Melihat Asam Garam Kehidupan Masyarakat di Pesisir Surabaya

Melihat Asam Garam Kehidupan Masyarakat di Pesisir Surabaya

Savira Oktavia, Nabila Meidy Sugita - detikJatim
Senin, 25 Des 2023 06:00 WIB
Potret pesisir Kota Surabaya
Potret pesisir Kota Surabaya (Foto: Nabila Meidy Sugita/detikJatim)
Surabaya -

Surabaya tak hanya dikenal sebagai kota metropolitan setelah Jakarta. Surabaya juga merupakan salah satu kota pesisir terbesar di Indonesia. Garis pantai yang membentang menjadi saksi asam garam kehidupan puluhan ribu warga yang berjuang untuk hidup dari hasil alam.

Para masyarakat di pesisir Surabaya menggantungkan hidupnya pada alam. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan, pengasap ikan, pedagang hasil laut, hingga mencoba peruntungan dengan menjadi pekerja di wahana wisata yang ada di pesisir.

Di wilayah Cumpat, Kelurahan Kedung Cowek, Kabupaten Bulak, Surabaya, mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Mereka bermodalkan perahu mesin daring dan alat tangkap ikan berupa jaring milik pribadi. Hanya saja, 3 dari 65 anggota nelayan tercatat tidak memiliki perahu pribadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain menjadi nelayan, ada pula warga yang bekerja sebagai penyelam hingga pedagang kaki lima (PKL) di Sentra Ikan Bulak. Berbagai macam ikan segar, ikan asap hingga olahan ikan dijual di sana.

"Kalau untuk wilayah sini sih mayoritas nelayan, cuma untuk ibu-ibunya PKL. Perahu sendiri, modal sendiri, semua untuk wilayah saya beli sendiri tanpa ada ikatan sama tengkulak," ucap ketua KUB Sekarwangi RW 02, Kelurahan Kedung Cowek, Kabupaten Bulak, Surabaya M. Mahmud, Minggu (24/12/2023).

ADVERTISEMENT

"Kalau dari anggota saya dari 65 yang gak punya kapal hanya tiga orang," ungkap Mahmud.

Bagi anggota nelayan, tidak ada ketentuan mengenai jam kerja. Beberapa dari mereka ada yang berangkat pada pagi, siang, hingga malam hari.

Ketika memasuki musim penghujan, biasanya para nelayan akan menunggu sampai cuaca sedikit mereda sebelum berangkat melaut.

"Kalau nelayan sih di daerah saya sini saya sendiri anggota ada yang berangkat malam, ada yang berangkat pagi, ada siang, gak tentu di sini. Kalo penyelam itu mayoritas jam 7 pagi berangkat. Kalau saya sendiri kan selaku penangkap ikan kakap ikut arus, arusnya tanggal berapa, kita kadang siang, kadang malam, kadang pagi. Gak tentu kalo cari ikan kakap, kalau kecil-kecil gini itu setiap hari berangkat jam setengah 6," jelas Mahmud.

"Kalau musim hujan kalo kita sudah separuh perjalanan ya terus, tapi kalau sebelum berangkat waktu hujan turun ya kita berhenti sejenak nunggu sampai hujannya reda baru berangkat," lanjutnya.

Mahmud menjelaskan, pendapatan yang didapatkan oleh kelompok nelayan selama setahun ini tidak dapat ditentukan, karena bergantung pada hasil tangkapan yang menyesuaikan dengan musimnya.

"Omzetnya per tahun gak bisa ditentukan karena nelayan ini kadang gak dapat sama sekali. Untuk pendapatan tidak bisa ditentukan," kata Mahmud.

Bagaimana kisah masyarakat di pesisir Romokalisari Surabaya? Baca di halaman selanjutnya!

Berbeda dengan di wilayah Romokalisari Adventure Land yang dulunya bukan kawasan pemukiman. Sebelumnya, wilayah ini dijadikan sebagai tempat mencari ikan oleh kelompok nelayan yang tersebar di beberapa daerah, seperti Romokalisari, Dusun Gendong, Tambak Osowilangun, Tambaksarioso atau Granjangan, dan Greges.

Setelah diberlakukannya reklamasi Teluk Lamong, wilayah ini tidak lagi dijadikan sebagai tempat sandar perahu atau nelayan. Hingga pada tahun 2020, dibentuk lah dua kelompok nelayan dari rusunawa Romokalisari, yaitu kelompok nelayan Bahari Sejahtera dan Fajar Nelayan.

"Di sini bukan suatu pemukiman seperti ini dulunya. Di sini juga ada kelompok-kelompok nelayan. Ada di Romokalisari, di Dusun Gendong, di Tambakosowilangan, sama di Tambaksarioso atau Granjangan, Greges. Semenjak ada reklamasi Teluk Lamong ini bukan tempat untuk sandar perahu atau nelayan, cuma di tahun 2020 saya membentuk dua kelompok nelayan dari rusunawa," jelas Ketua RT Rusunawa Romokalisari sekaligus Ketua Paguyuban Romokalisari Adventure Land Mansyur S.

"Dua kelompok nelayan dari rusunawa, yaitu kelompok nelayan Bahari Sejahtera, dan Fajar Nelayan," tambah Mansyur.

Mansyur mengungkap, saat ini jumlah penghuni rusunawa Romokalisari yang berprofesi sebagai nelayan aktif penangkap ikan sudah berkurang, hanya tersisa para nelayan yang berasal dari daerah Romokalisari, Greges, Tambakosowilangun yang masih mencari ikan di sekitar Teluk Lamong atau bagian tengahnya.

Kemudian, berdirinya Romokalisari Adventure Land pada tanggal 25 September 2022 oleh Pemerintah Kota Surabaya, menjadi babak baru kehidupan perekonomian masyarakat sekitar, khususnya rusunawa Romokalisari. Warga rusunawa Romokalisari yang terdata sebagai Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan para nelayan dipekerjakan sebagai pengelola wisata.

"Di sini nelayannya kan gak mencari ikan, sudah berkurang untuk yang di kelompok nelayan rusunawa. Kalau yang di kelompok nelayan Romokalisari, Greges, Tambakosowilangun ini masih mencari di sekitaran Teluk Lamong atau di tengah. Kalo yang di sini sudah ini aja mata pencahariannya untuk perahu pariwisata," bebernya.

Kini, pengelolaan wisata Romokalisari Adventure Land berada di bawah kepemimpinan Paguyuban Romokalisari Adventure Land. Sebanyak 50 penghuni rusunawa yang terdata sebagai MBR ditugaskan sebagai pengelola wahana.

Sementara itu, penghasilan yang mereka peroleh selama dua minggu dari masing-masing wahana akan dikumpulkan menjadi satu, lalu dibagi sebesar 20% untuk tabungan operasional, dan sisanya dibagikan kepada para pengelola wahana itu sendiri.

"Jadi memang fasilitas-fasilitas tempat atau sarana prasarana disediakan oleh Pemerintahan Kota. Di dalam satu tahun kita berjalan melalui manajemen paguyuban, jadi pemerintah tidak mengambil sedikit pun. Untuk yang ada di wahana ini kan banyak yang keluar sekitar 50 MBR. Jadi hasilnya berapa selama dua minggu, seumpama 20 juta ini kita bagi. 20% masuk tabungan operasional, yang sisanya kita bagikan ke 50 MBR. Jadi tidak digaji oleh Pemkot, tapi dari hasil perolehan wahana masing-masing yang kita kumpulkan jadi satu. Kalau ada kerusakan ya kita (yang tanggung)," kata Mansyur.

Halaman 2 dari 2
(hil/dte)


Hide Ads