Kisah Penjual Nasi Padang di Surabaya Rela Donorkan Ginjal untuk Suami

Kisah Penjual Nasi Padang di Surabaya Rela Donorkan Ginjal untuk Suami

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Senin, 01 Sep 2025 17:05 WIB
Penjual nasi padang donorkan satu ginjalnya untuk suami
Penjual nasi padang donorkan satu ginjalnya untuk suami/Foto: Istimewa
Surabaya -

Pengorbanan luar biasa ditunjukkan Santi (32), penjual nasi Padang asal Jalan Mastrip, Surabaya. Demi menyelamatkan sang suami, Dafrizal (36), ia rela mendonorkan salah satu ginjalnya agar suaminya terbebas dari rutinitas cuci darah yang dijalani selama 2,5 tahun akibat komplikasi hipertensi.

Setiap dua kali seminggu, Santi setia mendampingi Dafrizal menjalani hemodialisis. Di ruang rumah sakit, ia sering duduk berjam-jam menunggu sambil memikirkan dagangan di rumah.

"Kadang saya pulang larut malam setelah menunggui suami. Tapi besok pagi harus tetap masak untuk pelanggan. Rasanya lelah sekali, tapi saya tidak bisa menyerah," tutur Santi, Senin (1/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penjual nasi padang donorkan satu ginjalnya untuk suamiPenjual nasi padang donorkan satu ginjalnya untuk suami Foto: Istimewa

Ketika dokter menyarankan transplantasi ginjal sebagai solusi jangka panjang, Santi mantap mengambil keputusan besar, mendonorkan salah satu ginjalnya sendiri.

ADVERTISEMENT

"Saya tidak punya apa-apa selain tubuh sehat. Kalau dengan ginjal saya suami bisa berhenti cuci darah dan punya harapan hidup lebih lama, saya ikhlas," ujarnya lirih.

Langkah itu tidak mudah. Santi harus melalui serangkaian pemeriksaan medis mulai dari tes darah, evaluasi jaringan, hingga penilaian kondisi fisik secara menyeluruh. Hasilnya menunjukkan bahwa ia cukup ideal sebagai pendonor.

Prosedur transplantasi dilaksanakan pada Sabtu, 9 Agustus 2025, di RSAL Dr. Ramelan Surabaya, salah satu rumah sakit rujukan transplantasi ginjal di Jawa Timur.

Kini, kondisi Dafrizal mulai berangsur membaik. Tubuhnya perlahan kembali bugar setelah bertahun-tahun lemah akibat penyakit ginjal. Sementara itu, Santi juga berusaha pulih sambil kembali membuka warung nasi Padang, meski dengan lebih berhati-hati menjaga kesehatannya.

"Sekarang saya harus lebih menjaga diri. Tapi saya bersyukur operasi berjalan baik. Harapan saya sederhana, bisa tetap hidup bersama suami dalam keadaan sehat," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kisah pasangan sederhana ini mengundang simpati warga sekitar. Para pelanggan warung menilai keberanian Santi sebagai bukti nyata bahwa cinta sejati tidak selalu diukur dari materi, melainkan dari ketulusan berkorban.

Transplantasi ginjal bukanlah perkara sederhana. Prosedur ini tidak hanya menyangkut sisi medis, tetapi juga melibatkan kesiapan fisik, kekuatan mental, serta dukungan penuh dari keluarga.

Hal itu ditegaskan oleh dr. Yuswanto Setyawan, SpPD, KGH, FINASIM, yang menilai bahwa keberhasilan sebuah transplantasi tidak bisa dilepaskan dari peran orang-orang terdekat pasien.

Penjual nasi padang donorkan satu ginjalnya untuk suamiPenjual nasi padang donorkan satu ginjalnya untuk suami Foto: Istimewa

Menurutnya, kehadiran keluarga kerap menjadi kunci yang tak kalah penting dibanding teknologi medis.

"Obat terbaik tidak selalu berupa pil atau mesin, tetapi kehadiran orang yang kita cintai," ujarnya.

Lebih jauh, dr. Yuswanto menilai kisah Ibu Santi memberikan pelajaran berharga. Keberanian seorang istri yang rela memberikan ginjalnya demi sang suami menunjukkan bahwa kasih sayang mampu melahirkan keputusan besar, meskipun taruhannya adalah tubuh sendiri.

Ia menekankan, pengorbanan semacam ini membuktikan bahwa cinta dan ketulusan adalah energi penyembuhan yang nyata.

"Dari Ibu Santi kita belajar bahwa cinta bisa menjadi kekuatan paling ampuh, bahkan melampaui batas medis," tambahnya.

Dalam pandangannya, pengalaman ini juga memberi pesan kuat bagi pasien lain yang sedang berjuang. Ia percaya bahwa selama ada semangat hidup dan dukungan keluarga, selalu ada harapan untuk pulih. Tak hanya itu, ia mengingatkan masyarakat luas agar tidak memandang kesehatan semata-mata sebagai urusan medis.

"Kesehatan juga soal hubungan manusiawi yang saling menguatkan. Kadang, ketulusan sederhana, seperti kasih seorang istri, bisa menjadi terapi paling ampuh bagi seorang pasien," tegasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Aksi Demo di Polrestabes Surabaya Ricuh, Massa Bentrok dengan Aparat"
[Gambas:Video 20detik]
(auh/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads