Begini Indahnya 3 Desa Wisata Jawa Timur Peraih ADWI 2024

Begini Indahnya 3 Desa Wisata Jawa Timur Peraih ADWI 2024

Angely Rahma - detikJatim
Sabtu, 23 Nov 2024 06:30 WIB
Desa Wisata Kemiren Banyuwangi Raih Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024
Desa Wisata Peraih ADWI Foto: Istimewa (Dok: Pemkab Banyuwangi)
Surabaya -

Jawa Timur meraih penghargaan terbanyak dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata RI. Terdapat tiga desa wisata unggulan yang mendapatkan pengakuan di berbagai kategori. Prestasi ini membuktikan bahwa Jawa Timur memiliki potensi pariwisata yang luar biasa dan terus berkembang, serta berkontribusi dalam upaya pemerintah untuk mempromosikan desa wisata sebagai salah satu pilar pariwisata nasional.

Hebatnya, ketiga desa ini berhasil mengalahkan 6.016 desa lainnya yang kemudian diseleksi menjadi 25 desa wisata terbaik dari seluruh Indonesia.

Yuk mengenal keindahan 3 Desa Wisata berprestasi dari Jawa Timur!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Desa Gunung Sari

Desa wisata Jawa Timur peraih ADWIDesa wisata Gunungsari Foto: Instagram desa.wisata.gunungsari

Desa Gunungsari di Kabupaten Madiun berhasil meraih Juara 1 dalam kategori Digital. Terletak di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Desa ini merupakan destinasi yang kaya akan keindahan alam dan budaya. Desa ini berada di daerah pegunungan menawarkan suasana sejuk dan asri, menjadikannya tempat yang ideal untuk berlibur sambil menikmati keindahan alam serta kearifan lokal.

Desa Gunungsari dikelilingi oleh pemandangan alam yang memukau, seperti sawah terasering yang menciptakan keindahan visual menawan dan suasana harmonis. Bukit-bukit dengan panorama eksotis di desa ini cocok untuk trekking, sementara hutan yang rimbun menjadi tempat yang ideal untuk bersantai. Pengunjung dapat beristirahat di saung-saung sambil menikmati keindahan alam di sekitarnya.

ADVERTISEMENT

Gunungsari memiliki beberapa daya tarik wisata utama. Salah satunya adalah Curug Kedondong, air terjun setinggi 30 meter yang menjadi magnet bagi wisatawan. Di sekitarnya terdapat kolam renang alami yang berasal dari mata air hutan Comal. Ada juga Pasar Pundensari, pasar tradisional yang digelar setiap Minggu pagi. Pasar ini unik karena menggunakan token bambu sebagai alat pembayaran. Selain itu, desa ini kerap mengadakan berbagai kegiatan budaya, seperti Festival Aksara Jawa Lontar, Olimpiade Agustusan, dan Bersih Desa, yang menarik wisatawan baik lokal maupun internasional.

Pengunjung juga dapat menikmati berbagai kegiatan menarik, seperti belajar menulis aksara Jawa di daun lontar, menyaksikan upacara adat seperti kendurinan atau tasyakuran melahirkan, serta mengikuti paket wisata edukasi. Paket wisata ini mencakup kelas memasak makanan tradisional, budidaya pertanian, hingga pengolahan sampah organik.

2. Desa Dewi Anom

Desa wisata Jawa Timur peraih ADWIDesa wisata Dewi Anom Foto: https://www.pesonadewianom.com/

Desa Wisata Dewi Anom meraih Juara 2 dalam Kategori Maju berkat pengelolaan wisata yang inovatif dan berkelanjutan. Terletak pada ketinggian sekitar 850 meter di atas permukaan laut, suhu di desa ini berkisar antara 14 hingga 23 derajat Celsius, menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman sehingga menjadi salah satu destinasi unggulan Malang.

Desa Dewi Anom dikelilingi oleh pemandangan alam yang menakjubkan. Pengunjung dapat menikmati aktivitas seperti tubing di sungai, mengunjungi Air Terjun Saripan, atau berkemah di lokasi-lokasi yang tersedia. Desa ini juga menawarkan berbagai potensi wisata, seperti wisata alam dengan aktivitas off-road dan jelajah Gunung Bromo. Wisatawan juga dapat belajar tentang budidaya tanaman seperti selada air dan jeruk, atau mencoba membuat kerajinan dari eceng gondok. Seni tradisional seperti karawitan, wayang kulit, dan tarian lokal seperti Bantengan dan Tari Jaran Pegon turut menjadi daya tarik desa ini.

Berbagai kegiatan menarik diadakan untuk menyambut pengunjung, seperti pelatihan kerajinan, pertunjukan seni, dan festival tahunan. Desa ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti homestay dan penginapan, tempat ibadah, WiFi, dan tempat makan. Souvenir lokal berupa sandal rajutan dan makanan khas seperti es pensil juga tersedia untuk pengunjung.

3. Desa Adat Osing Kemiren

Desa wisata Jawa Timur peraih ADWIDesa wisata Kemiren Foto: desa_kemiren

Sementara itu, Desa Adat Osing Kemiren di Kabupaten Banyuwangi berhasil meraih Juara 2 dalam Kategori Kelembagaan dan SDM. Desa yang terletak di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ini adalah desa wisata yang kaya akan budaya dan tradisi suku Osing. Desa ini dikenal sebagai pusat pelestarian warisan budaya dan adat istiadat, menjadikannya tujuan wisata yang menarik.

Suasana khas desa ini tercermin dari arsitektur rumah adat suku Osing yang unik dan megah. Keindahan alam sekitar semakin memperkuat daya tariknya dengan pemandangan hijau yang menenangkan. Masyarakat suku Osing masih mempertahankan tradisi seperti pertanian tradisional, seni pertunjukan seperti Tari Gandrung, Burdah, dan Angklung Paglak, serta ritual budaya lainnya. Tari Gandrung, misalnya, biasanya dipentaskan sebagai ungkapan syukur setelah panen.

Desa ini juga menjadi tuan rumah festival tahunan seperti Barong Ider Bumi dan Tumpeng Sewu, yang menampilkan kekayaan budaya lokal. Pengunjung dapat mengikuti paket wisata budaya yang mencakup pembelajaran membatik, bermain gamelan, dan tarian tradisional. Homestay dengan arsitektur khas Osing juga tersedia bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman tinggal di lingkungan lokal. Kuliner khas seperti pecel pitik dan kopi Kemiren jaran goyang menjadi pelengkap kunjungan ke desa ini.

Desa Kemiren memiliki sejarah yang kaya, berawal dari masyarakat yang mengasingkan diri dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Nama "Kemiren" sendiri berasal dari banyaknya pohon kemiri yang tumbuh di sekitar desa. Pada tahun 1995, desa ini ditetapkan sebagai cagar budaya untuk melestarikan keunikan budaya Osing.

Dengan penghargaan ini, Jawa Timur menunjukkan bahwa desa-desa wisata di provinsi ini tidak hanya memiliki daya tarik alam yang luar biasa, tetapi juga potensi pengelolaan yang mengedepankan keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ihc/iwd)


Hide Ads