Siap-siap Harga Kedelai Tinggi, Produsen Tempe Ini Kencangkan Ikat Pinggang

Siap-siap Harga Kedelai Tinggi, Produsen Tempe Ini Kencangkan Ikat Pinggang

Muhajir Arifin - detikJatim
Rabu, 09 Nov 2022 10:05 WIB
Produsen Tempe kota pasuruan Kencangkan Ikat Pinggang
Produsen Tempe kota pasuruan Kencangkan Ikat Pinggang (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)
Kota Pasuruan -

Harga kedelai impor yang terus naik dikeluhkan produsen tempe di Kota Pasuruan. Para pembuat tempe harus mengencangkan ikat pinggang karena keuntungan terus menipis.

Penelusuran detikJatim ke Kampung Tempe Rekesan, Kelurahan Pekuncen, Kota Pasuruan, mendapatkan fakta bahwa produsen tempe sudah mulai ancang-ancang menaikkan harga. Itu jika harga kedelai tidak kunjung turun atau malah naik.

Zainul Muttaqin (43), salah satu pengrajin tempe mengungkapkan hampir tiap hari harga kedelai naik. Saat ini sudah mencapai Rp 14.000/kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Naiknya paling banyak Rp 500, kadang Rp 100, Rp 50, tapi naik terus hampir tiap hari, nggak pernah turun. Sebelum BBM naik bulan kemarin, terakhir harganya sudah Rp 12 ribu, kalau sekarang sampai Rp 14 ribu," ujar Zainul, Rabu (9/11/2022).

Menurut Zainul, harga kedelai naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2020 di mana perkilonya hanya Rp 7.000.

ADVERTISEMENT

"Kita mikir-mikir mau naikkan harga jual. Karena belum lama ini sudah menaikkan harga tempe menjadi Rp 2.500 ukuran kecil dan Rp 25.000 untuk ukuran besar. Mau naikkan juga kasihan pelanggan banyak yang ngeluh. Apalagi belum sampe setahun harganya baru saya naikkan," jelasnya.

Produsen Tempe kota pasuruan Kencangkan Ikat PinggangProdusen Tempe Kota Pasuruan menjerit harga kedelai mahal/ Foto: Muhajir Arifin

Meski demikian, jika harga kedelai tidak kunjung turun, dia akan menaikkan harga jual tempe. Zainul memperkirakan akan menaikkan harga tempe ukuran kecil menjadi Rp 3.000 dan ukuran besar menjadi Rp 30.000.

"Ya kalau naik terus, ya mau nggak mau ya nanti dinaikkan, tapi bertahap ini, saya mau rembukan dulu sama reseller," jelasnya.

Meskipun begitu, permintaan tempe tidak mengalami penurunan seiring kenaikan harga kedelai. Dalam sehari Zainul bisa memproduksi hingga 20 kg tempe. Hanya saja, keuntungan yang dia peroleh semakin berkurang karena mahalnya bahan baku.

"Sehari itu omset kotornya Rp 450 ribu, belum kepotong bahan baku sama raginya, untungnya tinggal Rp 150 ribuan," ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan produsen tempe lainnya. Arifin (37) mengaku terpaksa menaikkan harga tempe.

"Ya mau gimana lagi. Terpaksa harga tempe saya naikkan. Karena bahan pokoknya juga naik," tegasnya.




(abq/fat)


Hide Ads