Malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih mulia dari seribu bulan, di mana doa-doa diijabah dan pahala dilipatgandakan. Umat Islam berlomba-lomba mencari tanda-tanda datangnya malam istimewa ini, terutama di sepuluh malam terakhir Ramadan. Lantas, bagaimana cara mengenali malam Lailatul Qadar?
Kedatangan malam Lailatul Qadar ditegaskan dalam sebuah hadis yang menyebutkan bahwa malam ini terjadi di antara sepuluh malam terakhir Ramadan, khususnya di malam-malam ganjil. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, doa, dan istigfar agar tidak melewatkan berkah yang ada di dalamnya.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. (HR Bukhari).
6 Tanda Malam Lailatul Qadar
Meski tidak ada penjamin yang pasti akan kehadiran Lailatul Qadar, terdapat beberapa tanda yang dapat dijadikan petunjuk berdasarkan hadis-hadis sahih dalam Al-Qur'an, sehingga dapat membantu umat Islam dalam memanfaatkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadan dengan lebih khusyuk dan penuh pengharapan.
1. Matahari Bersinar Benderang
Salah satu tanda Lailatul Qadar adalah matahari yang terbit memancarkan cahaya putih, tetapi tidak menyilaukan mata, sebagaimana disebutkan dalam hadis Ubay bin Ka'ab RA berikut ini.
هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعِ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَاأَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Artinya: Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan, tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru. (HR Muslim)
2. Udara Sejuk dan Segar
Tanda Lailatul Qadar selanjutnya, udara menjadi sejuk dan tidak panas. Allah SWT menghadirkan kenyamanan ini bagi umat-Nya, agar terhindar dari hawa panas menyengat.
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
Artinya: Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah, dan tampak kemerah-merahan. (HR. Ath Thayalisi dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, lihat Jaami'ul Ahadits 18: 361).
3. Malam yang Terang
Malam Lailatul Qadar dipenuhi cahaya yang bersinar terang dibandingkan dengan malam-malam lainnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW pada hadis berikut ini.
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّاللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌأَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌسَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَصَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
Artinya: Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin, tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah matahari di pagi hari terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu. (HR. Imam Ahmad)
4. Terjadi pada Malam Ganjil
Tanda Lailatul Qadar juga kerap dikaitkan dengan malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Hal ini seiring yang diriwayatkan dalam Hadits Riwayat Ahmad, di mana Rasulullah SAW bersabda:
اَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ قَالَ هِيَ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فِى الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ لَيْلَةَاِحْدَيْ وَعِشْرِيْنَ اَوْثَلَثَةٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ اَوْ اَخِرِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ مَنْ قَامَهَااِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مِنْ ذَنْبِهِ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرّ . (رواه احمد)
Artinya: Rasulullah SAW mengabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadar, beliau bersabda: dia (Lailatul Qadar) di bulan Ramadhan di puluhan yang akhir, yaitu malam 21, 23, 25, 27, atau malam 29, atau di akhir malam Ramadhan. Barang siapa mengerjakan bangun untuk beribadah pada malam itu karena iman dan mengharap ridho Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. (HR. Ahmad)
5. Mimpi Baik dan Penuh Makna
Di malam-malam kemuliaan Lailatul Qadar, terdapat sejumlah muslim yang sangat beruntung, di mana mereka akan memperoleh tanda-tanda kebesaran Tuhan. Salah satu petunjuknya dapat berupa mimpi-mimpi baik atau pengalaman religius yang mendalam.
أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُاللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِالْأَوَاخِرِ
Artinya: Sebagaimana yang disebutkan Ibnu Umar Radhiyallahu'Anhu "ada beberapa orang dari kalangan sahabat Rasulullah SAW telah bermimpi melihat Lailatul Qadar pada tujuh hari yang terakhir (di Bulan Ramadan). Beliau bersabda, "Menurut pendapatku, mimpimu itu bertepatan dengan tujuh hari yang terakhir. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin mencarinya, hendaklah dia mencarinya pada tujuh hari yang terakhir". (Muttafaq Alaih)
6. Turunnya Hujan Deras
Meski sebagian besar tanda datangnya Lailatul Qadar adalah cuaca yang cerah dan terang, terdapat riwayat lain yang menjelaskan bahwa hujan deras dapat menjadi salah satu tanda malam kemuliaan ini.
Hal tersebut dikarenakan Nabi Rasulullah SAW pernah menunaikan salat bersama para sahabatnya meski dalam keadaan cuaca mendung, menunjukkan tanda-tanda turunnya hujan. Tepat ketika Rasulullah SAW dalam keadaan sujud, hujan deras turun. Namun, ia tetap beribadah dengan khusyuk dan tak bergerak sedikit pun. Hal ini dijelaskan hadis:
أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَأَرَانِى صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِى مَاءٍ وَطِينٍ
Artinya: Telah diperlihatkan kepadaku Lailatul Qadar, kemudian saya dibuat lupa terhadapnya, dan saya melihat bahwa diriku sujud di atas air dan tanah pada pagi hari. [HR Muslim]
(hil/irb)