- Apa Itu Bullying?
- Jenis Bullying 1. Penindasan Fisik 2. Penindasan Verbal 3. Penindasan Relasional 4. Penindasan yang Bersifat Prasangka 5. Cyber Bullying
- Penyebab Bullying 1. Stress dan Trauma 2. Perilaku Kekerasan di Sekitar 3. Harga Diri Rendah (low self esteem) 4. Pernah Menjadi Korban Bullying 5. Kehidupan di Rumah yang Sulit 6. Tontonan di Media Sosial atau Games
- Ciri-ciri Pihak yang Terlibat dalam Bullying 1. Korban 2. Pelaku 3. Saksi
- Dampak Bullying 1. Dampak bullying terhadap korban 2. Dampak bullying terhadap pelaku 3. Dampak bullying terhadap saksi
- Cara Mengatasi Bullying di sekolah 1. Deteksi Tindakan Bullying Sejak Dini 2. Memberikan Sosialisasi Terkait Bullying 3. Memberikan Dukungan Pada Korban 4. Membuat Peraturan yang Tegas tentang Bullying 5. Memberikan Teladan atau Contoh yang Baik 6. Mengajarkan Siswa untuk Melawan Bullying 7. Membantu Pelaku Menghentikan Perilaku Buruknya
Bullying adalah suatu tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja oleh sekelompok orang untuk menyakiti atau mengintimidasi satu individu tertentu. Bullying dapat merugikan korbannya bahkan hingga mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Bullying tidak hanya terjadi di kalangan anak-anak dan remaja, tetapi juga bisa dialami oleh orang dewasa di berbagai lingkungan, termasuk tempat kerja dan komunitas.
Terdapat berbagai bentuk bullying, termasuk bullying fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying. Lantas, apa penyebab seseorang melakukan bullying? Simak penjelasan tentang bullying, jenis, penyebab, dan cara mengatasinya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Bullying?
Mengutip laman Healthdirect Australia, bullying adalah kondisi di mana seseorang dengan sengaja menggunakan kata-kata atau tindakan berulang kali terhadap seseorang atau kelompok yang menyebabkan kerugian fisik, sosial, dan psikologis.
Biasanya, pelaku bullying ingin membuat korban merasa kurang kuat atau tidak berdaya. Bullying dapat terjadi di mana saja, seperti di sekolah, di tempat kerja, di rumah, atau bahkan melalui media sosial.
Bullying menurut Unicef, bisa diidentifikasi melalui tiga karakteristik, yaitu sengaja untuk menyakiti, terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Bullying yang terjadi di media sosial, SMS atau pesan instant, email, dan platform online tempat anak-anak berinteraksi dinamakan cyber bullying.
Jenis Bullying
Mengutip dari laman Healthline, ada beberapa jenis bullying, yaitu:
1. Penindasan Fisik
Jenis bullying yang satu ini adalah yang paling mudah dikenali karena ini merupakan bentuk penindasan yang paling jelas. Jenis bullying ini menggunakan tindakan fisik, seperti mendorong, menyandung, menendang, memukul, meludahi, atau bahkan menghancurkan barang korban dengan sengaja.
Ciri-ciri korban penindasan fisik dapat berupa:
- Sakit perut atau sakit kepala di pagi hari
- Enggan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bangun pagi dan berangkat sekolah
- Menolak untuk pergi ke sekolah meskipun sebelumnya sangat antusias
2. Penindasan Verbal
Penindasan verbal lebih sulit dikenali karena para pelaku melakukannya saat orang dewasa tidak berada di tempat. Pelaku bullying akan mengolok-olok korbannya, mengejek, memanggil dengan sebutan yang tidak pantas, melontarkan hinaan, dan mengintimidasi secara verbal.
Kata-kata yang dilontarkan pelaku bullying dapat menyakitkan dan meninggalkan bekas luka emosional yang mendalam bagi korban. Perundungan verbal sering kali mengincar anak-anak yang terlihat rentan atau dianggap berbeda dari anak-anak lain.
3. Penindasan Relasional
Perundungan fisik dan verbal adalah bentuk langsung dari perundungan, sedangkan perundungan relasional adalah bentuk tidak langsung. Penindasan relasional atau biasa disebut penindasan sosial tidak mudah dikenali karena sering kali terjadi di belakang korban bully.
Tujuan dari pelaku penindasan relasional adalah untuk meningkatkan status sosial mereka sendiri dengan cara merendahkan status sosial anak lain.
Contoh penindasan relasional dapat berupa:
- Merusak reputasi korban
- Menghina korban
- Menyebabkan rumor atau kebohongan
- Meniru korban
- Mendorong atau bahkan memberi imbalan kepada orang lain untuk mengucilkan korban secara sosial
4. Penindasan yang Bersifat Prasangka
Jenis bullying ini menargetkan mereka yang memiliki ras, agama, atau status sosial yang berbeda dari mereka. Pelaku biasanya mengucilkan atau mengabaikan secara sengaja atau mendiamkan seseorang. Bahaya dari jenis penindasan ini dapat berujung pada kejahatan kebencian.
5. Cyber Bullying
Bullying juga dapat terjadi secara online menggunakan media elektronik. Jenis bullying ini merupakan jenis bully yang sangat kejam, karena:
- Pelaku cyber bullying tahu bahwa sulit untuk menangkap mereka
- Pelaku bersembunyi di balik anonimitas dan mengatakan hal-hal yang tidak akan pernah mereka katakan secara langsung
- Cyber bullying terasa lebih permanen karena pesan tersebut akan selalu akan di dunia maya
- Target cyber bullying tidak pernah memiliki tempat yang aman karena pelaku dapat menjangkau korban kapan saja dan di mana saja
- Korban sangat dipermalukan karena banyak orang yang tahu tentang perundingan tersebut
Sedangkan menurut Riauskina (2005, dalam Ariesto, 2009) yang dikutip dalam jurnal Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Melakukan Bullying Universitas Padjajaran, pelecehan seksual juga dapat dikatakan sebagai jenis bullying dan biasanya dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal.
Penyebab Bullying
Ada sejumlah faktor penyebab bullying yang membuat seseorang rentan mengalami bullying maupun menjadi seseorang yang melakukan penindasan. Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, penyebab bullying antara lain:
1. Stress dan Trauma
Pelaku bullying sering mengalami stres dan trauma dalam kehidupan mereka, seperti kehilangan orang yang dicintai, perceraian orang tua, pengalaman hidup yang buruk, dan kekecewaan.
Sementara beberapa orang mampu merespons stres dan trauma dengan cara yang positif, yang lainnya mungkin menunjukkan perilaku agresif seperti bullying sebagai cara untuk menghadapinya.
2. Perilaku Kekerasan di Sekitar
Anak-anak mudah meniru perilaku kekerasan, baik verbal maupun fisik, yang kemudian membentuk karakter dan kepribadian mereka di masa depan. Seringnya menyaksikan kekerasan di rumah, lingkungan sekitar, film, sinetron, permainan video, dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku kekerasan seperti bullying.
3. Harga Diri Rendah (low self esteem)
Untuk menutupi kekurangan yang dimilikinya, pelaku bullying sering kali melakukan tindakan agresif untuk menunjukkan bahwa mereka lebih hebat, lebih kuat, dan lebih populer. Padahal, sebenarnya mereka sedang berusaha menutupi atau mengalihkan perhatian dari kelemahan mereka sendiri. Harga diri yang rendah memicu munculnya perilaku bullying.
4. Pernah Menjadi Korban Bullying
Menjadi korban bullying di masa lalu dapat memicu seseorang untuk menjadi pelaku bullying saat ini, karena dendam yang dirasakan dan dilampiaskan pada orang lain. Ada juga keyakinan bahwa dengan melakukan bullying, mereka akan terhindar dari menjadi korban bullying lagi, yang sebelumnya sangat menyakitkan.
5. Kehidupan di Rumah yang Sulit
Pelaku bullying sering mengalami kehidupan rumah tangga yang sulit, seperti kesibukan orang tua, kurangnya kasih sayang, kurangnya waktu bersama, perasaan tertekan, dan diabaikan. Percekcokan yang sering terjadi di rumah juga bisa mempengaruhi perilaku mereka menjadi pelaku bullying.
6. Tontonan di Media Sosial atau Games
Tontonan dengan konten kekerasan di media sosial atau games dapat memicu keinginan dan dorongan untuk melakukan kekerasan juga.
Berikut beberapa tujuan seseorang melakukan bullying, seperti:
- Ingin menunjukkan bahwa pelaku tangguh dan hebat
- Mencoba membuat orang menyukai mereka
- Berusaha menutupi ketakutan, kekhawatiran mereka
- Meniru pelaku bullying yang lain
- Pelaku merasa tidak bahagia
- Pelaku tidak nyaman dengan hidup mereka
Ciri-ciri Pihak yang Terlibat dalam Bullying
Menurut buku Stop Perundungan/Bullying Yuk! dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, berikut ciri-ciri pihak yang terlibat dalam bullying, yaitu:
1. Korban
Anak yang sering kali menjadi korban bullying biasanya mengarah pada kondisi anak yang 'berbeda' baik secara fisik maupun non fisik, seperti:
- Anak yang cenderung sulit bersosialisasi yang sering disebut dengan 'culun'.
- Anak yang fisiknya berbeda dengan yang lain (terlalu kurus, terlalu gemuk, atau mempunyai ciri fisik yang menonjol).
- Anak yang cenderung berbeda dengan yang lain misalnya berasal dari keluarga yang sangat kaya, sangat sukses, sangat miskin, sangat terpuruk dan lainnya.
2. Pelaku
Ciri-ciri pelaku bullying, antara lain:
- Pelaku bullying cenderung memiliki sikap hiperaktif, impulsif, aktif dalam gerak, merengek, menangis berlebihan, menuntut perhatian, tidak patuh, menantang, merusak, dan ingin menguasai orang lain.
- Memiliki temperamen yang sulit dan masalah pada konsentrasi dan hanya peduli terhadap keinginan sendiri.
- Sulit melihat sudut pandang orang lain dan kurang empati.
- Adanya perasaan iri, benci, marah, dan biasanya menutupi rasa malu dan gelisah.
- Memiliki pemikiran bahwa 'permusuhan' adalah sesuatu yang positif.
- Cenderung memiliki fisik yang lebih kuat, lebih dominan dari pada teman sebayanya.
3. Saksi
Saksi adalah seseorang atau kelompok yang melihat/menyaksikan terjadinya kasus perundungan/bullying.
Dampak Bullying
Masih mengutip dari laman yang sama, berikut ini dampak bullying bagi korban, pelaku, dan saksi, yaitu:
1. Dampak bullying terhadap korban
Korban bullying seringkali mengalami seperti:
- Kesakitan fisik dan psikologi
- Kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot
- Malu, trauma, merasa sendiri, serba salah
- Takut sekolah
- Korban mengasingkan diri dari sekolah
- Menderita ketakutan sosial
- Timbul keinginan untuk bunuh diri dan mengalami gangguan jiwa
2. Dampak bullying terhadap pelaku
Pelaku bullying seringkali mengalami, seperti:
- Pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada risiko apa pun bagi mereka jika melakukan kekerasan, agresi maupun mengancam anak lain.
- Saat dewasa, pelaku memiliki potensi lebih besar untuk menjadi pelaku kriminal dan akan bermasalah dalam fungsi sosialnya.
