Berdasarkan hasil pemantauan dan pencatatan BPS Surabaya, pada Januari 2023 inflasi di Kota Pahlawan mencapai 0,42 persen. Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan salah satu cara mencegah kenaikan inflasi adalah dengan adanya pasar induk di kota.
Eri mengatakan pasar sudah diatur dalam Perda, seperti pasar induk dan pasar pilihan. Salah satu yang ia harapkan yakni Pasar Induk Sidotopo yang diresmikan hari ini.
"Surabaya sendiri satu-satunya jalan untuk menahan inflasi, menjaga dan menstabilkan inflasi, maka kita memerlukan pasar induk. Jadi Alhamdulillah hari ini pasar induk sudah dibuka di Sidotopo, harapannya harga bisa kita stabilkan. Karena di Perpres 25 Tahun 2022, ada 11 komoditi yang disiapkan di pasar induk," kata Eri usai meresmikan Pasar Induk Sidotopo, Rabu (15/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eri memberi contoh beras medium dan Minyakita yang sempat langka dan harganya naik di Surabaya, dengan pasar induk stoknya tersedia. Sehingga harga bahan pokok maupun sayuran tetap stabil.
"Sehingga harga cabai di setiap pasar itu bisa sama. Karena apa? Pembelinya di tempat yang sama dengan harga yang sudah ditetapkan. Jadi harga cabai itu naik, maka secara otomatis, contohnya saya bisa intervensi di pasar induk Ini untuk menurunkan harganya," ujarnya.
Harapannya, dengan modal pasar induk ini inflasi juga bisa diturunkan atau ditekan. Dengan pasar induk ini semua bahan komoditi juga bisa terpenuhi dan harga di pasar juga bisa dikendalikan. Karena kenaikan inflasi sendiri juga bisa memberikan dampak pada kenaikan harga bahan pokok.
Untuk inflasi di Kota Surabaya sendiri tahun 2022, Eri menyebut angkanya 0,4 persen. Namun hal itu bukan karena bahan pokok, melainkan pendidikan.
"Kalau pendidikan di Surabaya itu mahal. Jadi waktu itu kan di bulan Juli itu inflasinya naik karena waktu membayar kuliah 6 bulanan atau semester. Tapi kalau bahan pokok tidak. Jadi nanti bisa dipisahkan mana yang menyebabkan tingginya (inflasi). Tapi kalau sudah karena pendidikan kita sudah tidak bisa. Dan insyaallah dari data BPS itu sekitar 0,4 persen dan macam-macam datanya," jelasnya.
Sementara Dirut PT Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Indonesia, Hartono Wignyo mengatakan di Pasar Induk Sidotopo ada sekitar 1.500 lapak dan disiapkan untuk 800 pedagang. Warga sekitar juga ada yang mengisi, baru sekitar 20 pedagang.
"Pasti mencukupi. Kita lihat pasar induk di Tangerang luas yang sama kira-kira 3.500 ton per hari, Surabaya ini sudah 1.000 ton lebih, nanti akan berkembang. Pasar kalau banyak itu problemnya pedagang pasar eceran ngutang-ngutang," kata Hartono.
Pasa Induk Sidotopo sendiri dikirim untuk Surabaya dan wilayah Jawa Timur. Untuk internasional tidak dilakukan. Di Kota Pahlawan sendiri juga kini memiliki dua pasar induk, yakni di Osowilangon dan Sidotopo.
"Di sini lengkap sayur, buah, musala, klinik. Pak Wali juga minta lengkap ada tempat ibadah, kantin, toilet. Luas 3,4 hektare," pungkasnya.
(esw/iwd)