Soedomo Mergonoto dari Kernet Bemo Jadi Bos Kopi Nomor Satu

Soedomo Mergonoto dari Kernet Bemo Jadi Bos Kopi Nomor Satu

Irma Budiarti - detikJatim
Rabu, 17 Sep 2025 16:15 WIB
Soedomo Mergonoto, CEO PT Santos Abadi Jaya perusahaan produsen Kapal Api di wisuda Unitomo.
Soedomo Mergonoto perusahaan produsen Kapal Api di wisuda Unitomo. Foto: Istimewa/dok Unitomo Surabaya
Surabaya -

"Kesempatan dan masa depan itu hanya datang untuk orang yang mempersiapkan diri dan terus belajar". Kalimat itu merupakan nasihat dari Soedomo Mergonoto. Ia yang dulunya hanya tukang kerok ban bekas dan kernet bemo, kini sukses menjadi bos kopi nomor satu di Indonesia.

Sosok kelahiran Surabaya, 3 Juni 1950 ini dikenal sebagai generasi kedua penerus bisnis kopi Kapal Api. Kini, bisnisnya bernama PT Santos Jaya Abadi menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar kopi lokal. Namun, jalan menuju posisi itu tidaklah mudah.

Keuletan Soedomo diturunkan dari ayahnya, Go Soe Loet. Pada awal 1920-an, Go Soe Loet yang baru berusia 16 tahun berangkat bersama dua saudaranya menumpang kapal api menuju Hindia Belanda (kini Indonesia).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesampainya di Surabaya, ia berjualan sayur di sekitar rumah untuk memenuhi biaya hidup. Meski hidup sederhana, ia dikenal ulet dan pantang menyerah. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada 1927, Go Soe Loet membuka usaha kopi rumahan bernama Hap Ho Tjan.

Ia memproduksi dan menjual sendiri kopinya, memanggul pikulan kayu sambil berjalan sekitar 10 kilometer setiap hari menyusuri jalanan Surabaya. Meski tertatih-tatih, bisnis kopinya cukup moncer. Laris dan bisa melewati berbagai ketidakstabilan ekonomi.

ADVERTISEMENT

Go Soe Loet kemudian menikah dan mempunyai anak, salah satunya bernama Go Tek Whie, atau dikenal Soedomo Mergonoto. Sejak belia, Soedomo sudah diikutsertakan dalam berbisnis kopi. Keuletan sang ayah inilah yang menjadi fondasi bisnis keluarga dan membentuk karakter Soedomo.

Sebagai anak kedua, Soedomo sudah terbiasa membantu sang ayah memasarkan kopi. Ia memulai dengan menjajakan kopi kepada awak kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menggunakan sepeda ontel. Dari situ ia belajar langsung cara berdagang dan membangun jaringan.

Memasuki periode 1969-1981, industri rumah tangga ini pindah ke Jalan Kenjeran Nomor 559, Kota Surabaya. Pada 1979, Soedomo mengambil alih bisnis kopi sang ayah dan mendirikan PT Santos Jaya Abadi bersama kakaknya, Indra Boediono.

Ia mengambil langkah berani dengan mengubah merek dagang Hap Ho Tjan menjadi Kapal Api. Ia juga menjadikan bisnis keluarga ini sebagai perusahaan kopi pertama di Indonesia yang beriklan komersial di televisi pada tahun 1978.

Kesuksesan pun mengikuti. Pada 1979, ia mendirikan pabrik kopi di atas tanah 1 hektare dengan dua gedung masing-masing sekitar 1.265 meter persegi. Pada 1982, pabrik mulai menggunakan mesin otomatis yang mampu menghasilkan 500 kilogram kopi per jam.

Kapal Api berhasil menembus pasar kota-kota besar di luar Jawa seperti Palembang, Makassar, Medan, dan Pontianak. Pada 1985, produk ini bahkan diekspor ke Timur Tengah, Taiwan, Hong Kong, dan Malaysia.

Tak berhenti di kopi hitam, Soedomo meluncurkan produk baru kopi susu ABC, serta merek lain seperti Good Day, Ceremix, dan Permen Relaxa. Pada 1992, ia merambah bisnis kedai kopi dengan membuka Excelso untuk segmen menengah atas, dimulai dari gerai di Plaza Indonesia Jakarta dan Plaza Tunjungan II Surabaya.

Dalam perjalanannya, pabrik kopi Soedomo semakin berkembang. Pabrik kedua berdiri di Karawang pada 2008, memiliki luas kurang lebih 26 hektare. Pabrik ketiga dibangun di Sukodono pada 2011 untuk memproduksi kopi instan.

Sepuluh tahun kemudian, pada 2021, pabrik keempat berdiri di Semarang dengan teknologi modern. Kini, PT Santos Jaya Abadi yang digawangi Soedomo menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar kopi lokal di Indonesia dan menjadikannya salah satu Crazy Rich Surabaya.

Meski kaya raya, Soedomo tetap rendah hati dan peduli pendidikan. Ia sering berbagi kisah perjuangannya, bahwa ia pernah menjadi tukang kerok ban bekas dan kernet bemo untuk menambah penghasilan.

"Kesempatan dan masa depan itu hanya datang untuk orang yang mempersiapkan diri dan terus belajar. Dulu di awal merintis usaha saya pernah menjadi tukang kerok ban bekas dan kernet bemo untuk menambah penghasilan," ujarnya dalam pemberitaan detikJatim.

Menurutnya, sangat penting membekali diri dengan ilmu pendidikan. Apalagi zaman sekarang tidak hanya membutuhkan kekuatan fisik. Perjuangan zaman dahulu dan sekarang pun berbeda, mengingat berkembangnya teknologi dan informasi.

"Siapa yang punya ilmu dan menguasai informasi, dialah yang akan jadi pemenang. Membangun jaringan seluas-luasnya. Berteman dengan sebanyak mungkin orang," pungkasnya.




(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads