Stadsklok, Peninggalan Bersejarah yang Masih Awet di Kayutangan Kota Malang

Stadsklok, Peninggalan Bersejarah yang Masih Awet di Kayutangan Kota Malang

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Minggu, 11 Jun 2023 05:00 WIB
Stadsklok di kota malang
Stadsklok di Kayutangan, Kota Malang (Foto: M Bagus Ibrahim)
Kota Malang -

Stadsklok atau jam kota merupakan peninggalan bersejarah yang jarang disadari masyarakat saat melintasinya. Stadsklok yang saat ini masih bertahan di lokasi sama sejak dulu berada di Jalan Basuki Rahmat atau Kayutangan tepatnya di pertigaan kantor PLN Malang.

Diketahui Stadsklok itu berdiri sekitar tahun 1925 atas perintah Wali Kota Malang Bussemaker. Jam kota ini berdiri tepat di tengah-tengah pertigaan tersebut. Ada tiga jam yang masing-masing mengarah ke Jalan Jaksa Agung Suprapto, Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Brigjend Slamet Riadi.

Stadsklok yang digunakan sebagai penunjuk arah pada waktu itu sempat dilakukan perubahan desain. Dari awalnya berbentuk tugu dengan jam di atasnya, kemudian diubah pada tahun 1926 dengan penahan yang dirangkai dari pipa besi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu menggunakan tenaga per itu diengkol dan setiap sore dilakukan kalibrasi atau pengisian tenaga. Dulu ada petugas khusus yang melakukan pengisian tenaga setiap hari," ujar pemerhati budaya Malang, Agung Buana kepada detikJatim, Minggu (11/6/2023).

Stadsklok di kota malangStadsklok di Kayutangan, Kota Malang (Foto: M Bagus Ibrahim)

Ia mengatakan di antara tahun 1950-1960 dilakukan perubahan tenaga menggunakan baterai. Hal ini dilakukan mengikuti perkembangan zaman saat ditemukan tenaga baterai. Berjalannya waktu, jam jarang diganti baterai sehingga tidak aktif.

ADVERTISEMENT

"Kalau dulu awal adanya jam itu menjadi sangat penting karena Kota Malang sebagai kota besar dulu, orang banyak kepentingan dan membutuhkan penunjuk waktu jam. Apalagi saat itu jam tangan mahal dan tidak semua orang memiliki penunjuk waktu," terangnya.

Selain Stadsklok Kayutangan, ternyata ada jam kota lain yang ada di dekat klenteng En Ang Kiong, Kota Malang. Bedanya stadsklok yang satu ini telah melalui pergeseran lokasi dari awalnya berada di tengah jalan berpindah ke sebelah timur jalan.

"Untuk stadsklok di dekat klenteng itu sudah ada lebih lama dibandingkan di Kayutangan. Karena pusat keramaian dulu adanya di Kota Lama tahun 1800, kemudian bergeser ke tengah atau bagian barat yakni Kayutangan. Sehingga didirikan juga stadsklok di Kayutangan," kata dia.

Sebelum adanya stadsklok di Kota Malang, penunjuk waktu berasal dari lonceng yang berada di sejumlah gereja di wilayah Kota Malang. Seperti gereja Kayutangan dan gereja Ijen, Kota Malang.

"Lonceng itu berbunyi tiga kali setiap pukul 06.00 WIB, kemudian pukul 12.00 WIB dan pukul 18.00 WIB. Setiap bunyi lonceng itu menunjukkan pergantian waktu, sehingga warga mengetahui di jam-jam itu melakukan apa," ungkapnya.




(abq/iwd)


Hide Ads