58 Kejadian Bencana Alam Trenggalek Renggut 7 Korban Jiwa

Adhar Muttaqin - detikJatim
Selasa, 27 Mei 2025 10:10 WIB
Longsor di Trenggalek (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Trenggalek -

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek mencatat 58 peristiwa bencana alam terjadi selama 12 hari terakhir. Tujuh warga dilaporkan meninggal dunia.

Dari data Pusat Data Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Trenggalek, selama periode 14-25 Mei 2025 terjadi 58 kali bencana alam yang tersebar di 78 lokasi di 51 desa/kelurahan.

"Bencana alam itu meliputi banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem atau angin kencang. Bencana yang paling dominan adalah banjir dan tanah longsor," kata Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek Stefanus Triadi Atmono, Selasa (26/5/2025).

Menurutnya, dari 58 kejadian itu, 34 di antaranya merupakan tanah longsor dan tanah gerak yang terjadi di 51 titik. Selain itu, terdapat 20 titik banjir dan 4 kejadian cuaca ekstrem.

"Selama hampir dua pekan ini intensitas curah hujan cukup tinggi. Kondisi tersebut akhirnya memicu terjadinya bencana alam," ujarnya.

Ia menyebut, bencana tanah longsor dan tanah gerak terjadi di Kecamatan Bendungan, Munjungan, Panggul, Watulimo, Pule, Tugu, Trenggalek dan Kampak.

"Untuk longsor berskala besar terjadi di RT 16 Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan. Di mana, ada tiga rumah yang tertimbun total dan 7 rusak," ujarnya.

Tanah longsor tersebut juga merenggut enam korban jiwa, yakni Mesinem (82), Nitin (36) Tulus (65) Yatini (50) Yatemi (65) Torik (2). Operasi SAR sempat dilakukan oleh tim gabungan dan berhasil menemukan keenam korban dalam kondisi meninggal dunia.

"Longsor di desa lain juga terjadi secara sporadis. Total jumlah yang rusak di seluruh wilayah Trenggalek ada 60 rumah rusak ringan, 10 rusak sedang dan tiga rusak berat. Oh iya ada 1 korban luka-luka," jelasnya.

Triadi menambahkan, selain rumah, longsor juga merusak akses jalan, jembatan, sekolah, saluran irigasi hingga talud.

Sementara itu bencana banjir juga sempat melanda di Kecamatan Trenggalek, Pogalan, Karangan, Gandusari, Durenan, Panggul dan Munjungan.

"Banjir paling parah terjadi di wilayah kota. Akses jalan nasional sempat tertutup, kemudian juga merendam ruang layanan rawat jalan di RSUD dr Soedomo Trenggalek. Ada satu korban meninggal dunia di Kecamatan Munjungan," jelasnya.

Dari rangkaian kejadian, bencana alam tersebut saat ini pemerintah daerah masih melakukan berbagai upaya penanggulangan termasuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

Lanjut dia, tanah longsor di Desa Depok saat ini masih menjadi perhatian serius pemerintah, sebab sebagian warga yang terdampak harus direlokasi ke tempat yang baru, sehingga lebih aman.

"Ini masih proses, semoga bisa segera dapat lahan dan bisa dibangun hunian tetap," katanya.

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan pada musim cuaca ekstrem, sehingga bisa mengambil tindakan cepat saat kondisi darurat.

"Kami juga mengimbau masyarakat untuk bersabar, karena penanganan pascabencana membutuhkan proses dan tidak bisa dilakukan secara instan," tegas Triadi.



Simak Video "Video: Detik-detik Longsor Terekam Kamera Ponsel Warga di Yunnan China"

(auh/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork