Menapak Jejak Sejarah di Kampung Tua Peneleh Surabaya

Menapak Jejak Sejarah di Kampung Tua Peneleh Surabaya

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Senin, 10 Jun 2024 05:05 WIB
Begandring Soerabaia bersama TiMe Amsterdam melakukan verifikasi proyek pemugaran Makam Peneleh, Surabaya.
Makam Peneleh. (Foto: Ardian Dwi Kurnia/detikJatim)
Surabaya -

Puluhan orang dari berbagai kota datang ke Kawasan Peneleh, Surabaya. Mereka rupanya berbondong-bondong ingin menilik sejarah Indonesia yang tersimpan di area ini.

Kegiatan ini digawangi Komunitas Menapak Jejak Sejarah (MJS), sebuah perkumpulan di bidang sejarah yang baru terbentuk 2 bulan lalu.

"Acara Menapak Jejak Sejarah Kawasan Toea Peneleh Soerabaia hari ini diikuti oleh sekitar 50 orang dari tujuh kota. Ada dari Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Lamongan, Pasuruan, Kediri, dan Blitar. Rata-rata banyak peserta dari pendidik, guru," kata Ketua MJS Mohamad Fahmi pada detikJatim, Minggu (9/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan ini pertama kali digelar umum. Kawasan Peneleh dipilih Fahmi dan kawan-kawan sebab menyimpan sejarah dari masa ke masa dan berbagai tokoh penting.

"(Peneleh dipilih sebab) lokasinya berdekatan satu tujuan ke tujuan lain. Kemudian Peneleh itu komplit, ada masa Islamnya, masa klasiknya juga," ungkap Fahmi.

ADVERTISEMENT

"Yang patut dicatat di Peneleh inilah lahir tokoh-tokoh bangsa Indonesia. Ada Bung Karno yang lahir di situ, ada HOS Tjokroaminoto, ada Ruslan Abdulgani. Tiga tokoh bangsa Indonesia itu besar dan lahir di Peneleh," sambungnya.

Destinasi pertama adalah Sumur Jobong. Sebuah sumur tua yang menyimpan jejak kehidupan era 1400-an.

"Sumur Jobong mewakili masa klasik, karena Sumur Jobong itu dibuat era Majapahit. Kemudian kita ke Rumah Lahir Soekarno," terang Fahmi.

Di Rumah Lahir Soekarno, para peserta mempelajari riwayat hidup sang proklamator. Menariknya, museum ini menggunakan teknologi interaktif untuk mengedukasi pengunjung.

Perjalanan berlanjut ke Rumah HOS Tjokroaminoto, Masjid Jami Peneleh, dan berakhir di Makam Eropa Peneleh. Destinasi ini mewakili berbagai periode sejarah.

"Rumah HOS Tjroaminoto itu mewakili masa kolonial, Masjid Jami Peneleh mewakili masa Islam, terakhir kita ke Kuburan Eropa mewakili masa kolonial juga," tutur Fahmi.

Dian (22) mengaku dirinya sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Bahkan, ia mengaku tak sabar untuk bergabung di acara selanjutnya.

"Menyenangkan bisa berkeliling di Peneleh. Banyak pengetahuan sejarah baru yang saya dapat. Narasumbernya juga interaktif, jadi bisa tanya jawab langsung, nggak cuma satu arah," ujar mahasiswa semester 6 itu.

"Semoga kegiatan ini bisa terus berjalan di berbagai kota. Kedepannya kalau ada lagi saya usahakan jadi yang pertama yang daftar," pungkasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads