Salah satu petani durian di Desa Sempu, Kecamatan Ngebel, Rusmadi mengatakan tahun ini dari 100-an pohon durian miliknya hanya 1 persen yang berbuah.
"Tahun lalu 60 persen panen, tahun ini sekitar 1 persen," tutur Rusmadi kepada wartawan, Rabu (8/2/2023).
Rusmadi menambahkan panen kali ini gagal karena faktor cuaca. Sebab, musim hujan yang berkepanjangan membuat banyak bunga rontok sebelum jadi buah.
"Karena cuaca sejak awal musim, musim hujan terlalu banyak curah hujan akhirnya bunga rontok. Belum jadi buah sudah rontok," terang Rusmadi.
Tahun lalu, lanjut Rusmadi, dirinya bisa mendapat keuntungan Rp 10 juta. Tahun ini dia hanya mendapat Rp 1 juta. Biasanya satu pohon bisa menghasilkan 100 buah, kini hanya 10 buah saja.
"Petani ya rugi, sudah menunggu satu tahun tapi tidak panen. Padahal sudah dipupuk dan dirawat tetapi kalah sama hujan," imbuhnya.
Menurutnya, meski ada beberapa yang bisa dipanen namun rasanya anyep atau tidak memiliki rasa. Akhirnya harganya pun rendah saat dijual.
"Semua jenis durian yang ditanam saat ini gagal panen, baik lokal atau jenis musang king, bawor dan lain-lain. Petani khususnya di Desa Sempu hanya bisa pasrah karena faktor alam, apa boleh buat," tukas Rusmadi.
Sementara, penyuluh pertanian di Kecamatan Ngebel, Watkulil Anam mengatakan panen durian gagal tahun ini disebabkan musim hujan yang berkepanjangan.
"Hasil dari evaluasi di lapangan, ternyata penyebab kegagalan durian karena hujan. Awalnya bunga mekar waktu malam hari kena hujan akhirnya rontok sebelum terjadi pembuahan," papar Anam.
Anam pun menyarankan ke petani agar melakukan pemupukan lebih awal supaya fase generatif lebih cepat untuk mengantisipasi curah hujan yang sulit diprediksi. Saat ini penurunan produksi panen durian di Ngebel ditaksir mencapai 80 persen.
"Penurunan panen sekitar 80 persen, meski ada buah di pohon tapi tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Saat ini selain durian, alpukat dan manggis juga terdampak di Ngebel," pungkasnya.
(dpe/fat)