Sejarah Malam Lailatul Qadar

Sejarah Malam Lailatul Qadar

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 18 Mar 2025 14:25 WIB
Seorang pembimbing mengajarkan seorang anak mengaji dengan penerangan lampu lilin saat pengajian Tadarus Al Quran di kampung Prajurit Wirotamtomo, Baluwarti, Solo, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2024). Pengajian dalam rangka menyambut malam Lailatul Qadar tersebut untuk mendekatkan anak-anak dengan alam serta mendidik untuk rajin membaca Al Quran terutama pada bulan Ramadhan. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/Spt.
Kegiatan Menyambut Lailatul Qadar, Simak Sejarahnya. Foto: ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA
Surabaya -

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan dalam Islam. Malam ini diyakini lebih baik dari seribu bulan, di mana Allah menurunkan Al-Qur'an untuk pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.

Keistimewaan Lailatul Qadar telah disebutkan dalam Al-Qur'an, khususnya dalam surah Al-Qadr. Namun, kapan tepatnya malam ini terjadi tetap menjadi rahasia Allah, sehingga umat Islam dianjurkan untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Malam Lailatul Qadar merupakan bukti cinta Rasulullah SAW kepada umatnya. Mengutip pandangan Ibnu Qayyim, Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang sempit karena bumi pada malam tersebut menjadi penuh sesak disebabkan banyaknya malaikat yang turun untuk menebar keberkahan. Kedua makna ini tertulis jelas dalam surah Al-Qadar ayat 1-5:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr [97]: 1-5)

ADVERTISEMENT

Sejarah Malam Lailatul Qadar

Kisah malam Lailatul Qadar berkaitan erat dengan sosok Nabi Syam'un Al-Ghazi. Ia merupakan salah satu nabi yang diutus Allah SWT ke muka bumi, khususnya kepada Bani Israil.

Meskipun nama Nabi Syam'un tidak termasuk ke dalam 25 nabi yang wajib diimani, tapi sosoknya tetap patut diketahui umat Islam. Salah satunya karena kisahnya yang melatarbelakangi malam Lailatul Qadar.

Siapakah Nabi Syam'un Al-Ghazi?

Nama Syam'un sendiri artinya, yang berasal dari matahari, sedangkan Al-Ghozi, artinya, yang berasal dari Ghazi (Ghaza, Palestina). Ia merupakan hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno.

Nabi Syam'un Ghozi 'alaihissalam dijuluki Samson. Ia memiliki beberapa julukan lain. Dalam bahasa Arab, ia disebut Syamsyawn atau Syam'un. Dalam bahasa Ibrani, disebut Simson. Dalam bahasa Tiberias disebut Shimshon. Dalam Alkitab Nasrani, disebut Samson.

Ia seorang pahlawan berambut panjang yang memiliki senjata seperti pedang yang terbuat dari tulang rahang unta. Nabi Syam'un dikaruniai mukjizat mampu melunakkan besi dan merobohkan istana.

Kisah Nabi Syam'un sendiri telah diceritakan dalam kita-kitab seperti Muqasyafatul Qulub dan Qishashul Anbiya. Bahkan, Rasulullah SAW diriwayatkan pernah menceritakan kisahnya kepada para sahabat saat bulan suci Ramadhan.


Kisah Nabi Syam'un Al Ghazi

Diceritakan dalam kitab Muqasyafatul Qulub karya imam Al Ghazali, pada suatu malam di bulan Ramadan, Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Tiba-tiba seorang sahabat melihat Nabi Muhammad SAW tersenyum lalu bertanya,

"Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?"

Rasulullah menjawab,

"Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing kemudian masuk ke surga. Ada salah seorang nabi dengan membawa pedang, tidak memiliki pengikut satupun, masuk ke dalam surga. Dia adalah Syam'un."