3. Dampak bullying terhadap saksi
Saksi bullying juga dapat terkena dampaknya, antara lain:
- Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
- Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
- Dapat mengalami penurunan prestasi di kelas karena perhatian masih berfokus pada bagaimana menghindari menjadi target bullying dari pada tugas akademik.
Cara Mengatasi Bullying di sekolah
Mengutip dari laman Pemerintahan Kabupaten Bantul, berikut ini beberapa cara mengatasi bullying di sekolah, yaitu:
1. Deteksi Tindakan Bullying Sejak Dini
Hentikan potensi bullying sejak dini, seperti memanggil siswa dengan nama ayahnya, menghina bentuk fisik, merampas barang-barang, atau menyakiti secara fisik. Apa pun alasannya, termasuk bercanda, tindakan semacam ini tidak bisa dibenarkan.
2. Memberikan Sosialisasi Terkait Bullying
Kasus bullying di sekolah sering menjadi bahan pemberitaan di media sosial maupun media lainnya. Sering kali, kejadian bullying terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang hal tersebut.
Pihak sekolah perlu melakukan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah, termasuk guru, siswa, pegawai tata usaha, sekuriti, bahkan tenaga kebersihan. Dengan pemahaman yang baik tentang bentuk-bentuk bullying, dampaknya bagi korban, dan cara menghindarinya, potensi bullying di sekolah dapat diminimalisir.
Sosialisasi bisa dilakukan melalui poster anti-bullying, menyelipkan pesan anti-bullying dalam pembelajaran, atau saat kepala sekolah atau guru memberikan amanat pada upacara bendera.
3. Memberikan Dukungan Pada Korban
Salah satu solusi untuk menangani bullying adalah memberikan dukungan kepada korban. Korban bullying biasanya merasa takut dan cemas berada di lingkungan tempat mereka dibully.
Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan bahwa guru dan teman-temannya peduli, sehingga korban merasa aman kembali. Bekerjasama dengan orang tua siswa juga penting untuk membantu korban bullying agar bisa kembali menjalani kehidupan normal.
4. Membuat Peraturan yang Tegas tentang Bullying
Mengatasi pelaku bullying adalah langkah penting untuk menghentikan tindakan tersebut. Selain memberikan perhatian kepada korban, pelaku juga harus diberikan penanganan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Guru dan pihak sekolah perlu membuat peraturan yang tegas tentang bullying, mulai dari tingkat kelas hingga sekolah secara keseluruhan. Dengan adanya peraturan yang jelas dan konsekuensi yang tegas, diharapkan para pelaku bullying akan jera dan tidak mengulangi perbuatannya.
5. Memberikan Teladan atau Contoh yang Baik
Bullying pada anak sering kali terjadi karena mereka mencontoh perilaku orang-orang di sekitarnya. Sebagai guru, penting untuk selalu berhati-hati dalam bertindak dan bertutur kata. Hindari memberikan hukuman verbal yang tanpa disadari bisa masuk dalam kategori bullying, agar siswa tidak menirunya.
6. Mengajarkan Siswa untuk Melawan Bullying
Melawan tindakan bullying tidak harus dengan kekerasan atau melakukan hal yang sama dengan pelaku. Salah satu cara untuk melawan bullying adalah dengan berani melaporkan kejadian tersebut kepada guru. Dengan demikian, guru dan pihak sekolah dapat segera mengambil tindakan untuk menghentikan bullying.
7. Membantu Pelaku Menghentikan Perilaku Buruknya
Bullying adalah contoh perilaku buruk yang harus dihentikan. Guru perlu membantu pelaku bullying untuk mengubah perilaku buruknya, bukan mengucilkan mereka.
Selain memberikan penanganan kepada korban, pelaku juga perlu diajarkan untuk bersimpati dan berempati kepada orang lain. Selain itu, berikan pengetahuan mengenai bahaya bullying terhadap korban-korbannya.
Itulah penjelasan mengenai pembullyan lengkap dengan jenis, penyebab hingga cara mengatasinya. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Azhar Hanifah, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(sto/dil)