Fakta sejarah tersebut tertulis di Prasasti Masahar yang ditemukan di Situs Gemekan, Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto. Yaitu di sisi kiri prasasti berbahasa Jawa Kuno yang dikeluarkan Raja Medang, Mpu Sindok tahun 852 saka atau 930 masehi.
Ahli Epigrafi, Ismail Lutfi mengatakan, sisi kiri Prasasti Masahar menjelaskan akhir dari upacara penetapan sima atau tanah bebas pajak. Kala itu, para pejabat yang hadir mengikuti pesta di lokasi tanah sima.
Berbagai jenis makanan disuguhkan kepada para pejabat yang hadir. Mereka harus makan bersama. Selain itu, beberapa jenis miras juga disajikan kepada para pejabat.
"juga ada minuman sindhu, cinca dan tuak. Ketiganya minuman istimewa karena hasil dari fermentasi. Sindhu, cinca, tuak semuanya minuman keras, cuma dari bahan berbeda-beda. Tuak biasanya dari kelapa, sindhu kemungkinan dari beras, cinca kemungkinan dari jenis tanaman yang lain," kata Ismail dikutip detikJatim dari Youtube BPCB Jawa Timur, Kamis (31/3/2022).
Sebagian makanan yang disuguhkan dalam pesta usai penetapan sima tersebut, lanjut Lutfi, masih eksis hingga kini. Seperti telur, dendeng, ikan laut maupun air tawar. Pesta tersebut juga dimeriahkan hiburan lawak.
"Juga ada pertunjukan pelawak yang disebut mabanyol di prasasti ini. Ini menarik, bahwasanya dalam upacara penetapan sima yang kita bayangkan sangat sakral, hadir tokoh yang menghibur para tamu," terang Lutfi.
Prasasti Masahar ditemukan tim ekskavasi BPCB Jatim di sudut timur laut Candi Gemekan pada 9 Februari 2022. Prasasti berbahan batu andesit ini terkubur di kedalaman 130 cm.
Posisi prasasti sudah ambruk dengan bagian atasnya menghadap ke timur laut. Bagian bawah dan sisi kanan atasnya sudah pecah. Nampak depan, prasasti Gemekan berbentuk segi lima yang melebar ke bagian atas.
Bagian puncak prasasti meruncing atau berbentuk prisma. Sedangkan bagian dasarnya diduga datar sebagai dudukan prasasti. Tinggi prasasti yang tersisa 91 cm, lebar 88 cm, tebal 21 cm. Isi prasasti menggunakan Aksara Jawa Kuno diukir pada keempat permukaannya sehingga disebut prasasti catur muka.
Satu tahun sebelum mengeluarkan Prasasti Masahar, Mpu Sindok memindahkan kekuasaannya dari Jateng ke Jatim tahun 929 masehi, jauh sebelum Majapahit bercokol. Penguasa Kerajaan Medang itu memerintah sampai 947 masehi. Sedangkan Majapahit berdiri tahun 1293 masehi.
Bagian muka Prasasti Masahar menjelaskan titah Raja Medang, Sri Maharaja Rakai Hino Pu Sindok Sri Isanawikrama Dharmmotunggadewa tentang penetapan sima atau sawah bebas pajak tahun 852 saka atau 930 masehi.
Sawah tersebut terletak di Masahar, wilayah Watek Padang yang saat ini menjadi Dusun Kedawung, Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto. Sawah berukuran 3 tampah itu dibeli Rakai Hanyangan selaku Lampuran Wabu bersama anak perempuannya bernama Dyah Parhyangan menggunakan emas 3 kati 5 suwarna untuk bangunan suci Prasada Kabhaktyan Pangurumbigyan.
Terjemahan sisi kiri Prasasti Masahar versi Ismail Lutfi
1. Setelah Sang Makudur selesai melakukan ritual sima
2. Kemudian berganti penampilan, lalu semuanya duduk
3. Mendekati titik tengah lokasi upacara. Bersamaan dengan itu, semua yang hadir turut serta
4. Termasuk para pejabat, patih dan para rama
5. Bayan, juga para pejabat dari desa-desa yang berbatasan dengan tanah sima. Baik yang tua
6. Maupun yang muda, laki-laki maupun perempuan
7. Semuanya mengikuti upacara di tempat tersebut
8. Tidak kurang semuanya diberi nasi
9. Yang sudah dimasak pakai dandang, juga mendapatkan sayur
10. Makanan bernama ambillambil, lasan, litlit
11. Tlusanak dan makanan yang digoreng sangrai
12. Sayuran bernama rumba rumbah, sayuran yang direbus, tetis
13. Makanan bernama tumpuk-tumpuk, denghanyang kemungkinan daging yang dikeringkan atau dendeng
14. Denghasin kemungkinan daging kering yang rasanya asin, ikan kakap, udang, bilunglung
15. Masakan bernama kawan, rumahan itu masakan semacam rawon, ketam
16. Telur, sunda, atak, susu sapi
17. Makanan bernama tahulan winanganan, haryyas
18. Demikianlah makanan yang disediakan dalam 10 wadah besar, selain itu
19. Selain lauk pauk tadi, kusprakara belum tahu artinya
20. Mereka semua menerima
21. Mereka minum minuman bernama sindhu, cinca, tuak
22. Masing-masing minum tiga kali. Mereka tambah lagi makanan ringan
23. Makanan ringan bernama nanjapan, kurawu, kurima, asam
24. Dodol. Semuanya diberi penerangan, mendekat
25. Kemudian mereka masuk, tang jnu (tidak diartikan) bunga, semuanya
26. Termasuk Sang Matuwung, berdirilah beliau
27. Termasuk patih sebagai pemukanya, semuanya melakukan sesuatu
28. ...rapa sakahanan (bagian ini kalimatnya tidak sempurna)
29. Tanda penutup berakhirnya isi prasasti ini
(fat/fat)