Selama ini, teknik pewarnaan ecoprinting dimanfaatkan untuk mempercantik kain dan bahan kulit. Namun ternyata kertas bekas kantong semen juga bisa dipercantik dengan pewarnaan alami.
Inovasi itu dilakukan Soli Rahmadi (53). Pria asal Kelurahan Bugul Lor, Panggungrejo, Kota Pasuruan, ini menyulap kertas semen menjadi tas ciamik dengan ecoprinting.
Soli yang merupakan ASN di Kelurahan Bugul Lor sudah lama menggeluti dunia batik. Ia juga fasih menerapkan teknik ecoprinting di kain dan kulit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mulai tertarik dengan kerajinan ecoprint ini sejak ditunjuk sebagai pembuat kostum karnival pada kegiatan pelatihan batik di Solo pada pertengahan 2017 yang lalu," kata Soli, Rabu (2/11/2022).
Lama berkreasi dengan bahan kain dan kulit, Soli kemudian mencoba ecoprinting dengan kertas semen. Menurut Soli, ecoprinting pada kertas memiliki tantangan dan kesulitan tersendiri dan butuh waktu relatif lama.
Prosesnya diawali dengan merendam kertas semen dengan air tawas, air kapur dan juga dicampur batu tunjung sekitar 15 menit. Setelah kertas semen tersebut sudah basah, baru ditempeli dengan beberapa daun.
Ia menggunakan daun jarak, daun jaranan, daun zenetri, jarak wulung dan daun lanang. Daun yang dipilih memiliki zat warna kuat.
"Kita menggunakan daun yang memiliki zat tanim (warna) kuat, jadi hasilnya lebih bagus dan benilai seni tinggi," jelasnya.
Setelah kertas ditempeli beberapa daun, selanjutnya ditutup dengan plastik lalu digulung sepadat mungkin dan diikat kuat. Gulungan tersebut kemudian dikukus menggunakan api kecil selama 1 jam setengah. Proses ini untuk mengeluarkan warna daun.
"Setelah warna daun keluar, dilapisi spon neva agar terlihat bagus. Setelah itu baru kita proses untuk membuat tas seperti yang kita inginkan," pungkasnya.
Soli menyebut, kerajinan yang ia buat sudah banyak diikutkan beberapa pameran di Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya. Karyanya selalu mendapatkan apresiasi tinggi.
(hil/iwd)