BPCB Jatim menemukan fakta menarik, setelah 6 hari ekskavasi Situs Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Struktur bangunan yang sebelumnya tertimbun tanah di gundukan dipastikan candi dan menghadap ke Gunung Semeru.
Pada ekskavasi hari terakhir pada Sabtu (12/2/2022), struktur batu bata dengan diameter besar berukuran panjang 35 cm, lebar 22 meter, dan ketebalan 10-11cm, terlihat jelas di sisi barat bangunan. Bangunan struktur berupa undaan yang difungsikan kaki candi terlihat jelas.
Luasan area kaki candi 8 x 8 meter dengan luas bangunan kaki candi yang mencoba ditampakkan. Ekskavasi selama enam hari ini juga menunjukkan progres besar terhadap penampakan candi yang dari hipotesis sementara dibangun oleh Raja Mpu Sindok di masa Kerajaan Mataram Kuno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, dari hasil enam hari ekskavasi selain menampakkan lebih jelas bangunan candi di bagian barat, juga kembali menemukan benda-benda bersejarah yang terkait dengan bangunan candi ini.
Namun pihaknya masih belum menemukan secara utuh struktur candi, mengingat perlu ekskavasi lanjutan guna membuka sisi timur candi.
"Setelah eskavasi memang ada beberapa pekerjaan yang masih menjadi PR, pertama kita baru berhasil membuka sisi barat. Perlu ada kegiatan lanjutan tahap dua untuk membuka sisi timur," kata Wicaksono kepada wartawan, Kamis (17/2/2022).
Menurutnya, ekskavasi lanjutan diperlukan untuk mengetahui luasan dan bentuk, serta kaitannya dengan pelestarian bangunan candi agar tidak kian rusak. Apalagi batuan candi berasal dari abad 10, yang rawan rapuh akibat perubahan cuaca.
"Sehingga nanti nampak semua bentuk dan luasan Candi setelah kita mengetahui bentuk dan luasan candi, tentunya akan mudah menghitung kebutuhan ruang bagi candi ini dalam upaya pelestariannya, termasuk pembebasan (lahan) dan pengatapan," tuturnya.
Menariknya dari candi tersebut adalah menghadap Gunung Semeru dengan membelakangi Gunung Arjuno, jika ditarik garis lurus.
![]() |
Dugaan awal tangga masuk candi berada di barat tidak ditemukan. Kesimpulan besar tangga itu berada di sisi timur, dengan posisi bangunan candi menghadap ke Gunung Semeru jika ditarik garis lurus.
"Kemarin saya duga dia ada di sisi barat, ternyata nggak ada, pintu masuk di timur. Keterangan masyarakat ada sumber air di timur, jadi runtutannya sesuai. Menghadap ke Semeru tangganya. Candinya menghadap ke timur (ke Gunung Semeru), karena dari dilihat tangganya, ritualnya menghadap ke barat (Gunung Arjuno)," ungkapnya.
Pihaknya juga menemukan kembali dua buah benda lainnya peninggalan candi di masa pemerintahan Mpu Sindok. Benda berupa ratna yang merupakan bagian bentuk atap candi, yang biasanya ditemukan di candi dan ambang bilik, yang berada di relung candi.
Bagian ratna atap candi ini berukuran 17 x 17 cm dengan posisi seluruhnya jatuh ke bawah dan ditemukan di dua sisi lokasi ekskavasi.
"Jadi candi ini dulu merupakan memiliki bagian tubuh dan atap yang runtuh, menutupi profil kaki di semua sisi candi. Ditemukan dua, satu di sini, satu di barat laut," katanya.
Sementara penemuan lainnya yakni pengganjal relung atau semacam pintu masuk ke tempat penyimpanan benda-benda bersejarah di candi. Pengganjal relung ini berupa batuan besar.
"Jadi di bagian tengah ini ada relung, tempat arca ini merupakan pengganjal relung. Kemudian ada dari bata di sini, dia pakai batu karena untuk relung, di bagian relung untuk nyimpan arca-arca, kayak jendela, tapi ada cekukan, dan di situ ada arca," ungkapnya.
Di hari terakhir ekskavasi didapatkan bentuk candi yang kian jelas menyerupai candi-candi Siwa yang ada di Dieng, Jawa Tengah, dimana dengan bentuk pondasi tidak begitu besar, tetapi di bagian badannya membesar.
"Kalau gaya Jawa Tengahan itu tambun, tanpa perut kaki nyambung. Itu membutuhkan material yang lebih banyak, ini material runtuhan yang terlihat di dinding-dinding tanah ini sangat banyak," pungkasnya.
(fat/fat)