Nabi Syam'un berasal dari Palestina tepatnya Ghaza atau Gaza. Ia diutus berdakwah untuk kaum Bani Israil. Nabi Syam'un disebutkan memiliki sebuah senjata mirip pedang yang terbuat dari rahang unta bernama Liha Jamal. Hanya dengan pedang tersebut, Nabi Syam'un telah membunuh ribuan kaum kafir. Ketika Nabi Syam'un haus, pedang itu dapat mengeluarkan air. Dan ketika beliau lapar, pedang itu bisa menumbuhkan daging.

Pada masa itu paganisme tumbuh begitu subur di kalangan Bani Israil. Semua orang menjadi penyembah berhala dan hanya mementingkan harta benda. Maka diutuslah Nabi Syam'un untuk menyampaikan risalah Allah SWT dengan penuh ketakwaan. Dalam berdakwah, ia selalu menyebut 'Laa ilaaha ilallah' artinya Tiada Tuhan Selain Allah. Namun karena begitu sesatnya mereka, hingga Nabi Syam'un tidak memiliki pengikut satu orang pun.

Hal itu tak menjadi masalah baginya. Dengan ketangguhan dan kekuatan yang dimiliki, Nabi Syam'un terus menentang penguasa pada waktu itu bernama Raja Israil. Namun, istrinya mengkhianatinya karena tergiur oleh hadiah yang dijanjikan Raja Israil. Setelah lemah tak berdaya, sang istri mengabarkan kepada Raja Israil, kemudian dibawalah tubuh Nabi Syam'un ke istana.

Di sana, ia disiksa dan akan dibunuh secara perlahan. Kedua mata dibutakan, telinga, kaki dan tangannya pun dipotong. Atas kejadian itu, Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril turun dan menemui Nabi Syam'un lalu bertanya,

"Apa yang engkau inginkan wahai nabiullah."

Nabi Syam'un menjawab,

"Saya minta ampun atas kesalahan yang seharusnya tidak saya beritahukan kepada siapapun termasuk istri saya. Dan saya meminta agar kekuatan saya dikembalikan hingga bisa menggerakkan tiang istana ini".

Seketika itu juga kekuatan Nabi Syam'un dikembalikan Allah SWT, hingga ia bisa menghancurkan tiang dan merobohkan istana. Reruntuhan istana menjatuhi masyarakat, sang Raja Israil, dan bahkan istrinya sendiri, hanya Nabi Syam'un saja yang hidup. Kemudian dikembalikan kedua kaki, tangan, telinga dan mata beliau. Nabi Syam'un, kemudian bersumpah bahwa dia akan melawan kebatilan dan beribadah selama 1.000 bulan tanpa henti.

Turunnya Surah Al- Qadr

Dalam cerita nabi-nabi, Nabi Syam'un telah melaksanakan ibadah puasa di siang hari dan salat malam selama lebih kurang 1.000 bulan tanpa terputus. Setelah mendengar kisah Nabi Sam'un Al Ghazi AS, banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang terharu dan meneteskan air mata. Kemudian seorang sahabat Nabi Muhammad SAW bertanya:

"Wahai Rasulullah betapa besar ganjaran yang diterima Nabi Syam'un Al Ghozi AS, beliau memberantas kebatilan selama seribu bulan. Malamnya ia beribadah dan siangnya berpuasa serta berjihad. Sedangkan, kami yang lemah ini tidak mampu melakukan ibadah itu."

Nabi Muhammad SAW kemudian terdiam sejenak. Dalam diamnya itu, datanglah Malaikat Jibril dan mewahyukan surah Al-Qadr yang berisi tentang keistimewaan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Rasulullah kemudian bersabda,

"Burulah malam lailatulqadar ini, kalian hanya mengamalkan satu malam dan mendapatkan malam lailatulqadar itu, maka kamu akan mendapatkan lebih baik daripada beribadah seribu bulan seperti Nabi Syam'un Al Ghozi AS."




(ihc/irb)


Hide Ads