Pertamina angkat bicara tentang keluhan warga di Kecamatan Kartoharjo, Magetan yang sulit mendapatkan tabung gas elpiji 3 kg. Pertamina meminta warga Magetan membeli langsung ke pangkalan elpiji.
Section Head Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Taufiq Kurniawan menyatakan bila masyarakat membeli langsung ke pangkalan elpiji, dia menjamin pasokan pasti aman.
"Stok di pangkalan aman (elpiji 3 kg). Pasokan normal sesuai kuota yang ditetapkan pemerintah dan masyarakat kami imbau untuk beli di pangkalan resmi Pertamina," ujar Taufiq dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim, Rabu (19/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Taufiq, Kabupaten Magetan mendapatkan pasokan LPG sebanyak 21.840 tabung setiap hari. Jumlah pasokan elpiji 3 kg itu tersebar di 746 pangkalan Pertamina yang ada di setiap desa.
"Setiap desa dengan rasio minimal 3-4 pangkalan di seluruh Magetan. Total pasokan LPG sebanyak 21.840 tabung setiap hari tersebar di 746 pangkalan," jelas Taufiq.
Taufiq juga menyebutkan bahwa harga elpiji 3 kg di pangkalan juga jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di toko-toko yang juga sempat dikeluhkan mencapai Rp 25 ribu per tabung. Di pangkalan di pastikan harga tetap Rp 16 ribu, sesuai HET pemerintah.
"Ciri-ciri pangkalan LPG 3 kg adalah harga tidak pernah di atas Rp 16.000,- (sesuai HET). Bisa tukar tabung apabila kondisi rusak, timbangan kurang, dan terdapat plang papan pangkalan yang tertera layanan aduan Call Center Pertamina 135 dan Call Center ESDM 136," tandas Taufiq.
Sebelumnya sejumlah warga di Kecamatan Kartoharjo, Magetan mengeluhkan sulitnya mendapatkan tabung gas elpiji 3 kg. Harga elpiji di tingkat pengecer disebut mencapai Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu.
"Mumet (pusing) sudah muter-muter ini cari elpiji buat masak tapi belum dapat. Semua kosong di toko-toko sekitar sini. Kemarin baru dapat harga Rp 24 ribu dan pernah Rp 25 ribu," ujar Emi (43), salah seorang warga RT 7, Desa Sukowidi, Kecamatan Kartoharjo.
Emi mengatakan kesulitan mencari elpiji 3 kg sudah dirasakan selama 2 pekan terakhir. Terkadang untuk mendapatkan elpiji melon itu dia meminta sang suami membelikan di Madiun atau di Ngawi.
"Ini kemarin titip suami saya suruh beli di daerah Ngawi waktu pulang kerja," imbuhnya.
Kesulitan mendapatkan elpiji juga diakui Ririn (43), seorang pemilik toko yang ada di Desa Sukowidi. Menurutnya belakangan ini jatah pengiriman tersendat.
"Susah elpiji gimana ini. Hampir 1 bulan tidak lancar kiriman, seminggu kosong baru dapat kiriman. Biasanya Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu ini sekarang gas harga Rp 22 ribu," ujarnya.
(dpe/iwd)