HOS Tjokroaminoto, Bapak Pergerakan Nasional dari Jawa Timur

HOS Tjokroaminoto, Bapak Pergerakan Nasional dari Jawa Timur

Katherine Yovita - detikJatim
Selasa, 20 Mei 2025 04:00 WIB
Ilustrasi HOS Tjokroaminoto
HOS Tjokroaminoto. Foto: dok. Laman Kemdikbud
Ponorogo -

HOS Tjokroaminoto atau Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto dikenal luas sebagai tokoh penting pergerakan nasional Indonesia. Ia merupakan pemimpin Sarekat Islam, organisasi massa modern pertama di Indonesia.

Ia dijuluki "Bapak Pergerakan Nasional" karena perannya yang besar dalam membangkitkan kesadaran politik rakyat bumiputera terhadap penjajahan kolonial. Yuk, mengenal lebih dekat sosok HOS Tjokroaminoto, tokoh asal Jawa Timur yang mewariskan semangat kebangsaan dan perjuangan bagi generasi bangsa.

Di Hari Kebangkitan Nasional ini, mari mengenal lebih dekat HOS Tjokroaminoto, tokoh asal Ponorogo yang memimpin Sarekat Islam dan menjadi guru bagi para pendiri bangsa seperti Soekarno. Simak biografinya di sini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profil HOS Tjokroaminoto

Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur. Ayahnya, RM Tjokroamiseno, pernah menjabat sebagai pejabat di wilayah Wedana Kleco, Kabupaten Magetan.

Latar belakang keluarga priyayi membuat Tjokroaminoto mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan di era kolonial, yang saat itu masih sangat terbatas bagi pribumi. Pada 1902, Tjokroaminoto lulus dari OSVIA (Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaren), sekolah calon pegawai pemerintahan Hindia Belanda.

ADVERTISEMENT

Ia kemudian bekerja sebagai pegawai administrasi di Ngawi. Namun, tak lama berselang, pada 1905, ia memilih mengundurkan diri karena kecewa dengan budaya feodalisme dan politik elitis dalam pemerintahan kolonial.

Awal Perjuangan Sarekat Islam

Dilansir dari laman resmi Kemendikbud, titik balik perjuangan Tjokroaminoto dimulai saat ia bertemu dengan Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI), di Surabaya tahun 1912. Tjokro mengusulkan agar SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI).

Perubahan ini agar tidak hanya bergerak dalam bidang perdagangan, tetapi menjadi wadah perjuangan rakyat. Usulan tersebut disepakati. Pada 10 September 1912, Sarekat Islam resmi berdiri sebagai organisasi yang menghimpun kekuatan umat Islam dan masyarakat bumiputera secara umum.

Menurut buku "Penyemai Pergerakan Kebangsaan dan Kemerdekaan" terbitan Museum Kebangkitan Nasional, Kemendikbud, tujuan Sarekat Islam antara lain mengembangkan perdagangan kaum bumiputera.

Termasuk juga, membantu anggota-anggotanya yang mengalami kesulitan, meningkatkan pendidikan dan perilaku masyarakat bumiputera, dan menegakkan keadilan berdasarkan ajaran agama Islam.

Dengan gaya orasi yang memukau dan gagasan yang tajam, Tjokroaminoto berhasil memperluas pengaruh SI hingga ke berbagai daerah. Pada 1916, organisasi ini diakui secara resmi oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai organisasi nasional.

Masa Penjara hingga Akhir Hayat

Perjuangan HOS Tjokroaminoto yang begitu vokal terhadap ketidakadilan membuatnya diawasi ketat oleh pemerintah kolonial. Pada 1920, ia sempat dipenjara karena dituduh melakukan pemberontakan lewat pandangan politiknya.

Namun, semangatnya tak surut. Setelah bebas, Tjokro kembali aktif di organisasi dan mendirikan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Ia fokus menentang kapitalisme kolonial dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil. Sayangnya, sebelum menyaksikan kemerdekaan Indonesia terwujud, ia wafat pada Desember 1934 di usia 52 tahun.

Guru Para Pemimpin Bangsa

HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai "guru bangsa" karena berhasil melahirkan generasi pemimpin nasional dari lingkaran murid-muridnya, termasuk Ir Soekarno (Presiden pertama RI), Semaun, Alimin, Musso, hingga Kartosuwiryo.

Mereka pernah tinggal satu rumah kos di Gang Peneleh Surabaya, yang dikelola Tjokroaminoto. Ia dikenal memiliki prinsip, "Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat".

Warisan Pemikiran HOS Tjokroaminoto

Pemikiran Tjokroaminoto menjadi pijakan penting dalam membangun nasionalisme Indonesia modern. Ia mengajarkan pentingnya kesadaran politik, pendidikan, dan kemandirian ekonomi bagi rakyat. Melalui Sarekat Islam, ia berhasil membangun kesadaran kolektif untuk melawan penindasan kolonial.

Kini, jejak perjuangannya diabadikan dalam berbagai bentuk, mulai dari penamaan jalan dan sekolah, hingga biografi resmi yang diterbitkan lembaga kenegaraan. Bahkan, pada 2017, film biopik "Guru Bangsa: Tjokroaminoto" turut diangkat ke layar lebar untuk mengenalkan perjuangannya ke generasi muda.

Biografi HOS Tjokroaminoto bukan hanya bagian dari catatan sejarah, tetapi pengingat akan pentingnya pemimpin berintegritas yang membela rakyat dengan gagasan, keberanian, dan ketulusan. Ia bukan sekadar pejuang kemerdekaan, tetapi juga arsitek kesadaran nasional yang pengaruhnya terasa hingga kini.

HOS Tjokroaminoto dan Perannya dalam Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap 20 Mei merupakan momen bersejarah yang menandai bangkitnya kesadaran nasional rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Tanggal ini merujuk pada berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, yang dianggap sebagai tonggak awal gerakan nasional modern.

Meski HOS Tjokroaminoto tidak tergabung langsung dalam Boedi Oetomo, peranannya sangat besar dalam menggerakkan kesadaran nasional di kalangan rakyat kecil dan umat Islam melalui organisasi Sarekat Islam (SI).

Bahkan, Sarekat Islam yang dipimpinnya berkembang menjadi gerakan massa pertama berskala nasional, dengan anggota mencapai ratusan ribu orang di seluruh Hindia Belanda. Boedi Oetomo dikenal sebagai organisasi pelopor kebangkitan kaum terpelajar priyayi.

Sedangkan, Sarekat Islam di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto mewakili kebangkitan rakyat jelata dan kaum bumiputera secara luas. Hal ini memperluas makna kebangkitan nasional dari yang semula terbatas pada elite pendidikan menjadi gerakan kolektif lintas kelas sosial.

Tjokroaminoto juga menjadi jembatan antara gagasan keislaman, kebangsaan, dan keadilan sosial, yang kemudian melahirkan generasi penerus perjuangan seperti Soekarno, Musso, Semaun, dan Kartosuwiryo. Para tokoh ini kelak memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Dengan demikian, kontribusi HOS Tjokroaminoto sangat erat kaitannya dengan semangat Hari Kebangkitan Nasional, yakni membangun kesadaran berbangsa dan bersatu melawan penjajahan. Ia bukan hanya tokoh pergerakan, tetapi juga penggerak kesadaran nasional yang relevan sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia.




(hil/irb)


Hide Ads