Mewahnya Masjid Darussalam Mojokerto Berusia 131 Tahun, 1 Pilar Rp 600 Juta

Mewahnya Masjid Darussalam Mojokerto Berusia 131 Tahun, 1 Pilar Rp 600 Juta

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Senin, 01 Apr 2024 16:50 WIB
Potret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahun
Potret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahun (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Masjid Agung Darussalam di Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto merupakan tempat ibadah bersejarah yang kini menjadi kebanggaan warga Bumi Majapahit. Tanpa menghapus nilai sejarahnya, masjid ini menjelma sarat akan kemegahan dan kemewahan.

Masjid yang satu ini mencuri perhatian siapa saja yang melintas di jalur arteri Madiun-Surabaya. Sebab, bangunannya begitu megah dengan kubah raksasa dan menara yang menjulang tinggi. Terlebih selepas magrib, lampu-lampu hiasnya menambah kesan mewah.

Begitu masuk ke dalamnya, nuansa Islami berpadu dengan Majapahitan begitu kental. Masjid 2 lantai memiliki luas bangunan yang mencapai 2.310 meter persegi. Tak ayal, mampu menampung hingga 5.000 orang sekaligus. Sedangkan luas lahannya mencapai sekitar 8.500 meter persegi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua kubah raksasanya berdiameter 18 meter dan 15 meter lengkap dengan hiasan kaligrafi. Kubah depan dengan garis tengah 18 meter misalnya, tampak indah dengan hiasan kaligrafi Surah Al Ikhlas.

Potret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahunPotret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahun Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

"Karena itu surah tauhid menunjukkan ketuhanan," ujar Bendahara Takmir Masjid Agung Darussalam (Madasa), Imam Syafii (58) saat berbincang dengan detikJatim, Senin (1/4/2024).

ADVERTISEMENT

Meski belum sepenuhnya tuntas, kesan mewah terasa mulai dari serambi Madasa. Ya, bagian atas pilarnya dibalut dengan lempengan kuningan yang sarat ukiran bermotif Majapahitan. Bagian ini dibuat para perajin di Boyolali, Jateng.

"Karena kami pilih kualitasnya, sudah 3 tahun kena hujan, panas, masih mengkilat. Para perajin di sana turun-temurun sejak zaman Majapahit," terang Imam.

Lantai pertama masjid seluruhnya menggunakan marmer. Setiap potongan marmer berdimensi 60 x 120 x 2 cm. Menurut Imam, lantai marmer ini bahan bakunya dari Lampung, lalu diolah sebuah pabrik di Ngoro, Mojokerto. Sedangkan lantai dua menggunakan granit.

Potret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahunPotret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahun Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Pilar-pilar di dalam Madasa tak kalah mewah. Terdapat 10 pilar yang bagian umpaknya mirip batu yoni di situs purbakala Tribuana Tungga Dewi, Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto. Setiap umpak menopang 2 pilar. Bagian umpak maupun pilarnya dibungkus kayu jati berhias ukiran khas Majapahit.

Sedangkan 10 pilar dengan desain yang sama, belum tuntas. Ada pula pilar yang lebih besar dan tinggi. Pilar bulat ini juga dibalut kayu jati berukir dengan motif khas Majapahit.

Ornamen pada pilar-pilar tersebut dikerjakan perajin di Jepara, Jateng. Menurut Imam, mereka pula yang mengerjakan ukiran di istana mendiang Presiden Soeharto.

"Pilar yang seperti yoni harga satuannya Rp 280 juta. Kalau pilar yang besar harga satuannya Rp 600 juta," ungkapnya.

Ada dua bangunan masjid yang masih dipertahankan. Baca di halaman selanjutnya!

Di antara lantai 1 dan 2 juga dihiasi kaligrafi yang terbuat dari ukiran kayu. Ornamen di bagian timur merupakan kaligrafi Surah Ar Rahman, sedangkan hiasan bagian barat kaligrafi Surah Yasin.

"Semuanya kayu yang diukir, bukan tempelan. Mengukirnya surah Yasin saja Rp 400 juta," cetus Imam.

Sementara untuk beduk yang dipasang di Madasa, juga tak sembarangan. Diameternya mencapai 225 cm, panjangnya 350 cm dengan bobot 560 kilogram. Tabungnya berbahan kayu jati setebal 3,5 cm. Beduk raksasa ini, kata Imam, didatangkan dari Cirebon, Jabar dan butuh waktu 2 tahun untuk membuatnya.

Sebab harus menggunakan kulit dari 2 ekor sapi yang masing-masing beratnya di atas 1,2 ton. Tak ayal harganya menembus Rp 110 juta. Beduk raksasa ini baru tiba di Madasa pada Oktober 2021 lalu.

"Karena dalam membangun masjid ini kami pilih material yang terbaik dan diambil dari sumbernya langsung," jelasnya.

Di balik kemegahan dan kemewahan masjid ini, takmir maupun yayasan Madasa masih memelihara nilai-nilai sejarahnya. Yakni nilai historis dari Masjid Darussalam yang dibangun Bupati Mojokerto, Kromodjojo Adinegoro III atau Raden Ersadan pada 15 Januari 1893. Sebab, setidaknya terdapat 2 bangunan masjid berumur 131 tahun yang masih dipertahankan.

Pertama, empat pilar utama dari pohon utuh yang menopang bangunan utama masjid lengkap dengan tangga menuju sebuah ruangan untuk azan. Bangunan kuno ini dipindahkan persis di depan serambi Madasa yang baru. Hanya saja, genting dan kerangka atapnya sudah diganti karena lapuk.

Potret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahunPotret kemegahan Masjid Darussalam Mojokerto yang kini sudah berusia 131 tahun Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

"Zaman dulu belum ada speaker, orang azan naik ke atas, azan pakai seng dibentuk contong. Suaranya sudah terdengar ke mana-mana karena zaman itu suasana belum ramai," terang Imam.

Bangunan kedua yang masih dipertahankan adalah tempat wudu berbentuk segi enam dengan bak air berbentuk segi delapan. Persis di sebelah utaranya terdapat sumur untuk mengisi tempat wudu ini. Bangunan bersejarah ini berada di depan sisi tenggara Madasa. Terdapat pula 9 pohon kurma yang berjajar di halaman masjid.

"Dua bangunan ini kami pertahankan untuk kenang-kenangan masjid yang lama," ujarnya.

Imam menuturkan, pembangunan Madasa baru dikerjakan sejak tahun 2007. Peletakan batu pertamanya oleh Bupati Mojokerto, Achmadi.

Namun, pembangunannya terhenti tahun 2011 karena kurangnya dana. Pembangunan masjid megah ini dilanjutkan tahun 2019, 2021 dan 2023 menggunakan dana hibah dari Pemkab Mojokerto.

"Ini belum selesai, untuk menuntaskan butuh Rp 20 miliar lagi. Sejauh ini sudah menghabiskan Rp 32 miliar," jelasnya.

Selama Ramadan, Madasa selalu ramai pengunjung. Setiap harinya, takmir masjid menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa bagi 200 sampai 260 orang. Warga sekitar juga biasa bersedekah aneka kue. Lokasinya di jalan nasional sangat strategis untuk singgah para pemudik.

"Memang masjid ini biasa menjadi tempat istirahat para pemudik," tandasnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/dte)


Hide Ads