Seorang ustaz di sebuah pengajian mingguan di kampung di Sumedang mendedah arti kata tarawih dan qiyamu ramadhan. Menurutnya ada beda di antara keduanya secara kebahasaan.
Ini diungkapkannya sebagai respons atas dua nama yang berbeda tetapi punya anggapan makna yang sama, yaitu tarawih, salat sunnah yang dilakukan pada malam-malam di bulan Ramadan.
Benarkah Qiyamu Ramadhan dan Tarawih beda? Apa yang menjadi pembeda keduanya? Simak artikel ini sampai tuntas yuk!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makna Qiyamu Ramadan
Sering terdengar di antara umat Islam ketika memasuki bulan Ramadan adalah ungkapan Qiyamu Ramadhan. Secara bahasa, Qiyamu berarti berdiri atau dalam arti spesifik salat. Sementara Ramadhan adalah keterangan waktu di mana salat dilaksanakan, yaitu pada malam-malam bulan Ramadan.
Secara sederhana, Qiyamu Ramadhan berarti salat sunnah di malam bulan Ramadan. Salat ini sekarang dikenal sebagai tarawih.
Penamaan Qiyamu Ramadhan didasarkan pada hadits tentang anjuran salat ini yang dampaknya adalah pengampunan dosa bagi yang melaksanakannya, yakni dosa yang telah lalu.
Ω ΩΩΩ ΩΩΨ§Ω Ω Ψ±ΩΩ ΩΨΆΩΨ§ΩΩ Ψ₯ΩΩΩ ΩΨ§ ΩΩΨ§ ΩΩΨ§ΨΩΨͺΩΨ³ΩΨ§Ψ¨ΩΨ§ ΨΊΩΩΩΨ±Ω ΩΩΩΩ Ω ΩΨ§ ΨͺΩΩΩΨ―ΩΩΩ Ω Ω ΩΩΩ Ψ°ΩΩΩΨ¨ΩΩΩ
Artinya:
"Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu," (HR Bukhari dan Muslim).
Di dalam redaksi hadits itu, ada kata Qooma. Ini kemudian di-tashrif (morfologi) menjadi Qooma, Yaquumu, Qiyaaman. Dari sini, diketahui Qiyamu adalah bentuk mashdar-nya. Kata inilah yang kemudian menjadi istilah Qiyamu Ramadhan.
Berapa Rakaat Qiyamu Ramadhan?
Pada sumber hukum mengenai salat sunnah pada malam Ramadan, didapati hadits yang termaktub dalam kitab-kita hadits termasyhur seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadits itu diriwayatkan dari Aisyah R.A, bahwa Rasulullah Muhammad SAW.
Dalam hadis tersebut: Seorang sahabat bernama Abu Salamah Ibn Abd ar-Rahman bertanya kepada Aisyah tentang salat Rasulullah di bulan Ramadan.
Lalu Aisyah menjawab: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melakukan salat sunnat (tathawwu') di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya, kemudian beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi tiga rakaat."
Dikutip dari situs Muhammadiyah.or.id, dalam artikel berjudul 'Bedakah antara Qiyam Ramadan dan Salat Tarawih?', disebutkan bahwa dari hadits tersebut diambil kesimpulan salat sunnah malam Ramadan yang dilakukan Rasulullah SAW berjumlah 11 rakaat termasuk di dalamnya witir.
Makna Tarawih
Menurut Kamus Al-Munjid, kata Tarawih berasal dari kata Rawwaha, Yurawwihu, Tarwiihan, Tarwiihatan. Artinya 'mengistirahatkan'. Dia memberi contoh, 'rawwahal rijla' (seseorang mengisirahatkan/ menghentikan kakinya).
'Tarwiihan' kemudian dibuat ke bentuk jamak taksir, menjadi seperti ini: Tarwiihan, Tarwiihataani, Taraawihun. Kata Taraawihun itulah yang diambil sebagai nama Tarawih.
Ada yang berpendapat bahwa Tarawih itu adalah 'jumlah istirahat yang banyak' setiap selesai salam dalam salat sunnah malam Ramdan. Paling tidak jumlah istirahatnya harus tiga kali atau lebih, sebagaimana penamaan tarawih dalam bentuk jamak. Sehingga jika salat Qiyamu Ramadhan hanya salat berjumlah 11 rakaat dengan formasi 4-4-3, maka padanya hanya ada dua kali istirahat.
Dua kali istirahat ini dianggap tidak cocok dinamai Tarawih, sebab tarawih jumlah istirahatnya harus tiga kali atau lebih menurut kebahasaan. Menurut pendapat itu, yang dimaksud salat 'tarawih' adalah yang paling tidak berjumlah 20 rakaat ditambah tiga rakaat witir.
Pendapat Al-Munjid Mengenai Kata Tarawih
Kamus Al-Munjid pada lema 'Tarawih' menjelaskan bahwa Tarawih adalah bentuk jamak dari 'Tarwiihatan' yang secara umum punya makna 'sebatas duduk'. Tarawih adalah duduk.
Al-Munjid lalu meneruskan: Tarawih kemudian menjadi nama untuk 'duduk' setelah empat rakaat pada malam-malam Ramadan. Kemudian setiap empat rakaat dinamailah Tarawih. Tarawih juga menjadi nama untuk yang 20 rakaat.
Pandangan Muhammadiyah Apakah Qiyamu Ramadan Beda dengan Tarawih?
Dikutip dari situs Muhammadiyah.or.id, dalam artikel berjudul 'Bedakah antara Qiyam Ramadan dan Salat Tarawih?' diterangkan bahwa pada zaman Nabi SAW istilah untuk salat sunnah di malam Ramadan adalah Qiyamu Ramadhan.
"Sementara itu, istilah "tarawih" muncul belakangan yang dipopulerkan dalam kitab yang ditulis oleh Imam al-Marwadzi," tulis situs itu.
Kemudian dijelaskan bahwa Imam Nawawi salah seorang ulama Syafi'iyyah menulis apa yang disebut Qiyamu Ramadhan itu adalah semakna dengan Tarawih.
"Perlu kita ketahui istilah salat tarawih itu baru ada jauh di belakang sekitar abad ketiga. Pasalnya, kitab yang ditulis Imam Malik dan Imam Syafi'I tidak didapati istilah tarawih," tulisnya.
Ditegaskan situs tersebut, pernyataan yang menganggap salat tarawih dan Qiyamu Ramadan merupakan dua amalan yang berbeda secara jumlah rakaat adalah kurang kuat referensinya.
(tey/tey)