Warga Kota Blitar Sulap Serbuk Kayu Jadi Kerajinan Ecoprint yang Cuan

Warga Kota Blitar Sulap Serbuk Kayu Jadi Kerajinan Ecoprint yang Cuan

Fima Purwanti - detikJatim
Minggu, 13 Nov 2022 13:52 WIB
serbuk kayu jadi ecoprint kota blitar
Nina menggeluti dunia ecoprint sejak 3 tahun lalu (Foto: Fima Purwanti)
Kota Blitar -

Seorang warga Jalan Kelud, Kepanjenkidul, Kota Blitar memanfaatkan limbah serbuk kayu yang disulapnya menjadi kerajinan ecoprint. Kerajinan ecoprint merupakan salah satu teknik pewarnaan kain menggunakan bahan alami.

Nina Yaroh (34) mulai menekuni ecoprint sejak awal pandemi COVID-19, yakni sekitar tiga tahun yang lalu. Kala itu, ibu muda tersebut mencari usaha dengan bahan yang murah dan mudah diproduksi.

"Sebelumnya saya membuat kerajinan talenan hiasan dinding. Begitu pandemi, kerajinan talenan hias drop. Lalu, saya mencoba membuat kerajinan ecoprint, karena bahannya murah dan mudah dicari," kata Nina saat ditemui detikJatim, Minggu (13/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

serbuk kayu jadi ecoprint kota blitarKarya ecoprint Nina banyak diminati warga luar Kota Blitar (Foto: Fima Purwanti)

Nina mengatakan dia memanfaatkan limbah serbuk kayu (grajen) dari perajin kendang sebagai pewarna alami kerajinan ecoprint. Seperti misalnya limbah kayu nangka, kayu secang, dan kayu mahoni. Kemudian, bahan pewarna alami lainnya yang juga digunakan untuk ecoprint yaitu secang hingga jolawe.

"Iya pakai limbah serbuk kayu gratis dari perajin kendang di Kelurahan Sentul dan Kelurahan Tanggung, karena di sana pusat perajin kendang," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Untuk membuat motif ecoprint, Nina mengaku menggunakan daun-daun yang ada di sekitar. Di antaranya daun jati, daun eucalyptus, jarak kluar, daun tabebuya, daun jarak wuluh, dan sebagainya. Nina pun juga menanam beberapa tumbuhan untuk dijadikan motif ecoprint.

Proses pembuatan ecoprint cukup mudah, namun tetap membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Sebab, ada beberapa proses yang membutuhkan waktu yang panjang. Seperti misalnya mengukus kain ecoprint selama hampir dua jam agar warnanya meresap.

"Cara buatnya sama dengan ecoprint lainnya, cuma saya lebih lama mengukus kainnya. Jadi warna lebih meresap. Terus jemurnya tidak langsung di bawah matahari, sekitar tiga hari," imbuhnya.

Nina mengatakan tidak hanya menjual kerajinan ecoprint dengan bentuk lembaran kain. Tetapi juga memproduksi barang lainnya dengan ecoprint. Seperti tas, clutch, jilbab, kaos dan syal.

"Harganya bervariasi, tergantung barangnya. Ya sekitar Rp 75 ribu sampai ratusan ribu. Ecoprint kan memang limited edition, karena setiap produksi pasti warnanya beda-beda," terangnya.

Ecoprint produksi Nina kerap dilirik para pelanggan luar kota. Termasuk beberapa OPD di tingkat pemda hingga pemrov. Selain itu, sejumlah instansi perbankan dan perhotelan juga kerap memesan produk ecoprintnya.

"Alhamdulillah minggu lalu sempat ikut Malang Fashion Week, dari situ juga semakin belajar untuk bisa mencari selera pasar nasional dan internasional. Semoga dengan ini bisa membawa nama baik UMKM Kota Blitar," pungkasnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads