Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) mulai melakukan upaya penanganan sementara terhadap amblasnya ruas jalan nasional Trenggalek-Panggul KM 28+350. Titik kerusakan dilakukan pengurukan dan perataan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Stefanus Triadi Atmono mengatakan, pengurukan dilakukan dengan menambahkan material agregat pada titik yang ambles, sehingga posisinya rata dengan badan jalan yang lain.
"Harapannya agar jalan bisa dilalui oleh kendaraan dan tidak berbahaya. Selain itu beberapa titik rawan juga dipasang terpal agar retakan tanah tidak semakin parah," kata Triadi, Senin (30/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya upaya penanganan jalan akan dilakukan secara permanen setelah dilakukan survei dan kajian oleh tim perencanaan.
"Karena statusnya adalah jalan nasional maka penanganannya merupakan kewenangan dari BBPJN Kementerian PU," jelasnya.
Sebelumnya ruas jalan utama penghubung Trenggalek dengan Pacitan KM 28+350 ambles pada Minggu pagi. Akibatnya akses lalu lintas dari kedua arah menjadi terganggu. Selain itu tanah ambles juga mengancam halaman sekolah SDN 5 Cakul dan salah satu rumah warga yang tepat berada di samping jalan.
Dua Hari 23 Kejadian Bencana Alam
Dari data di Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Trenggalek selama dua hari terakhir 28-29 Juni 2025 terjadi 23 kejadian bencana alam banjir dan tanah longsor.
Triadi menjelaskaan bencana alam terjadi secara sporadis di 21 desa yang tersebar di enam kecamatan. Bencana didominasi tanah longsor 15 kejadian, sedangkan banjir enam kejadian serta cuaca ekstrem dua kejadian.
"Tanah longsor tersebar di Kecamatan Munjungan, Panggul, Dongko, Suruh, Pule, dan Bendungan. Untuk banjir di Kecamatan Munjungan dan Panggul," ujarnya.
Dampaknya ratusan rumah terendam, dua jembatan putus, tiga ruas jalan rusak, 17 rumah rusak dan sejumlah plengsengan juga mengalami keruskan.
"Khusus penanganan longsor yang menutup jalan, kami sudah menerjunkan alat berat ekskavator untuk pembersihan," jelas Triadi.
Triadi mengimbau masyarakat tinggal di daerah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan, karena cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan.
(auh/abq)