Kapolres Blitar AKBP Arif Fazlurrahman menjadi sosok pejabat yang semakin digemari masyarakat Kabupaten Blitar. Meski baru menjabat, komitmennya dalam memberantas gangguan kamtibmas patut diapresiasi. Selain dikenal sebagai pemimpin yang humanis dan peduli terhadap sesama, latar belakangnya sebagai santri turut membentuk kepribadiannya.
Arif tumbuh dalam lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam. Sebagai putra Aceh, pendidikan agama menjadi bagian penting dalam hidupnya. Sebelum menjadi anggota kepolisian, ia merupakan santri di Pondok Pesantren Assalam, Solo. Saat itu, ia menyelesaikan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasah Aliyah (MA), sebelum akhirnya lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 2005.
"Sesekali saya pulang ke Aceh. Di rumah juga sering ditanya apakah ada kendala di pondok? Tentu saja tidak ada, meskipun dulu senioritas di lingkungan pesantren lumayan terasa," ujar Arif.
Ia mengakui bahwa pendidikan pesantren membentuk karakter kepemimpinannya yang berlandaskan nilai moral, kedisiplinan, dan empati terhadap sesama. Kebiasaannya membaca Al-Qur'an terus ia jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, Ia memasang alarm khusus di ponselnya yang setiap satu jam sekali melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Menurut Arif, kebiasaan tersebut menjadi pengingat bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya untuk selalu mengingat Allah di tengah kesibukan tugas kepolisian.
Sebagai pemimpin yang humanis, Arif tidak hanya fokus pada tugas kepolisian, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Polisi berpangkat dua melati ini dikenal peduli terhadap anak yatim piatu, seperti dengan mengajak mereka berbelanja baju baru saat Ramadan 1446 H.
"Menyayangi dan membahagiakan anak yatim adalah salah satu ajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Karena itu, kami sebisa mungkin terus memberikan dukungan kepada mereka," jelasnya.
Tak berhenti di situ, Arif juga mengajak anggotanya untuk melaksanakan doa bersama dan pengajian setiap malam Jumat di Polres Blitar. Ia pun kerap melakukan safari salat Jumat ke berbagai masjid di Kabupaten Blitar guna menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan penuh keberkahan.
Kebiasaan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat spiritualitas di lingkungan kepolisian serta menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam menjalankan tugas sebagai pelindung masyarakat.
Mantan Kasat Lantas Polrestabes Surabaya ini juga menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Blitar. Salah satu kasus menonjol yang ia tangani adalah penangkapan 11 oknum pesilat yang terlibat dalam aksi pengeroyokan di Desa Minggirsari, Kanigoro, pada Februari 2025. Ia menegaskan bahwa tindakan tegas diambil untuk memberikan efek jera dan menjaga ketertiban di masyarakat.
Sebagai pemimpin, Arif dikenal sebagai sosok yang humanis dan dekat dengan anggotanya. Ia selalu menekankan pentingnya integritas, profesionalisme, serta pelayanan prima kepada masyarakat. Pendekatan kepemimpinannya yang terbuka dan komunikatif membuatnya dihormati oleh bawahan dan masyarakat.
Selain menjalankan tugas kepolisian, Arif juga aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung pengembangan diri dan pendidikan. Ia kerap menjadi pembicara dalam seminar dan pelatihan, berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan generasi muda dan rekan-rekannya di kepolisian.
Kemampuannya dalam berbahasa Inggris dan Arab turut mendukung perannya sebagai perwira polisi. Hal ini juga menjadi nilai tambah dalam berinteraksi dengan berbagai kalangan, termasuk dalam kerja sama internasional dan penanganan kasus yang melibatkan warga negara asing.
"Meski tidak menyandang gelar ustaz, Pak Kapolres sering menerima undangan sebagai khatib, imam tarawih, sekaligus penceramah saat salat Jumat. Bahkan saat buka bersama, beliau juga diminta memberikan kultum. Beliau sosok yang humanis, tetapi juga tegas dalam menjalankan tugas kepolisian," ujar Kasi Humas Polres Blitar, Ipda Putut Siswahyudi, kepada detikJatim, Minggu (30/3/2025).
Simak Video "Video: Momen Gibran Beli Jenang-Batik di Bazar UMKM di Alun-Alun Blitar"
(ihc/iwd)