Hari Masyarakat Adat Nasional, Yuk Mengenal Suku Besar di Jawa Timur

Hari Masyarakat Adat Nasional, Yuk Mengenal Suku Besar di Jawa Timur

Katherine Yovita - detikJatim
Kamis, 13 Mar 2025 14:05 WIB
Yadnya Kasada yang dilaksanakan Suku Tengger pada Sabtu (22/6/2024).
Yadnya Kasada yang dilaksanakan Suku Tengger. Foto: M Rofiq/detikJatim
Surabaya -

Hari Masyarakat Adat Nasional yang diperingati setiap tanggal 13 Maret menjadi momentum untuk mengenal lebih dalam keberagaman suku di Indonesia, termasuk Jawa Timur. Provinsi ini tak hanya dikenal dengan budaya khasnya, tetapi menjadi rumah bagi beberapa suku besar yang masih menjaga tradisi leluhur.

Mulai dari Suku Osing di Banyuwangi hingga Suku Tengger di kawasan Bromo, masing-masing memiliki keunikan tersendiri dalam adat istiadat, bahasa, hingga sistem kepercayaan. Yuk, kenali lebih dekat suku-suku besar di Jawa Timur yang kaya akan kearifan lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peringatan ini merupakan momen penting yang mengingatkan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia dalam berbagai suku dan budaya. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa.

Sementara itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010, Indonesia terdiri atas 1.340 suku bangsa. Dari sekian banyak pulau dan provinsi di Indonesia, Jawa Timur menempati posisi kedua sebagai provinsi dengan penduduk terpadat dengan jumlah 41.714.928 jiwa.

ADVERTISEMENT

6 Suku Besar di Jawa Timur

Hal ini menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang diisi beragam suku bangsa dengan kearifan lokal yang masih dirawat dan dilestarikan hingga kini. Berikut beragam suku besar yang ada di Jawa Timur yang mencakup Suku Jawa, Suku Madura, Suku Tengger, Suku Osing, Suku Bawean, dan Suku Samin.

1. Suku Jawa

Suku Jawa merupakan suku terbesar yang menghuni Pulau Jawa, termasuk Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Suku Jawa umumnya masih terbagi dalam beberapa etnis, di antaranya etnis Mataram Kulon yang mayoritas menghuni kawasan Pacitan, Ngawi, Magetan, dan Ponorogo.

Kemudian, ada etnis Mataram Wetan dengan penduduk mayoritas di Nganjuk, Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Blitar, dan Madiun. Sementara itu, etnis Arek yang umumnya dapat ditemukan di Surabaya Raya dan Malang Raya.

Selain itu, Suku Jawa dikenal dengan keberagaman tradisi dan budaya-nya. Beberapa peninggalan budaya Suku Jawa yang diwariskan dari nenek moyang adalah wayang kulit, senjata tradisional/keris, tarian tradisional (kuda lumping, reog, sintren, dll), alat musik tradisional/gamelan, hingga bahasa aksara Jawa.

2. Suku Madura

Suku Madura merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia yang mayoritas menghuni Pulau Madura, serta beberapa pulau kecil di sekitarnya, seperti Kangean dan Sapeken. Masyarakat Suku Madura dikenal dengan gaya komunikasi yang khas, intonasi tegas, serta pelafalan yang unik.

Bahasa Madura sendiri menjadi bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak ketiga di Indonesia setelah bahasa Jawa dan Sunda. Salah satu daya tarik budaya Madura adalah pakaian adatnya yang memiliki ciri khas tersendiri sebagai berikut.

  • Baju Pesa'an: Pakaian adat laki-laki yang identik dengan warna merah dan putih, sering dipadukan dengan aksen garis hitam yang khas.
  • Kebaya Rancongan & Baju Aghungan: Pakaian adat perempuan yang menampilkan keanggunan dengan desain yang sederhana namun tetap elegan.

Selain itu, Suku Madura juga terkenal dengan berbagai tradisi khas seperti Karapan Sapi, lomba balap sapi yang menjadi ikon budaya Madura, serta keuletan masyarakatnya dalam berdagang dan merantau. Dengan kekayaan budaya dan karakter yang kuat, Suku Madura menjadi salah satu aset budaya Indonesia yang patut dibanggakan.

