Ini Penyebab Anak Jadi Korban hingga Pelaku Bullying

Ini Penyebab Anak Jadi Korban hingga Pelaku Bullying

Aprilia Devi - detikJatim
Kamis, 29 Agu 2024 12:25 WIB
Stop violence against women, Human rights day, freedom concept, alone, sadness, emotional.
Ilustrasi anak korban bullying/Foto: istock
Surabaya -

Kasus bullying marak terjadi. Baru-baru ini, siswa kelas 11 di SMAN 4 Kota Pasuruan menjadi korban bullying hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit jiwa. Masalah ini menjadi sorotan berbagai pihak karena dampak bullying berdampak serius bagi korban.

"Dampaknya serius, bisa kesulitan sosialisasi atau berteman, adanya penurunan minat akademik hingga muncul persoalan psikologis seperti terjadi gangguan mental, mungkin depresi atau gangguan kecemasan," ujar Dosen Psikologi Unair Margaretha saat dihubungi detikJatim, Rabu (28/8/2024).

Menurut Margaretha, salah satu kelompok yang rentan menjadi korban bullying adalah anak-anak. Bahkan, tren bullying di tanah air masuk kategori tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sayangnya, berdasarkan riset, saya membaca tren dari Global School Health Survey WHO tahun 2015, 2017 itu, ditemukan trennya anak Indonesia dalam presentasi tinggi melaporkan pernah mengalami bullying," katanya.

Ia menerangkan, ada karakteristik lingkungan tertentu yang bisa menjadi titik rawan terjadinya bullying. Salah satunya, lingkungan yang kurang pengawasan dari orang dewasa.

ADVERTISEMENT

"Misal, di sekolah yang kurang pengawasan, guru kurang melihat bahwa ada risiko terjadinya bullying, misal di tempat bermain. Atau di lingkungan masyarakat yang juga kurang ada pengawasan, ini berisiko," terang Margaretha.

Meskipun sudah ada kebijakan sekolah ramah anak (SRA) sebagai bentuk komitmen sekolah dalam mencegah bullying, namun perlu implementasi lebih lanjut. Hal ini untuk memastikan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua.

"Masalahnya di sekolah biasanya guru kurang peka, kurang memberi model persahabatan positif, nggak cukup hanya jargon. Butuh ada guru yang memonitoring, anak-anak diberikan pemahaman atau konsekuensi, hingga orang tua ikut mengawasi," ungkapnya.

Ia juga menyoroti faktor penyebab anak-anak selain rentan menjadi korban, juga bisa menjadi aktor atau pelaku bullying. Di antaranya, akibat lingkungan yang permisif terhadap kekerasan.

"Termasuk di rumah kalau ada kekerasan, maka anak akan belajar dari sana. Kemudian anak-anak juga bisa terpapar kekerasan lewat video, games, internet. Maka, bukan hanya pengawasan yang diperlukan, tapi juga batasan, menjelaskan terkait konsekuensinya pada anak," jelasnya.

Ia juga menyampaikan, sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya bullying. Antara lain, mengajarkan anak-anak untuk membangun pertemanan yang dilandasi kesetaraan dan non diskriminatif hingga mengajarkan anak-anak meminta maaf jika berbuat kesalahan.

Penting pula untuk tidak mentoleransi jenis kekerasan apapun agar tidak menyuburkan terjadinya bullying, baik di rumah, sekolah, perguruan tinggi, tempat kerja, dan lingkungan lainnya.




(irb/irb)


Hide Ads