Kisah mantan Pegawai Negeri Sipil (PNS) bernama Tun Ahmad Gazali SH MEng PhD viral di media sosial Threads. Ceritanya masuk PNS dengan ijazah SMP hingga 30 tahun berkarier dan mampu mencapai golongan IV/a lalu memilih pensiun dini dan berkarier di Jepang menginspirasi banyak warganet.
"1988 : Pemprov.Jatim mbuka test PNS, Ibuku nyuruh saya ndaftar. Saya jujur ndak mau tapi karena perintah Ibu, saya ndaftar. Saat itu saya ndaftar make ijazah SMPN 2 Surabaya dengan pikiran saingannya lebih dikit dan saya lulus.... 1 Maret 1989 : Terima SK CPNS gol. I/b ( Juru Muda Tk. I). Gapok sekitar Rp. 39 ribuan." Demikian cerita Tun melalui akun Threads-nya @tunahmad_gazali dilihat detikJatim, Kamis (23/10/2025).
Tun mengingat betul, Agustus 1988 silam Pemprov Jatim sedang membuka pendaftaran PNS. Ibunya yang mengetahui itu bergegas memberi tahu Tun dan mendorongnya untuk mendaftar.
Saat itu Tun tidak tertarik menjadi PNS. Apalagi melihat ayahnya sebagai PNS guru SD yang bekerja hanya menaiki sepeda dan merasa hidupnya susah. Tetapi karena permintaan sang ibu, dia berpikir tak ada salahnya mencoba mendaftar. Hanya saja, bekal yang dia bawa tidak seperti kakaknya, yakni ijazah SMA.
"Ibu saya manggil, nyuruh daftar. Saya bilang, 'males Bu, pegawai negeri opo'," ujar Tun saat dikonfirmasi detikJatim.
"Ibu saya bilang, 'coba dulu'. Terus saya (bicara dalam hati) 'iya ya, kenapa nggak dicoba aja'. Tapi saya enggak 'nurut' ibu saya yang pakai ijazah SMA, nggak niru mbak saya yang pakai ijazah SMA. Saya pakai ijazah SMP, kenapa? Karena saya lihat Mbak saya sudah daftar dua kali enggak tembus. Akhirnya saya nyoba pakai ijazah SMP," ujarnya.
Dia ingat betul pendaftaran PNS saat itu menyebabkan sejumlah pelamar meninggal di Gelora Pancasila Surabaya. Tun beruntung tak perlu mengantre karena dia kirim lamaran lewat pos dan dapat panggilan untuk tes di Gelora 10 November. Hasilnya, dia diterima dan menerima SK sebagai PNS pangkat 1/B per 1 Maret 1989. Gajinya saat itu Rp39.600.
"Jujur, waktu masuk saya sempat kaget. Saya ditempatkan di Bappeda Provinsi Jawa Timur. Karena saya golongan 1B, maka waktu itu saya ditempatkan sebagai orang yang bersih-bersih ruangan dan waktu itu ditempatkan di ruang Wakil Kepala Bappeda Jatim," katanya.
Kunci keberhasilan Tun adalah, dia berniat untuk terus melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Tun melanjutkan pendidikannya kuliah S1 di Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra di periode 1997-2001. Dia juga berhasil mendapatkan penugasan belajar melanjutkan gelar Master atau S2 di Jepang.
"2004-2006 : Ditugasbelajarkan Master Of Engineering di Saga University Japan dengan biaya full dari Professor saya. Negara hanya ngasih ijin agar gaji bulanan sebagai PNS saya tetap terbayarkan... Desember 2012: dipromosikan jadi Pejabat Struktural ( Eselon IVa )," ujar Tun melalui akun Threads.
Tun tidak pernah puas. Dia terus mencari peluang untuk melanjutkan pendidikan hingga berhasil berhasil mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan Philosophiae Doctor, atau Doktor Filsafat yang merupakan gelar akademik tertinggi untuk jenjang S3 di Yamaguchi University.
"Januari 2018 : Kembali aktif sebagai staf Pemprov Jatim... April 2018 : Menggapai pangkat IV/a. Alhamdulillaaaaaaaaaah. Meski cuman ngawali dengan ijazah SMP, tapi bisa nyapai Golongan IV," lanjut Tun di Threads.
Setelah 30 tahun menjadi PNS, Tun memilih untuk pensiun dini di usianya yang sudah menginjak kepala 5. Pengajuan pensiunnya itu disetujui dan Surat Keputusan Pensiun-nya ditandatangani oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
"Saya telah lebih dari 30 tahun bekerja, kemudian saya telah memenuhi syarat 50 tahun usianya lebih. Kemudian satu yang penting adalah izin pimpinan langsung. Saya ajukan (pensiun dini) bulan September 2019, tanggal 1 bulan Desember tahun 2019, SK pensiun saya turun dengan hak pensiun dan diteken oleh Bu Khofifah (Gubernur Jatim)," jelasnya kepada detikJatim.
Sejak 11 Januari 2020, Tun bersama istri dan ketiga anaknya menetap di Jepang. Dia tinggal di negeri matahari terbit setelah melepas lebih awal statusnya sebagai PNS Pemprov Jatim. Dia berkarier di perusahaan bidang teknologi pengeringan dan saat ini sudah 5 tahun 10 bulan tinggal di Jepang.
"Visa saya engineer leader. Saya engineering leader di sebuah company Jepang, perusahaan bidang teknologi pengeringan air tawar tanah dan teknologi pengerasan tanah lunak," ujarnya.
Tidak sedikit apresiasi dari warganet yang mengalir pada kiriman cerita Tun mengenai perjalanan hidupnya itu. Banyak yang mengatakan apa yang disampaikan Tun sangat menginspirasi.
Simak Video "Video Komisi X Minta Prabowo Naikkan Gaji Guru Honorer yang Penuhi Syarat"
(dpe/hil)