Sambat Pedagang di Balik Megahnya Bangunan Pasar Pon Trenggalek

Sambat Pedagang di Balik Megahnya Bangunan Pasar Pon Trenggalek

Adhar Muttaqin - detikJatim
Selasa, 26 Sep 2023 13:28 WIB
Potret sepinya Pasar Pon Trenggalek
Potret sepinya Pasar Pon Trenggalek (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Trenggalek -

Pasar Pon menjadi bangunan ikonik berarsitektur Eropa di pusat kota Trenggalek. Namun, kondisi itu tidak berbanding lurus dengan perputaran perekonomian di dalam pasar yang cenderung sepi.

Pasar yang berada di Jalan Panglima Sudirman, Kecamatan/Kabupaten Trenggalek ini dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2020, dengan anggaran Rp 69 miliar. Pembangunan dilakukan untuk menggantikan bangunan lama yang terbakar pada 25 Agustus 2018.

Dulu, Pasar Pon memiliki desain yang biasa, layaknya pasar tradisional di Indonesia. Sedangkan dalam pembangunan gedung baru, desain pasar diubah total menjadi lebih modern dengan gaya arsitektur Eropa. Desain pasar mengadopsi Borough Market London.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah pembangunan selesai, ratusan pedagang yang sebelumnya menempati tempat penampungan sementara kembali beroperasi di Pasar Pon Trenggalek pada April 2021.

Dua tahun berjalan, kehidupan Pasar Pon tak seperti yang diharapkan. Megahnya bangunan ternyata tidak berbanding lurus dengan perputaran perekonomian di dalam pasar.

ADVERTISEMENT

Para pedagang mengaku, kondisi pasar saat ini cenderung sepi, akibatnya omzet penjualan mengalami penurunan drastis. Tim detikJatim juga menjumpai banyak kios di lantai dasar dan dua yang tutup.

Potret sepinya Pasar Pon TrenggalekPotret sepinya Pasar Pon Trenggalek Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

Salah seorang pedagang Tatik mengatakan, animo masyarakat untuk berbelanja di Pasar Pon sangat rendah. Bahkan kadang dalam satu hari pedagang tidak mendapatkan konsumen sama sekali.

"Sepi, sangat sepi sekali. Bahkan kadang-kadang nggak buka dasar sehari, karena sepi," kata Tatik, Selasa (26/9/2023).

Menurutnya, pada masa kejayaan pasar yang lama, usaha di pasar menjadi tumpuan hidup keluarganya. Bahkan penghasilannya bisa untuk menyekolahkan anak-anak.

"Dulu bisa nyekolahkan anak-anak, sekarang buat makan aja susah," ujarnya.

"Di bawah itu yang belakang bagian selatan itu banyak kios yang tutup, tinggal satu yang bertahan," timpal pedagang lain.

Para pedagang mengaku tidak tahu secara pasti penyebab merosotnya omzet penjualan di Pasar Pon Trenggalek. Padahal, bangunan pasar lebih modern dan bersih.

Rendahnya tingkat kunjungan di pasar tersebut menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mendongkrak tingkat kunjungan.

Kini, setiap malam terdapat pujasera angkringan yang menyajikan aneka kuliner dan tempat nongkrong. Namun kondisi itu ternyata tidak berdampak pada kunjungan di siang hari. Transaksi pedagang di dalam pasar tetap sepi.

Langkah Bupati Trenggalek, baca di halaman selanjutnya!

Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, saat ini pihaknya terus berupaya mencari formula agar ekonomi Pasar Pon kembali bergairah. Untuk itu, pihaknya menggali masukan dari berbagai pihak, termasuk pada pedagang.

"Dalam waktu dekat ini setiap Jumat, Sabtu dan Minggu kita buat pasar tumpah, artinya pada pedagang boleh menjajakan dagangannya di halaman hingga dekat trotoar," kata M Nur Arifin.

Harapannya, masyarakat yang beraktivitas di sekitar pasar dapat dengan mudah menjangkau dagangan dari Pasar Pon.

Rencananya, akses pasar yang awalnya hanya dari belakang, akan dibuka dari empat sisi. Bahkan pihaknya akan menguji coba dengan menggratiskan biaya parkir.

"Ke depan setelah bangunan ini diserahkan ke Pemkab Trenggalek akan kami bangun akses tangga langsung ke lantai dua dari luar," jelasnya.

Upaya itu diharapkan akan mempermudah masyarakat untuk menjangkau langsung kios yang berada di lantai dua.

Potret sepinya Pasar Pon TrenggalekBupati Trenggalek meninjau Pasar Pon Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

"Ada juga wacana penggabungan pasar basah dan kering, tapi ini diskusinya harus melibatkan semua pedagang, karena konsekuensinya adalah penataan ulang pasar," jelasnya.

Arifin mengakui pelemahan sektor pasar tradisional tidak hanya terjadi di Trenggalek, namun juga di berbagai daerah di Indonesia. Gempuran teknologi membuat arus perdagangan barang tidak harus melewati pasar.

"Sekelas Tanah Abang saja sepi. Tapi kita harus tetap optimis dengan berbagai upaya dan terobosan," kata M Nur Arifin.

Untuk itu, pemerintah daerah juga berencana memberikan pelatihan bagi para pedagang yang melek teknologi untuk berdagang secara daring atau online.

Pada persoalan Pasar Pon, Bupati meminta para pedagang yang tidak membuka lapak untuk mengembalikan ke pemerintah. Sehingga bisa dialihkan kepada yang lain.

"Mungkin dia sudah dapat tempat yang baru dan lebih ramai, ya monggo dikembalikan ke pemerintah. Jangan sampai hanya dibiarkan, kalau seperti ini kesannya pasar sepi terus," pungkasnya.



Hide Ads