Meski masih berusia belia, ratusan siswa di SMPN 1 Badegan sudah diajari berwirausaha. Salah satunya dengan membuat kain ecoprint.
Caranya dengan memanfaatkan dedaunan dan juga bumbu dapur untuk membuat karya yang layak dijual. Bahkan hasilnya pun tak kalah bagus dengan jenis kain lainnya.
Saat detikJatim berkunjung ke SMPN 1 Badegan, tampak beberapa siswa membuat ecoprint. Pertama menyiapkan kain, kemudian diberi daun-daunan yang mereka dapat di lingkungan sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah diberi daun, kemudian ditaburi bubuk kunyit," tutur salah satu siswa Afra Kalila Maharani (12) kepada detikJatim, Rabu (30/11/2022).
![]() |
Daun yang dipilih, lanjut Afra, harus daun yang memiliki getah. Sebab, jika tak memiliki getah bakal tidak mengeluarkan warna.
"Contohnya ada daun jati, pepaya, mente bisa digunakan untuk ecoprint," jelas Afra.
Kemudian, lembaran kain yang sudah diberi daun dan pewarna, ditimpa dengan kain lain yang sebelumnya direndam air tawas. Untuk mengeluarkan warna, kain tersebut diinjak-injak.
"Setelah itu digulung dan diisolasi rapat, setelah itu dikukus selama 2 jam," imbuh Afra.
Setelah dikukus kemudian kain diangin-anginkan selama 5 hari. Baru, kain bisa digunakan sesuai kebutuhan.
"Prosesnya mudah asal kita saling membantu, butuh waktu 2 jam untuk proses pembuatan," papar Afra.
Sementara, Kasek SMPN 1 Badegan, Prasetyo Suko Widodo menerangkan ide awal pembuatan ini dari guru dan murid yang ingin membuat batik namun memanfaatkan bahan alami.
"Akhirnya membuat ecoprint, memanfaatkan daun, pewarna alami sehingga ramah lingkungan," beber Prasetyo.
Menurutnya, kain ecoprint memiliki keunikan tersendiri. Tiap lembar kain, bakal memiliki corak sendiri. Tidak ada yang sama persis.
"Jadi anak-anak didik kami ajari untuk berwirausaha, seperti membuat ecoprint. Agar kelak mereka mandiri dengan berwirausaha," pungkas Prasetyo.
(abq/iwd)