madura. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam acara-acara komunitas, seperti perayaan hari besar atau festival budaya. Dalam Mamaca Situbondo, para pembaca syair menyampaikan karya-karya mereka dengan penuh ekspresi, sehingga menciptakan suasana yang meriah dan interaktif.

Tradisi ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral dan sosial kepada masyarakat. Melalui puisi yang dibacakan, nilai-nilai kehidupan, adat istiadat, serta kearifan lokal dapat disampaikan dengan cara yang menarik. Dengan melestarikan Mamaca Situbondo, masyarakat berharap dapat memperkuat ikatan sosial dan identitas budaya mereka.

3. Mocoan Lontar Yusuf, Kab. Banyuwangi, (2019)

Mocoan Lontar Yusuf adalah tradisi membaca naskah kuno yang berisi cerita-cerita religius dan moral. Tradisi ini dilakukan di Kabupaten Banyuwangi oleh suku Osing dan menjadi salah satu cara untuk melestarikan warisan literasi lokal yang kaya. Naskah-naskah tersebut biasanya ditulis dalam huruf Jawa atau Arab, mengandung hikmah dan pelajaran hidup yang relevan bagi masyarakat.

Kegiatan Mocoan Lontar Yusuf bukan hanya sekadar pembacaan teks tetapi juga melibatkan diskusi tentang makna dan konteks cerita tersebut. Dengan demikian, tradisi ini berfungsi sebagai media pendidikan bagi generasi muda karena melibatkan pembacaan lontar beraksara pegon berisi kisah Nabi Yusuf dalam bentuk puisis tradisional dengan aturan pupuh. Upaya pelestarian Mocoan Lontar Yusuf sangat penting untuk memastikan bahwa warisan literasi ini tidak hilang ditelan zaman.

4. Selawat Badar Jawa Timur (2022)

[Gambas:Instagram]

6 Tradisi Lisan di Jawa Timur yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda6 Tradisi Lisan di Jawa Timur yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda Foto: Instagram @pemprovjatim

Selawat Badar adalah tradisi pembacaan selawat yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini sering dipadukan dengan acara keagamaan seperti pengajian atau perayaan Maulid Nabi. Dalam pelaksanaannya, shalawat ini dinyanyikan secara bersama-sama dengan penuh khidmat, menciptakan suasana spiritual yang mendalam.

Selawat Badar ini diinisiasi oleh Ali Manshur Shiddiq, ulama kharismatik asal Jawa Timur. Dirinya menciptakan Selawat Badar ini sebagai alat perjuangan untuk melawan pengaruh komunisme dan lagu " Genjer-Genjer" yang terkait PKI.

Tradisi ini menjadi sarana untuk membangun solidaritas dan persatuan di antara umat Islam serta sebagai pengingat akan pentingnya nilai-nilai kasih sayang dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.

5. Keket Kab Situbondo (2023)

6 Tradisi Lisan di Jawa Timur yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda6 Tradisi Lisan di Jawa Timur yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda Foto: Instagram @pemprovjatim

Keket merupakan salah tradisi dan ekspresi lisan yang ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda. Keket sebuah permainan tradisional Kabupaten Situbondo berupa pertarungan yang diiringi musik tradisional, biasanya digelar saat peringatan desa.

Tradisi Keket tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan-pesan moral serta cerita-cerita kehidupan masyarakat setempat. Lewat pelestarian Keket, masyarakat Situbondo berupaya menjaga kekayaan budaya mereka agar tetap hidup di kalangan generasi muda.

Selain itu, Keket juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat identitas lokal dan menciptakan rasa kebersamaan di antara warga.

6. Bahasa Madura (2024)

6 Tradisi Lisan di Jawa Timur yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda6 Tradisi Lisan di Jawa Timur yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda Foto: Instagram @pemprovjatim

Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Madura dalam komunikasi sehari-hari. Pengakuan terhadap bahasa ini sebagai warisan budaya takbenda menegaskan pentingnya pelestarian bahasa daerah sebagai identitas budaya yang unik. Bahasa Madura kaya akan kosakata dan ungkapan khas yang mencerminkan cara berpikir serta pandangan hidup masyarakatnya.

Berasal dari Pulau Madura yang berbeda jauh dengan bahasa Jawa, Bahasanya yang memiliki kosakata yang ciri khas dan dialek yang sering menyulitkan pemula dari luar Madura untuk memahaminya.

Melalui berbagai kegiatan seperti pengajaran di sekolah-sekolah dan penggunaan dalam media lokal, masyarakat berharap bahasa ini tetap hidup dan berkembang seiring waktu. Dengan demikian, Bahasa Madura tidak hanya menjadi alat komunikasi tetapi juga simbol kebanggaan budaya bagi masyarakatnya.

Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/fat)


Hide Ads