Warga yang tinggal di pesisir Surabaya sudah pasrah dengan banjir rob yang rutin terjadi. Puluhan tahun mereka hidup berdampingan dengan bencana akibat pasang air laut ini.
Banjir rob sendiri merupakan banjir yang disebabkan oleh kenaikan muka air laut akibat pasang maksimum, hingga air yang pasang tersebut menggenangi daratan. Permukiman warga pun tergenang.
Seperti yang selalu dialami oleh warga di Kalianak Timur Gang Belakang, RT 1, RW 7, Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat detikJatim berkunjung ke kawasan pemukiman itu terlihat banjir rob menggenangi rumah-rumah warga. Ketinggian air laut itu mencapai 30 cm hingga 50 cm.
Genangan pasang air laut di sini berwarna keruh, bercampur air selokan dan sampah di sekitar. Genangan ini juga bersifat korosif sehingga mudah menyebabkan karat pada benda logam.
Warga berusaha keras menyiasati agar air tidak sampai masuk ke dalam rumah. Mulai dari pemasangan sekat hingga penyedotan air, namun apabila air terus pasang mereka hanya bisa pasrah.
"Kami nerimo ing pandum saja, karena kampung ini sudah lama. Kalau air pasang ya jelas bisa masuk ke rumah-rumah, makanya kita bikin sekat dari papan kayu ini, tapi kalau pasangnya makin naik ya tetap masuk rumah," kata Hartono, warga yang sudah 60 tahun tinggal di Kalianak Timur Gang Belakang kepada detikJatim, Sabtu (11/5/2024).
Hartono menyebutkan bahwa banjir ini sudah puluhan tahun terjadi, apalagi kampung Kalianak Timur Gang Belakang termasuk kawasan permukiman tua. Tercatat bukti kepemilikan rumah yang dia huni sudah ada sejak tahun 1950-an.
Ia pun mengungkapkan sebenarnya sudah banyak upaya yang dilakukan mengatasi masalah ini. Tetapi ketinggian tanah yang tiap tahun kian turun memperparah imbas banjir rob.
![]() |
"Sudah ada berbagai upaya, karena tanah di sini juga berair, tanahnya mudah bergerak turun. Tiap tahun ada penurunan ketinggian tanah. Kalau banjir rob di sini bisa terjadi kadang 2 minggu sekali, setahun sekali, sudah nggak bisa diprediksi," ungkapnya.
Ada puluhan rumah di kawasan Kalianak Timur Gang Dalam yang selalu jadi langganan banjir rob. Di sana tinggal ratusan warga. Meskipun banjir rob terus menghampiri, mereka memilih tetap bertahan di tanah kelahirannya.
Seperti yang disampaikan Ali, warga yang 55 tahun tinggal di Kalianak Timur Gang Dalam. Ali menyampaikan dulu banjir rob yang terjadi tak separah ini, tetapi karena saat sungai dan kawasan resapan air makin berkurang, ketinggian banjir rob pun bisa makin parah.
"Dari 1969 tinggal di sini, dulu ndak (separah ini), masih ada tambak air, sekarang karena gak ada pelarian air jadi susah. Tambak nggak ada, sungai nggak ada. Akhirnya ya terbiasa, gimana lagi sudah. Rumah, anak, dan cucu di sini semua," ujar Ali.
Saat banjir rob melanda permukiman ini, warga tetap menjalankan aktivitasnya secara normal. Ibu-ibu yang masih mengerjakan berbagai urusan rumah tangga, anak-anak yang pergi ke sekolah meski harus menenteng sepatunya, dan berbagai aktivitas lain.
Bahkan banyak anak-anak yang sengaja bermain air genangan banjir rob ini. Salah satu ibu rumah tanggga di sini, Happy Wulandari mengatakan bahwa hal tersebut sudah lazim terjadi, bahkan sejak ia kecil dulu.
"Saya dari kecil dulu juga selalu main air gini kalau banjir. Biasanya kalau warga asli sini nggak akan gatal-gatal walaupun terkena air laut bercampur kotoran," katanya.
Selain menggenangi rumah warga, banjir rob juga menggenangi sejumlah fasilitas seperti sekolah, masjid, dan lainnya. Meskipun pasrah, warga tetap berharap ada solusi agar kondisi ini tidak makin parah. Misalnya dengan pengadaan pintu air yang bisa mengatur volume dan debit air.
Kondisi banjir rob sendiri diprediksi masih akan terjadi hingga esok hari. BMKG Maritim Tanjung Perak sebelumnya telah mengeluarkan peringatan waspada pasang air laut maksimum di wilayah Jatim pada 7-12 Mei 2024 akibat fase bulan baru atau new moon.
(dpe/fat)