Tarian Didik Nini Thowok Ungkap Sisi Lain Ratu Calon Arang Bukan Raja Leak

Tarian Didik Nini Thowok Ungkap Sisi Lain Ratu Calon Arang Bukan Raja Leak

Andhika Dwi - detikJatim
Minggu, 04 Jun 2023 15:27 WIB
Didik Nini Thowok tampil di Pura Calonarang Putuk, Kandangan, Kabupaten Kediri. Tariannya mengungkap sisi lain Ratu Calon Arang.
Didik Nini Thowok tampil di Pura Calonarang Putuk, Kandangan, Kabupaten Kediri/Foto: Istimewa (dok. Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4)
Kediri - Didik Nini Thowok tampil di Pura Calonarang Putuk, Kandangan, Kabupaten Kediri. Tariannya mengungkap sisi lain Ratu Calon Arang.

Pertunjukan tari tersebut digelar pada Sabtu (3/6/2023) malam. Tarian tersebut bertajuk Dwimuka Ardhanareswari, yang menggambarkan dualisme dalam diri manusia. Seperti baik dan buruk, uma dan durga atau yin dan yang.

"Dalam koreografi ini penggambaran Ratu Girah/Ratu Calon Arang, seorang ratu sakti dengan ilmu Tantra Bhairawa pada waktu marah dan mengeluarkan kesaktiannya yang bisa menghancurkan sekelilingnya. Hal itu yang menyebabkan Calonarang dianggap sebagai dukun ilmu hitam dan jahat. Sehingga tidak tampak sisi baiknya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataannya," kata Didik, Minggu (4/6/2023).

Didik Nini Thowok tampil di Pura Calonarang Putuk, Kandangan, Kabupaten Kediri. Tariannya mengungkap sisi lain Ratu Calon Arang.Didik Nini Thowok tampil di Pura Calonarang Putuk, Kandangan, Kabupaten Kediri/ Foto: Istimewa (dok. Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4))

Penampilan Didik Nini Thowok didukung Pemkab Kediri, Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) dan Pura Calonarang.

"Mas Bupati Kediri, Mas Dhito Himawan Pramana mengapresiasi gelaran ini. Ini merupakan kekayaan tutur yang sangat terkenal di Kabupaten Kediri bahkan mendunia sejak ribuan tahun. Pelurusan sejarah seiring berkembangnya zaman juga perlu dilakukan dan Ratu Calon Arang itu ada sisi baiknya dan milik Kabupaten Kediri. Terbukti saat ini wisatawan-wisatawan dari Bali banyak yang berkunjung ke Kediri, baik di Situs Calon Arang maupun Pura Calon Arang," kata Adi Suwignyo, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri.

Kisah Calon Arang

Dikutip detikBali dari jurnal terbitan Universitas Udayana berjudul Persepsi Budaya Jawa dalam Kisah Calon Arang: Fungsi Dedaktis dan Sosiologis oleh Sulandjari, berikut kisah singkat tentang Calon Arang.

Ribuan tahun lalu, Calon Arang marah karena anak perempuannya Ratna Manggali tidak ada yang melamar meski sudah dewasa. Pemuda saat itu tidak punya keberanian untuk melamar Ratna yang cantik.

Sebab, Calon Arang dikenal suka menggunakan ilmu hitam. Calon Arang disebut sebagai penyihir sakti mandraguna yang menyembah Dewi Durga dan bisa berubah menjadi Leak.

Karena murka, Calon Arang memerintahkan semua muridnya untuk menyebarkan penyakit ke pesisir Kerajaan Kediri di tengah malam, saat semua penduduk sedang tertidur lelap. Kondisi desa pun kacau balau tak terkendali akibat serangan wabah atau gerubug.

Para tetua Desa Girah bermusyawarah. Mereka lalu memohon agar Raja Airlangga berkenan datang ke desa itu, untuk melihat kondisi masyarakat yang terserang wabah.

Raja Airlangga akhirnya meminta Empu Bahula untuk menikahi Ratna Manggali. Raja Airlangga berharap pernikahan itu membuat Calon Arang berhenti menebar penyakit.

Calon Arang senang mendengar berita itu. Maka digelar pesta besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Ratna dan Empu Bahula pun merasa senang dan mereka saling mencintai.

Usai pesta, Empu Bahula mulai menjalankan tugasnya. Empu Bahula bertanya kepada Ratna mengapa Calon Arang sangat sakti.

Ratna menjelaskan kesaktian sang ibu ada pada kitab sihir. Melalui kitab tersebut, ia bisa memanggil Betari Durga. Kitab itu pun tidak bisa lepas dari tangan Calon Arang.

Empu Bahula mengatur siasat untuk mencuri kitab tersebut. Pada suatu malam, Empu Bahula menyelinap ke kamar Calon Arang dan mengambil kitab tersebut.

Lalu kitab curian tersebut diserahkan kepada gurunya, yaitu Empu Baradah. Calon Arang murka dan menantang Empu Baradah bertarung.

Pertarungan berlangsung sengit dan dimenangkan Empu Baradah. Calon Arang tewas. Kehidupan masyarakat menjadi lebih damai dan aman dari ancaman ilmu hitam.

Itu mengapa hingga saat ini, Calon Arang dikenang sebagai sosok yang jahat dengan seabrek kesaktiannya. Namun menurut Jero Wayan Suranta ada banyak hal yang perlu diluruskan dari kisah Calon Arang yang berkembang di masyarakat. Jero merupakan penanggungjawab Pura Dalem Calonarang yang terletak di Putuk Kandangan Kabupaten Kediri.

Sisi Lain Calon Arang Menurut Jero Wayan Suranta

Dalam perjalanan spiritualnya, Jero Wayan mengaku pernah berjumpa dengan Calon Arang. Ia percaya, Calon Arang membantu penyembuhan sang istri dari sakit.

"Saya asli Bali dan mendapat anugerah pernah 'ditolong' oleh Ratu Calon Arang. Istri saya koma dan kemudian sembuh setelah saya bertemu dengan beliau. Kemudian saya mencari di mana Ratu Calon Arang itu berada, dan ternyata ada di Situs Calon Arang di Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

"Setelah saya sowan, beliau ingin disempurnakan di tempat yang baru di Kediri dan tempat itu kita bangun Pura Calon Arang berada di Putuk Kandangan, Kabupaten Kediri," jelas Jero kepada detikJatim.

Pada 2017, Jero menambahkan, ia membangun Pura Calon Arang. Menurutnya, ada tiga hal yang perlu diluruskan mengenai Calon Arang.

"Ratu Calon Arang milik Kabupaten Kediri. Ini yang harus dipertegas. Selain itu juga perlu dibersihkan nama beliau," terang Jero.

"Ada tiga hal. Pertama bahwa Walu Nata ing Dirah/Ratu Calon Arang bukan rajanya ratu hitam/raja ilmu Leak. Kedua, Ratu Calon Arang bukanlah janda karena beliau adalah istri dari Mpu Kuturan. Ketiga sebutan Ratu Dirah harus diluruskan sesuai yang berkembang di Kediri yakni Ratu Girah yang kemudian menjadi toponim wilayah saat ini yakni Gurah, Kabupaten Kediri," papar Jero

Menurut Jero, cap buruk tersemat kepada Ratu Calon Arang karena situasi politik di era Raja Kahuripan Airlangga, yang memiliki darah Bali dan berkuasa di Dhaha Kediri, dengan ibu kota Dhahanapura. Kekuasaannya berakhir pada tahun 1042.


(sun/iwd)


Hide Ads