Petani Kota Blitar sekarang bisa bernapas lega. Mereka mendapatkan solusi dari kelangkaan dan mahalnya pupuk dengan hadirnya Regenerative Soil. Selain murah, proses pembuatannya hanya satu jam dan langsung bisa diaplikasikan ke tanaman.
Regenerative Soil ini bukan merek atau brand sebuah produk yang dikomersilkan. Melainkan nama pupuk organik hasil racikan komunitas Tani Remen Budoyo (TRB).
Komunitas yang lahir di Jogja pada tahun 1980 ini merupakan kumpulan pemikir yang punya misi dan visi luhur. Salah satunya agar pengetahuannya bermanfaat bagi alam dan sesama makhluk hidup di bumi. Yaitu manfaat menyehatkan, mencerdaskan, dan menyejahterakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ideologi TRB adalah bersedekah kepada tanah, karena kita hidup di atas tanah, makan dari hasil tanah, dan mati akan kembali dalam tanah," kata Dhimas Driessen dari TRB kepada detikJatim, Selasa (2/5/2023).
Mereka hadir di tengah-tengah petani Kota Blitar sejak Oktober 2022. Kemudian, mengenalkan konsep Pola Tanam Padi Sehat (PTPS) dengan komitmen mengurangi pemakaian pupuk kimia sampai 50 persen pada tanaman. Konsep ini mengaplikasikan pupuk organik untuk memperbaiki kualitas tanah dengan mengembalikan unsur hara ke bumi.
Yang baru, proses pembuatan pupuk organik ini hanya satu jam dan bisa langsung diaplikasikan ke tanaman. Teknik ini mematahkan teori pembuatan pupuk organik yang butuh waktu lama.
![]() |
Fakta yang TRB tunjukkan membuktikan, bahwa ilmu pengetahuan berkembang pesat dan manusia harus mau dan mampu meng-update setiap saat.
"Semua tidak akan percaya kalau saya bilang, pupuk ini bikinnya hanya satu jam dan langsung bisa diaplikasikan ke tanaman. Tapi kami sudah menunjukkan fakta, karena pada dasarnya, partikel ketika menjadi sangat kecil akan mudah berhomogen," tuturnya.
Bahan dari Regenerative Soil sendiri dasarnya dari kotoran hewan dan sampah organik. Namun, untuk kotoran hewan dengan pakan pabrikan, membutuhkan treatment khusus untuk menghilangkan amoniaknya.
Kedua bahan dasar tadi kemudian dilengkapi dengan arang sekam yang menghasilkan karbon sebagai unsur mempersatukan, silika, garam yang berfungsi memecah unsur logam berat dalam bahan dasar. Lalu kapur yang mengandung kalsium untuk menetralkan PH. Akan lebih maksimal jika ditambah dengan pecahan batu bata atau genting berbahan tanah liat.
"Sebelumnya kita harus siapkan katalisator organik. Kemudian semua bahan dicampur dengan komposisi bahan dasar 1 banding 1. Ditambahkan air dan molase dari tetes tebu. Untuk komposisi garam, kapur dan molasenya 1 banding 2 banding 3," jelasnya.
Dhimas menambahkan, hasil tes laboratorium Regenerative Soil ini sebetulnya tidak masuk klasifikasi pupuk organik. Namun, masuk dalam kategori pembenahan tanah.
Petani di Kota Blitar cerita manfaat Regenerative Soil pada tanamannya, baca di halaman selanjutnya!
Para petani di Kota Blitar pada awalnya tidak percaya dengan pembaharuan yang mereka bawa. Seperti kelompok tani Setia Kawan 1 di Kelurahan Ngadirejo, Kota Blitar ini. Dari 78 anggotanya, hanya 24 yang bersedia mengikuti pelatihan. Namun, ketika Regenerative Soil ini berbuah positif pada hasil panen padi tanaman mereka, semua petani Kota Blitar tak lagi memalingkan muka.
"Tanaman padi itu menurut saya, kelihatan bahagia. Warna tanaman jadi segar dan panen padi untuk luasan 100 ru biasanya hanya dapat 9 kuintal. Tapi pakai Regenerative Soil ini naik di atas 1 ton semua," aku Ketua Kelompok Tani Setia Kawan 1, Endi.
Kelompok tani ini tak hanya mengaplikasikan ke tanaman padi. Namun, mereka juga mencobanya ke cabai. Walaupun belum merasakan hasil panen, namun Endi melihat tanaman cabainya lebih tahan penyakit.
"Daya tahan tanaman juga lebih bagus dan keuntungan lainnya, bisa memangkas biaya operasional sampai 50 persen," imbuhnya.
Sulton, petani dari Kelompok Rukun Makmur dari Kelurahan Pakunden juga membuktikan hasil baik Regenerative Soil. Produktivitas padinya naik menjadi 8 ton per hektare. Dulu ketika memakai pupuk kimia, panennya hanya sekitar 6,5 ton per hektare.
"Saya tidak mempromosikan lho ya, karena ini buatan kami sendiri dan untuk kelompok kami sendiri. Tidak kami jual. Ini pun belum maksimal kami pakai ke semua tanaman," ujar Sulton.
Dengan berkurangnya biaya produksi, Sulton mengaku menambah keuntungannya. Keuntungan lain yang dirasakan petani, dengan konsep PTPS ini kualitas beras mereka lebih bagus. Mereka dengan percaya diri menjual hasil panennya yang diolah menjadi beras, kemudian di-packing dan langsung dijual ke user.
"Berasnya nggak gampang basi. Ini begitu panen kami proses jadi beras diplastiki kok laris. Alhamdulillah ada yang ngajarin cara begini, jadi petani itu lebih sejahtera," kata Sulton dengan tertawa.
Inovasi ini mendapat support dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Blitar. Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dian Lukitasari menandaskan, konsep tanam PTPS dengan aplikasi Regenerative Soil menjawab permasalahan petani.
Seperti bertani makin sulit karena produktivitas tanaman menurun, hama merajalela, makin susah mendapatkan pupuk, baik yang bersubsidi maupun non subsidi yang harganya makin tak terjangkau.
"Akar masalah pertanian kita ternyata tanah kita ini sakit. Beratus tahun dipakai namun tidak pernah ada upaya mengembalikan kesuburannya. Dengan konsep tanam PTPS ini adalah upaya kami menggeser mindset petani untuk bersahabat dengan alam. Pemakaian Regenerative Soil ini bentuk nyaur utang kami kepada bumi, karena ketika kita berbuat baik kepada bumi, maka bumi akan memberikan hasil terbaiknya juga untuk kita," pungkasnya.