Masjid Agung Darussalam di Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto merupakan tempat ibadah bersejarah yang kini menjadi kebanggaan warga Bumi Majapahit. Tanpa menghapus nilai sejarahnya, masjid ini menjelma sarat akan kemegahan dan kemewahan.
Masjid yang satu ini mencuri perhatian siapa saja yang melintas di jalur arteri Madiun-Surabaya. Sebab, bangunannya begitu megah dengan kubah raksasa dan menara yang menjulang tinggi. Terlebih selepas magrib, lampu-lampu hiasnya menambah kesan mewah.
Begitu masuk ke dalamnya, nuansa Islami berpadu dengan Majapahitan begitu kental. Masjid 2 lantai memiliki luas bangunan yang mencapai 2.310 meter persegi. Tak ayal, mampu menampung hingga 5.000 orang sekaligus. Sedangkan luas lahannya mencapai sekitar 8.500 meter persegi.
Dua kubah raksasanya berdiameter 18 meter dan 15 meter lengkap dengan hiasan kaligrafi. Kubah depan dengan garis tengah 18 meter misalnya, tampak indah dengan hiasan kaligrafi Surah Al Ikhlas.
"Karena itu surah tauhid menunjukkan ketuhanan," ujar Bendahara Takmir Masjid Agung Darussalam (Madasa), Imam Syafii (58) saat berbincang dengan detikJatim, Senin (1/4/2024).
Meski belum sepenuhnya tuntas, kesan mewah terasa mulai dari serambi Madasa. Ya, bagian atas pilarnya dibalut dengan lempengan kuningan yang sarat ukiran bermotif Majapahitan. Bagian ini dibuat para perajin di Boyolali, Jateng.
"Karena kami pilih kualitasnya, sudah 3 tahun kena hujan, panas, masih mengkilat. Para perajin di sana turun-temurun sejak zaman Majapahit," terang Imam.
Lantai pertama masjid seluruhnya menggunakan marmer. Setiap potongan marmer berdimensi 60 x 120 x 2 cm. Menurut Imam, lantai marmer ini bahan bakunya dari Lampung, lalu diolah sebuah pabrik di Ngoro, Mojokerto. Sedangkan lantai dua menggunakan granit.
Pilar-pilar di dalam Madasa tak kalah mewah. Terdapat 10 pilar yang bagian umpaknya mirip batu yoni di situs purbakala Tribuana Tungga Dewi, Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto. Setiap umpak menopang 2 pilar. Bagian umpak maupun pilarnya dibungkus kayu jati berhias ukiran khas Majapahit.
Sedangkan 10 pilar dengan desain yang sama, belum tuntas. Ada pula pilar yang lebih besar dan tinggi. Pilar bulat ini juga dibalut kayu jati berukir dengan motif khas Majapahit.
Ornamen pada pilar-pilar tersebut dikerjakan perajin di Jepara, Jateng. Menurut Imam, mereka pula yang mengerjakan ukiran di istana mendiang Presiden Soeharto.
"Pilar yang seperti yoni harga satuannya Rp 280 juta. Kalau pilar yang besar harga satuannya Rp 600 juta," ungkapnya.
Ada dua bangunan masjid yang masih dipertahankan. Baca di halaman selanjutnya!
(hil/dte)