Wow! Petani Mojokerto Budi Daya Cabai Terpedas di Dunia, Harga Rp 1,2 Juta/Kg

Wow! Petani Mojokerto Budi Daya Cabai Terpedas di Dunia, Harga Rp 1,2 Juta/Kg

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 14 Mei 2023 17:13 WIB
Petani Mojokerto Budi Daya Carolina Reaper, Cabai Terpedas di Dunia
Petani Mojokerto Budi Daya Carolina Reaper Cabai Terpedas di Dunia (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Mojokerto -

Petani Mojokerto sukses membudidayakan Carolina Reaper, cabai terpedas ketiga di dunia menggunakan beberapa teknologi pertanian. Harga cabai asal AS ini mencapai Rp 1,2 juta/Kg.

Budi daya Cabai Carolina ditekuni Yani Suharto (57) sejak 3 tahun lalu di Dusun Joho, Desa Tempuran, Pungging, Kabupaten Mojokerto. Saat ini, ia mempunyai 300 tanaman Carolina Reaper di 3 green house. Masing-masing green house seluas 5,5 x 40 meter persegi berisi 100 tanaman.

"Setiap pohon rata-rata menghasilkan 7 ons atau 100 buah Cabai Carolina setiap panen," kata Yani kepada wartawan di lokasi, Minggu (14/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan cabai rawit lokal, Cabai Carolina cenderung bulat dengan permukaan kasar. Yani membudidayakan 4 varian Carolina Reaper sekaligus, yakni merah, kuning, putih dan cokelat. Cabai asal Carolina Selatan, AS ini 14-22 kali lebih pedas dibandingkan cabai rawit lokal.

Sebab tingkat kepedasan Cabai Carolina 1,4-2,2 juta scoville heat units (SHU), sedangkan cabai rawit lokal di angka 100.000 SHU. Tak ayal Carolina Reaper menjadi cabai terpedas ketiga di dunia setelah Pepper X dan Dragons Breath.

ADVERTISEMENT

Cabai Bhut Jolokia atau Ghost Pepper asal India Utara juga dibudidayakan di tempat ini. Yani menanam 2 jenis sayur berjuluk cabai setan itu, yakni ungu dan merah. Bentuknya seperti cabai rawit, tapi lebih gemuk dan panjang. Kepedasan cabai ini 855 ribu sampai 1 juta SHU.

"Cabai Carolina ada manis wanginya sedikit, pedasnya mantap. Kalau Bhut Jolokia pedas saja. Sensasi pedasnya jauh banget dibandingkan cabai lokal," terangnya.

Awalnya, Yani membeli Cabai Carolina dan Ghost Pepper dari temannya sesama komunitas petani cabai di Bogor, Jabar. Harga cabai untuk bibit itu tergolong mahal. Sebab Cabai Carolina mencapai Rp 90.000 per buah. Kini ia mempunyai stok bibit yang melimpah.

Dibantu 2 karyawannya, ia membudidayakan Cabai Carolina maupun Bhut Jolokia secara organik di dalam green house. Yani menerapkan teknologi pot otomatis (autopot) untuk menyuplai air nutrisi ke masing-masing tanaman. Perangkat bernama Water Guard itu hasil penelitian perusahaan keluarganya.

"Teknologi ini untuk berkebun menjadi lebih mudah karena tak perlu menyiram tanaman secara manual," jelasnya.

Setiap bibit cabai ditanam pada pot berdiameter 40 cm. Media tanamnya menggunakan tanah gembur campur sekam padi bakar. Selanjutnya, setiap 2 pot diletakkan di sebuah matras. Ketika air pada pot telah habis, water guard mengatur secara otomatis agar matras terisi air nutrisi setinggi 3 cm dari tandon.

Air nutrisi dengan sendirinya meresap ke media tanam karena bagian bawah pot sudah dilubangi. Sehingga kelembaban tanah terus terjaga secara otomatis tanpa membuat akar tanaman membusuk. Karena air yang berlebih membuat akar cabai mudah membusuk.

"Kalau mengatasi jamur kami pakai alat semprot khusus, hanya disemprot air tanpa pestisida," ujar Yani.

Dari tahap pembibitan, lanjut Yani, dibutuhkan perawatan selama 3 bulan sampai panen. Menurutnya, setiap pohon Cabai Carolina dan Bhut Jolokia bisa dipanen dua kali dengan syarat dirawat dengan baik. Masa panen kedua 1,5 bulan dari panen pertama.

Setelah panen kedua, semua tanaman cabai harus diganti dengan bibit baru sebab berbuahnya tak lagi maksimal. Jika setiap pohon Cabai Carolina menghasilkan 7 ons buah, hasil panen Cabai Bhut Jolokia 3 kali lipatnya atau 2,1 Kg buah.

Petani Mojokerto Budi Daya Carolina Reaper, Cabai Terpedas di DuniaPetani Mojokerto Budi Daya Cabai Terpedas di Dunia/ Foto: Enggran Eko Budianto

Selain bibitnya mahal, perawatannya rumit, serta rasanya yang sangat pedas, Cabai Carolina mahal karena masih jarang di pasaran. Hasil panen Yani biasa diambil pembeli dari Sidoarjo dan Surabaya, baik pembeli perorangan maupun karyawan restoran Korea dan Taiwan.

Menurut Yani, harga Cabai Carolina saat ini Rp 1,2 juta/Kg dalam kondisi basah. Sedangkan cabai kering yang sudah dioven, ia banderol Rp 3 juta/Kg. Ia juga mengolahnya menjadi cabai bubuk, serta untuk memproduksi camilan kacang dan kentang goreng pedas.

"Saat ini kami masih mengurus semua izinnya dan menyiapkan semua alat produksinya," cetusnya.

Sedangkan hasil panen Cabai Bhut Jolokia belum pernah ia jual. Selama ini, cabai dari India yang juga sangat pedas itu ia bagikan ke para tetangganya. Ke depan, Yani bakal meningkatkan budi daya cabai setan itu untuk menyaingi harga cabai rawit lokal ketika mahal.

"Rencananya nanti harganya mau saya samakan dengan cabai lokal saat mahal. Kalau terlalu murah kami keringkan," tandasnya.




(abq/fat)


Hide Ads