Baru-baru ini beredar video viral yang mempertontonkan seorang imam salat tarawih sedang live TikTok. Di situ para followers-nya juga memberikan gift. Lalu apakah ini diperbolehkan?
Sebagian orang berpendapat bahwa hal in tidak diperbolehkan karena termasuk perbuatan Riya.
Kita tentu mengenal istilah riya. Riya berasal dari bahasa Arab ra'a-yara-ruyan-wa ru'yatan yang artinya melihat. Dalam konteks ibadah, riya diartikan sebagai pamer agar orang lain melihat ibadah yang dilakukan oleh seseorang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip NUOnline, Rasulullah bersabda:
من رآى رآى الله به ومن سمَّع سمَّع الله به
Artinya :
Barangsiapa yang beramal ingin dilihat maka Allah akan tampakkan amalan riya itu dan barangsiapa yang beramal dengan sum'ah, maka Allah akan bongkar pula amalan sum'ah tersebut. (HR Bukhari dan Muslim).
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang yang terpengaruh dengan media sosial. Misalnya live tarawih tersebut. Akan menjadi perdebatan apakah hal itu termasuk pamer atau ingin memberikan motivasi agar orang lain ikut beribadah.
Ulama asal Hadhramaut Yaman yang masih dzuriah Rasulullah SAW tersebut memberikan jawaban atas pertanyaan di atas sebagaimana termaktub dalam kitab beliau berjudul an-Nafâis al-Uluwiyyah fil Masâil As-Shûfiyyah (Dar Al-Hawi, 1993, hal. 25) sebagai berikut:
اعلم أن الإظهار أفضل لمن لا يخشى على نفسه الرياء ويرجو أن يقتدى به فيما يظهره أحد من إخوانه المؤمنين، والإخفاء افضل لمن يخشى الرياء ولا يرجو الإقتداء، فإن أمن الرياء ولم يرج الإقتداء أو عكسه فالإخفاء أفضل أيضا.
Artinya: "Ketahuilah menampakkan ibadah adalah lebih utama bagi seseorang yang tidak khawatir akan dihinggapi rasa riya' di dalam dirinya, terlebih jika orang tersebut mengharapkan perbuatannya dicontoh oleh saudaranya sesama Muslim; sedangkan merahasiakan ibadah lebih utama bagi seseorang yang khawatir akan dihinggapi rasa riya' dalam ibadahnya sementara ia tidak ingin amalnya dijadikan contoh. Adapun seseorang yang dapat menghindari riya' dan ia tidak ingin amalnya dijadikan contoh, atau sebaliknya, maka lebih utama ia merahasiakan ibadahnya."
Pembina Pondok Pesantren (Ponpes) Ar Raudhloh Surabaya Habib Muhammad Assegaf mengaitkan fenomena akhir zaman dengan gencarnya orang yang menampakkan ibadahnya di media sosial. Misalnya sedang ziarah ke Madinah Al Munawaroh atau berumrah, mereka mem-posting kegiatan-kegiatan ibadah mereka lewat media sosial.
"Bahkan yang terbaru ini terdapat seorang imam yang sengaja meletakkan kamera, menggunakan salah satu aplikasi yang bisa menghasilkan gift, kemudian digunakan untuk mempublikasikan ibadahnya," katanya.
Menurut Habib Muhammad, hal tersebut tergantung bagaimana dengan apa yang ada di hatinya dan tujuannya untuk apa. Dari situ bisa diukur, orang tersebut berniat pamer atau mengajak ibadah.
"Tentu ketika ibadah yang berkaitan dengan urusan hati, yang bisa menghukumi adalah Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya bisa melihat secara dohir saja, kasat mata secara dohir itu belum tentu menggambarkan isi hatinya," ucapnya.
"Ibadah secara terang-terangan di akhir zaman ini kadang-kadang memang perlu untuk ditampakkan, perlu di-live-kan, perlu dikabarkan ke semua orang. Kenapa demikian? Karena sebab maraknya maksiat yang begitu terang-terangan juga di media sosial. Sehingga seseorang membuka aplikasi tertentu, bukan hanya melihat hal-hal yang berbau maksiat saja, tapi muncul juga hal-hal yang sifatnya ibadah," lanjut Habib Muhammad.
Manusia yang dibekali akal perlu bijak dalam bermedia sosial. Jika memang mengunggah kegiatan ibadah, harusnya bisa mengalahkan unggahan maksiat.
"Sehingga ketika seseorang membuka media sosial, tidak berisi hal-hal maksiat saja. Salat memang perlu sekali dinilai kadar keikhlasannya. Perlu kita kemas, meskipun live kita niatkan untuk mensyiarkan kebaikan," pungkasnya.
Artikel ini ditulis dari sejumlah video pendek program Kuliah Ramadhan (Kurma) yang diproduksi detikJatim, ditayangkan khusus di bulan suci Ramadan. Kurma menghadirkan pendakwah yang mengulas seputar puasa dipadu video sketsa. Pada season 3 tahun ini, Kurma kembali mengajak kiai-kiai kampung di Jawa Timur. Saksikan terus 30 episode Kurma hanya di detikJatim.
(ihc/fat)