3. Suku Tengger

Suku Tengger merupakan masyarakat asli yang mendiami dataran tinggi sekitar pegunungan Tengger, termasuk kawasan Bromo dan Semeru. Penduduknya juga dikenal dengan sebutan Wong Brama, Wong Tengger, atau Wong Bromo. Mayoritas masyarakat Suku Tengger memeluk agama Hindu, namun dengan praktik yang berbeda dari Hindu di Bali.

Salah satu perbedaan utama adalah tidak adanya sistem kasta dalam masyarakat Tengger, menjadikan mereka lebih egaliter dibandingkan penganut Hindu di Bali. Tradisi dan budaya mereka masih kental hingga kini, mencerminkan warisan nenek moyang yang telah bertahan selama berabad-abad.

Beberapa ritual khas Suku Tengger yang masih lestari hingga saat ini, antara lain upacara Kasada, ritual tahunan di mana sesajen dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada leluhur.

Lalu, ada hari raya Karo, perayaan yang mirip dengan hari raya Nyepi di Bali, sebagai bentuk penyucian diri dan lingkungan. Juga ad tradisi Unan-unan, ritual penyucian kampung yang dilakukan setiap beberapa tahun sekali untuk menolak bala.

4. Suku Osing

Suku Osing merupakan suku asli Banyuwangi yang dikenal sebagai keturunan Kerajaan Blambangan. Penduduknya sering disebut Lare Osing (Laros) atau Wong Blambangan, mengingat sejarah mereka yang erat kaitannya dengan kerajaan terakhir di Pulau Jawa sebelum dikuasai Belanda.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Suku Osing menggunakan bahasa khas yang merupakan pengembangan dari Bahasa Jawa Kuno dengan sedikit pengaruh dari Bahasa Bali. Keunikan bahasa ini menjadi salah satu identitas budaya mereka yang tetap lestari hingga kini.

Selain itu, Suku Osing juga memiliki berbagai tradisi unik yang masih dilestarikan, seperti Tumpeng Sewu, sebuah ritual syukuran dengan ribuan tumpeng; Barong Ider Bumi, tradisi mengusir bala atau energi negatif, serta Mepe Kasur, kebiasaan menjemur kasur sebagai simbol pembersihan diri dan rumah tangga.

5. Suku Bawean

Suku Bawean, yang juga dikenal dengan sebutan Boyan atau Bhebien, merupakan kelompok etnis yang mayoritas mendiami Pulau Bawean, bagian utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Suku ini termasuk salah satu kelompok etnis terkecil di provinsi ini, namun memiliki budaya dan tradisi yang unik.

Penduduk Suku Bawean merupakan hasil akulturasi berbagai etnis, termasuk Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar. Selama berabad-abad, mereka telah melebur dalam satu komunitas dengan adat istiadat khas yang masih dijaga hingga kini.

Menariknya, Pulau Bawean sering dijuluki "Pulau Putri". Julukan ini muncul karena banyak pria muda dari suku ini yang merantau ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura, serta ke berbagai wilayah di Indonesia. Akibatnya, populasi di pulau ini lebih didominasi oleh kaum perempuan.

6. Suku Samin

Suku Samin merupakan salah satu suku adat di Jawa Timur yang mayoritas penduduknya tinggal di wilayah Bojonegoro dan Tuban. Selain di Jawa Timur, komunitas Suku Samin juga dapat ditemukan di Blora, Jawa Tengah.

Masyarakat Suku Samin dikenal menganut ajaran Saminisme, sebuah filosofi hidup yang diperkenalkan oleh Samin Surosentiko sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Ajaran ini menekankan nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, dan perlawanan tanpa kekerasan terhadap ketidakadilan.

Masyarakat Suku Samin menggunakan bahasa Jawa dengan dialek khas yang merupakan campuran Ngoko Alus dan Ngoko Lugu. Dialek ini cenderung lebih lugas dibandingkan bahasa yang digunakan masyarakat Jawa pada umumnya. Dengan tradisi yang masih lestari hingga kini, Suku Samin menjadi salah satu warisan budaya yang unik di Indonesia.




(hil/irb)


Hide Ads